Melia Novita Suparno 272013002 PENINGKATAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI KAMPUNG KRAJAN RT. 07 & 10/ RW. 05 KELURAHAN SALATIGA PG PAUD - FKIP
Kasus yang terjadi Menurut KPAI, kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Dari 2011-agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait hal tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. (republika, rabu 15 okt 2014) Terdapat beberapa kasus anak usia dini yang berbicara kurang sopan dengan atau tanpa kata-kata kotor, senang meniru adegan kekerasan, bahkan kasus anak yang kecanduan dengan rokok.
Dasar Yang Mendorong Topik ini Adanya perilaku negatif anak-anak berusia dini, khususnya usia 5-6 tahun, di Kampung Krajan Rt. 07 & 10/ Rw. 05 Kelurahan Salatiga: Berkata kotor Melakukan kontak fisik Membentak orang tua Acuh terhadap nasehat dari Orang Tua
Pentingnya topik ini:
relevansi Niken, dkk (2014) berjudul “Peningkatan Perilaku Sopan Santun Melalui Cerita Fiksi Modern Pada Anak Kelompok B TK Islam Permata Hati Surakarta” (PTK, 2 siklus, hasil akhir signifikan, kesimpulan ‘dapat meningkatkan’) Siti Maemunah (2013) berjudul “Pengembangan Nilai-Nilai Moral Dan Agama Melalui Metode Bercerita Pada Anak Kelompok B Taman Kanak- Kanak Aba Gaden III, Klaten” (PTK, prosentase akhir lebih dari kriteria ketuntasan minimumnya, kesimpulan ‘dapat mengembangkan’)
Rumusan masalah
Hal Baru yang Menjadi Kontribusi Penelitian Ini: Dengan penanaman perilaku sopan santun berulang (Melalui Bercerita) diharapkan anak: Berperilaku sopan kepada tetangga, teman, saudara, dan orang tua Menjadi pemonitor perilaku sopan santun bagi diri sendiri dan orang lain
Pijakan teori: Sopan Santun Bercerita v. Terikat (dipengaruhi) Menurut Zuriah (dalam Niken, dkk: 2014) Perilaku sopan santun yaitu bertindak dan bertutur kata terhadap orang tanpa menyinggung atau menyakiti serta menghargai tata cara yang berlaku sesuai norma, budaya, dan adat istiadat. Bercerita v. Bebas (mempengaruhi) Menurut Heroman & Jones (dalam Aprianti 2013). Bercerita merupakan proses penyampaian gambaran atau kejadian secara runtut. kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau dongeng untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan.
PAR (Participatory Action Research) metodologi PAR (Participatory Action Research) Fernandes (1993) dan Sara (2007) menekankan kolaborasi dari pelaku dan peneliti Tujuan: 1. perubahan situasi atau perilaku; 2. pengetahuan dan kemampuan yang bertambah; atau 3. penelitian yang mencari sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial, menurut Lewin (dalam Hatma: 2006) Proses spiral berulang: (1) perencanaan tindakan yang melibatkan investigasi yang cermat; (2) pelaksanaan tindakan; (3) penemuan fakta-fakta tentang hasil dari tindakan; dan (4) penemuan makna baru dari pengalaman sosial, setelah berakhir akan diulang pada siklus yang pertama, dan begitu seterusnya.
Pertemuan cerita 12 x (1 minggu 3 x): 1 bulan metodologi Pertemuan cerita 12 x (1 minggu 3 x): 1 bulan Cerita didasarkan pada 2-3 indikator yang dipilih untuk disasar di setiap pertemuannya Hasil (2 subyek peneliti) dianalisis dengan butir amatan perilaku sopan santun, berdasar indikator perkembangan dasar anak usia 5-6 th ‘terbiasa berperilaku sopan dan saling menghormati’ (sumber: standar isi PAUD. 38b_Standar dan Bahan Ajar PAUD Nonformal-2007)
Perilaku Sopan Santun turut mengalami peningkatan Hasil & pembahasan 8 Partisipan (4-10 th) Perilaku Sopan Santun turut mengalami peningkatan Pemonitor perilaku sopan santun subyek, Sumber evaluasi tambahan efektifitas metode penelitian
PAR (Participatory Action Research) Kesimpulan & saran PAR (Participatory Action Research) Melalui penggunaan metode bercerita, perilaku sopan santun anak usia 5-6 tahun di Kampung Krajan Rt. 07 & Rt. 10/ Rw. 05 telah meningkat. Orang tua bisa menjadi pemonitor perilaku sopan santun anak Orang tua bisa menjadikan metode bercerita sebagai pengembang perilaku sopan santun anak Orang dewasa disekitar anak bisa menjadi pemonitor, penasehat, model berperilaku