A N A K RATRI MULIYANI MUKARAMAH HENDRIYANTI YULIA MAWADDAH

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Modifikasi Resep Diet Autis Nany Suryani, SGz.
Advertisements

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN RA by : MOH.YANI,S.Ag,MM,M.Pd.I
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dra. Diana Rusmawati,Psikolog 2011
Keterampilan Dasar Mengajar
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
PELAJAR YANG MEMPUNYAI PENGECUALIAN
Dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) Psikiater Anak
PENJAS ADAPTED BAGI TUNAGRAHITA
PERIODE INFANCY (MASA BAYI)
OBSERVASI GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA ANAK
Oleh : Valentin Quanti s
AUTISME Presented by Oleh Erwin Setyo Kriswanto
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Kesulitan Membaca Winanti S. Respati winsr-rev2008.
KETERAMPILAN MENJELASKAN
PERKEMBANGAN EMOSI-SOSIAL
Menghilangkan Rasa Takut pada Anak
Masa Kanak-Kanak Akhir/ Masa Sekolah
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
POKOK BAHASAN Pertemuan 5 Matakuliah: Psikologi Pendidikan Tahun: 2009.
Hak Mendapatkan Pendidikan yang Sama pada Anak Penyandang Autisme
Oleh : Amin Muhtada, SKM.M.Kes Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
PEMBELAJARAN SISWA AUTIS PADA KELAS INKLUSI
STKIP-PGRI Banjarmasin
Oleh: Drs. Samino, M.A Kasubdit Pembelajaran
Mengenal TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)
PERIODE INFANCY (MASA BAYI)
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
KESUKARAN BELAJAR PART III
Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis
“PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL UNTUK ANAK BERKELAINAN AKADEMIK DAN MENTAL EMOSIONAL” Nur Amalina Siti Lailatus Sholichah Kanty.
SKIZOFRENIA.
TUMBANG USIA BALITA DAN PRA SEKOLAH
MATERI KULIAH PSIKOLOGI KLINIS
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) atau ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
ASPEK PSIKOLOGIK PADA ANAK DENGAN KELAINAN ENDOKRIN
Prof. DR. Fawzia Aswin Hadis
ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Keluarga dengan Anak yang Baru lahir dan Anak Usia 0-3 tahun
Klinefelter dan turner
KOMUNIKASI PADA KLIEN ANAK
Keterampilan Dasar Mengajar
PENANGANAN PENYAKIT CEREBRAL PALSY PADA ANAK DENGAN TERAPI
Bermain Bayi Usia 0-2 thn.
TUMBUH KEMBANG ANAK Isy Royhanaty.
3 Keterampilan Dasar Bertanya
PEMBELAJARAN SISWA AUTIS PADA KELAS INKLUSI
MENGENAL DAN MELAYANI ABK
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Keterampilan Dasar Mengajar
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) atau ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
ADHD (Attention Deficit hyperactivity Disorder)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Karakteristik anak Autis
Tumbuh Kembang 1 Iis Sri Patmawati, S.Kep. TUMBUH KEMBANG USIA BAYI.
GANGGUAN BELAJAR Kemampuan membaca, berhitung atau menulis jauh (2 SD) di bawah: Kemampuan rata-rata anak seusianya Kelayakan berdasarkan tingkat pendidikan.
KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN TERPADU
PENILAIAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS AGUSNADI TALAH.
Gangguan rentang Perkembangan
PENILAIAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA MELALUI SDIDTK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AUTISME Nama kelompok 2 : Siti Mutmainnah( )/5D Erica Chandra Dewi( )/5D Dosen : Khamida, S.Kep., Ns,
Sexual Behaviour Bayi dan Anak. Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
Dr Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpAK
Transcript presentasi:

A N A K RATRI MULIYANI MUKARAMAH HENDRIYANTI YULIA MAWADDAH KELOMPOK 8 : RATRI MULIYANI MUKARAMAH HENDRIYANTI YULIA MAWADDAH DWIKA NOR RINA

PENGERTIAN Autisme merupakan suatu ganguan perkembangan yang menuunjukkan adanya sindrom periilaku yaitu : interaksi sosial dan perkembangan sosial abnormal, tidak mampu mengadakan komunikasi yang normal, minta serta aktivitasnya sangat terbatas, kaku, repetitif, dan tanpa imajinasi.

CIRI-CIRI 1. Komunikasi : a. Perkembangan bahasa yang lambat b. Terlihat seperti memiliki masalah pendengaran c. Jarang berbicara d. Sulit untuk diajak berbicara e. Kadang bisa mengatakan sesuatu namun hanya sebentar saja f. Perkataan yang disampaikan tidak sesuai dengan pertanyaan g. Mengeluarkan bahasa yang tidak dapat dipahami oleh orang lain h. Meniru perkataan atau pembicaraan orang lain (echolalia) i. Dapat meniru kalimat atau nyanyian tanpa mengerti maksudnya j. Suka menarik tangan orang lain bila meminta sesuatu

2. Interaksi sosial : 1. Suka menyendiri, 2. Sering menghindari kontak mata dan selalu menghindar dari pandangan muka orang lain, 3. Tidak suka bermain dengan temannya dan sering menolak ajakan mereka, 4. Suka memisahkan diri dan duduk memojok

3. Gangguan indra: a. Sensitif pada sentuhan b 3. Gangguan indra: a. Sensitif pada sentuhan b. Tidak suka dipegang atau dipeluk c. Sensitif dengan bunyi yang keras d. Suka mencium dan menjilat mainan atau benda-benda lain e. Kurang sensitif pada rasa sakit dan kurang memiliki rasa takut

4. Pola bermain : a. Tidak suka bermain selayaknya anak-anak usianya. b. Tidak suka bermain dengan rekan seusianya c. Tidak bermain mengikuti pola biasa dan suka memutar-mutar atau melempar dan menangkap kembali mainan atau apa saja yang dipegangnya. d. Menyukai objek-objek yang berputar seperti kipas angin e. Apabila ia menyukai suatu benda, ia akan terus memegangnya dan dibawa-bawa ke mana saja.

5. Tingkah laku : a. Bersifat hiperaktif ataupun hipoaktif b 5. Tingkah laku : a. Bersifat hiperaktif ataupun hipoaktif b. Melakukan perbuatan atau gerakan yang sama berulang- ulang, seperti bergoyang- goyang, mengepak-ngepakkan tangan dan menepuk tangan, berputar-putar, merusak dsb

Identifikasi saat bayi dan kanak-kanak 1. Tidak mau tersenyum bila diajak tersenyum 2. Tidak bereaksi bila namanya dipanggil 3. Temperamen yang pasif pada umur enam bulan, diikuti dengan iritabilitas yang tinggi 4. Kecenderungan sangat terpukau pada benda tertentu 5. Interaksi sosial yang kurang 6. Ekpresi muka yang kurang hidup pada saat mendekati umur 12 bulan 7. Pada umur satu tahun anak-anak ini mulai menunjukkan gangguan komunikasi dan berbahasa 8. Bahasa tubuhnya kurang 9. Pengeritan bahsa reseptif maupun ekspresifnya rendah

Faktor-faktor penyebab Autis Genetik Orangtua yang memiliki autisme bisa menurunkan kelainan tersebut pada anak mereka. Kemungkinannya sekitar 5-8%. Sedangkan pada anak kembar, jika yang satu mengalami autisme, maka yang lain memiliki kemungkinan mengalami autisme juga. Kemungkinannya akan meningkat pada anak-anak kembar identik. Kerusakan Syaraf pada anak autisme ditemukan kadar merkuri yang melebihi ambang batas. Kondisi ini mengganggu fungsi syaraf-syaraf otaknya, terutama syaraf yang berkaitan dengan kemampuan sosialisasi.

Menurut Teori Psikososial autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.

Vaksinasi Ada jenis vaksinasi yang diduga mengandung kadar merkuri tinggi. Beberapa kasus autisme terjadi setelah anak mendapatkan vaksinasi tertentu. Virus Ada kemungkinan, virus rubella dan Cytomegalo virus yang menginfeksi ibu hamil pada trimester pertama bisa meyebabkan resiko anak terkena autisme. Makanan laut Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan anak autis lebih banyak mengkonsumsi hidangan laut. Kadar merkuri dalam makanan laut lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein lain.

KLASIFIKASI ANAK AUTISME 1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.

2. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu berulang- ulang kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis. 3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat.

TERAPI ANAK AUTIS Terapi Tingkah laku Berbagai jenis terapi tingkahlaku telah dikembangkan untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi tingkahlaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan tingkahlaku yang bisa diterima di masyarakat.

Terapi wicara Terapi wicara seringkali masih tetap dibutuhkan untuk memperlancar bahasa anak. Menerapkan terapi wicara pasda anak autisme berbeda daripada anak lain. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup mendalam tentang gangguan pada anak autisme.

Terapi aba (applied behavorial analisis) Terapi autis ini merupakan terapi yang paling tua dan biasanya paling sering dilakukan untuk bisa melakukan terapi khusus kepada yang mengalami autisme. Sistem yang digunakan dari terapi autis ini adalah dengan memberikan positive reinforcement atau juga memberikan hadiah serta pujian yang sifatnya bisa menambah keyakinan dan juga memberikan kepercayaan diri mereka agar mereka bisa menerima semua yang terjadi pada dirinya.

Terapi visual Terapi visual dilakukan dengan memberikan gambar-gambar yang sangat bermanfaat terutama jika si anak tidak bisa bicara.

Terapi okupasi Terapi okupasi diberikan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot halus seperti tangan. Otot jari tangan penting dilatih terutama untuk persiapan menulis dan melakukan segala pekerjaan yang membutuhkan keterampilan motorik halus.

Terapi medikamentosa (obat) Pada keadaan tertentu individu dengan gangguan autisme mempunyai beberapa gejala yang menyertai gangguan autisme, seperti perilaku agresif atau hiperaktivitas. Obat diberikan untuk mengontrol perilaku mereka.

Pendidikan kebutuhan khusus Pendidikan pada tahap awal diterapkan satu guru untuk satu anak. Cara ini paling efektif karena anak sulit memusatkan perhatiannya dalam suatu kelas yang besar. Secara bertahap anak dimasukan dalam kelompok kelas untuk dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal.

LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISME 1. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak. 2. Program Pendidikan Inklusi Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:  Guru terkait telah siap menerima anak autistik  Tersedia ruang khusus untuk penanganan individual  Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.  Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.

3. Program Pendidikan Terpadu Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampuan anak. 4. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.

5. Program Sekolah di Rumah Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.

6. Panti Rehabilitasi Autis 6. Panti Rehabilitasi Autis. Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan:  Pengenalan diri  Sensori motor dan persepsi  Motorik kasar dan halus  Kemampuan berbahasa dan komunikasi  Bina diri, kemampuan sosial  Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.