SUPPOSITORIA FARMASEUTIK
Suppositoria terdiri dari zat aktif (obat) basis Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya dimaksudkan untuk dimasukkan kedalam rectum, vagina (ovula) dan jarang digunakan untuk uretra. Suppositoria terdiri dari zat aktif (obat) basis
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi, dimana sebagian besar komponen mencair pada temperatur rectal 360 C , tetapi basis dengan kisaran leleh yang lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum, penambahan minyak-minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis. Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan yang meradang.
Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat. Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat. Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil. Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan Basis suppositoria tersebut tidak merangsang
Basis suppositoria tersebut bersifat membasahi dan mengemulsi. Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Basis suppositoria tersebut bersifat membasahi dan mengemulsi. “Angka air “ yang tinggi maksudnya jumlah air yang bias masuk kedalam basis tinggi. Basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan pola penglepasan obat tidak berubah. Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin, kompressi atau ekstrusi.
“Angka penyabunan” berkisar dari 200-245 “Angka iod” kurang dari 7. Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ; Jika basis tersebut berlemak, basis suppositoria memiliki persyaratan tambahan sebagai berikut : “Angka asam” dibawah 0,2. “Angka penyabunan” berkisar dari 200-245 “Angka iod” kurang dari 7. Interval antara titik leleh dan titik memadat kecil
Basis berminyak atau berlemak Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis berminyak atau berlemak Basis yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan tetapi lemak coklat memiliki kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh pada udara panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi dengan titik leleh yang lebih rendah. Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-asam lemak yang dihidrogenasi dengan minyak nabati dan gliserin yang digabungkan dengan asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi contohnya gliseril monostearat.
Basis larut dalam air atau bercampur dengan air Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis larut dalam air atau bercampur dengan air Basis memiliki supositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria gliserin yang berfungsi sebagai basis sekaligus bahan aktif, ada dua macam formula suppositoria yang terkenal yaitu : Suppositoria yang digunakan untuk katartik yaitu : Gliserin 91 g Natrium stearat 9 g Air murni 5 g Formula ini merupakan formula resmi menurut USP XX, sedangkan formula lainnya yang tidak resmi yaitu : Obat dalam air murni 10 g Gelatin 20 g Gliserin 70 g
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis I Polietilen glikol 1000 96% Polietilen glikol 4000 4% Basis II Polietilen glikol 1000 75% Polietilen glikol 4000 25%
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi kedalam 3 kelompok yaitu : Basis yang merupakan campuran basis yang berlemak dan yang bercampur dengan air Basis ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam air, contohnya yaitu Polioksil 40 steara. Bahan ini menyerupai lilin, putih, kecokloat-coklatan, padat dan larut dalam air
Faktor penggantian dosis Jumlah basis yang diganti oleh bahan aktif dalam formulasi suppositoria dapat dihitung, dengan menggunakan factor pengganti dimana f dapat dihitung dengan persamaan berikut : Keterangan : E = bobot basis suppositoria murni G = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%
Contoh perhitungan : Berat suppositoria yang akan dibuat adalah 3 gr yang mengandung aminofillin 0,5 g akan dibuat sebanyak 12 buah, hitunglah lemak coklat yang dibutuhkan. Jawaban : Diperlukan : 12 x 0,5 g = 6 g aminofillin Berat suppositoria 12 x 3 g = 36 g. Nilai tukar aminofilin adalah : 6 g x 0,86 = 5,16 g Jadi lemak coklat yang diperlukan adalah: 36 g – 5,16 g = 30,84 g
Pembuatan Suppositoria Empat metode yang digunakan dalam pembuatan suppositoria adalah mencetak dengan tangan,, kompressi, mencetak tuang dan kompressi pada suatu pres tablet regular
Mencetak dengan tangan Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahn-bahan aktif dengan menggunakan lumping dan mortar, sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan
Mencetak kompressi Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan dalam sulinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
Mesin Pencetak otomatis Sama proses diatas tetapi menggunakan mesin secara otomatis melakukan semuanya.
Mencetak tuang Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel