Subhechanis Saptanto Tim Peneliti

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERDAGANGAN INTERNASIONAL : RESTRIKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Advertisements

Persaingan dalam pasar bebas (Memahami konteks bisnis global)
KEBIJAKAN HARGA.
Produk domestic bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam suatu periode tertentu. Produk berarti yang dijumlahkan.
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
PERDAGANGAN INTERNASIONAL (INTERNATIONAL TRADE)
MATERI EKONOMI MONETER PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
Hubungan internasional Tema : Organisasi internasional
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
MULTILATERAL TRADING SYSTEM OF WORLD TRADE ORGANIZATION
Integrasi Ekonomi.
BAGIAN VII PEREKONOMIAN DUNIA
Perdagangan Internasional
SISTEM NILAI TUKAR RUPIAH
SEJARAH WORLD TRADE ORGANIZATION
WORLD TRADE ORGANIZATION PART 1
Oleh: Ricky W. Griffin Ronald J. Ebert
KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
GATS ikaningtyas.
ARUS DANA INTERNASIONAL
Garapan Drs. Puji Suharjoko
Gambaran Umum Ekonomi Internasional
Kebijakan Perdaganangan Internasional
Kebijakan Ekonomi dan Perdagangan
Dalam Pemasaran Global
Pengantar Ekonomi 2 Izzani Ulfi, SE.Sy., M.Ec.
INFLASI Pengertian Inflasi adalah meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Indikator dan Pengelompokan Inflasi Inflasi yang diukur.
Pengangguran Pertemuan 9.
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BISNIS GLOBAL.
PERDAGANGAN INTERNATIONAL
AUDITA NUVRIASARI, SE, MM
Aplikasi dari Model Persaingan Sempurna
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Preferential Trade Arrangements (peNGATURAN PERDAGANGAN PREFERENSIAL)
TEORI NILAI TUKAR (KURS)
EKONOMI Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro.
Kebijakan pembinaan dan pengawasan mutu hasil perikanan
BAGIAN VII PEREKONOMIAN DUNIA
THE REVALUATION OF THE CHINESE YUAN
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
PROTEKSI PERDAGANGAN.
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri
Persekutuan Pabean dan Free Trade Area
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
Ike Prasetia N Lerin Diarwati
Integrasi Ekonomi.
Chapter 2: Arus Dana International
EKONOMI INTERNASIONAL
EKONOMI INTERNASIONAL
ARUS DANA INTERNASIONAL
PERDAGANGAN INTERNASIONAL Oleh : M. Zamrony, S.Pd.
Industri pangan berbasis hasil UNGGAS
Kebijakan ekonomi dan perdagangan internasional
MANAJEMEN DAN BISNIS Lingkungan Bisnis Pertemuan 10 1.
PEREKONOMIAN INDONESIA
PERDAGANGAN LUAR NEGERI, PROTEKSI DAN GLOBALISASI
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Masalah – masalah EKONOMI INTERNASIONAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
Toman Sony Tambunan, S.E, M.Si NIP
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
KEBIJAKAN INTERNASIONAL ZAHRINA NATASHA R.J. SEKAR AMARYLIS MUHAMMAD FARHAN.
TEORI NILAI TUKAR (KURS)
Transcript presentasi:

DAMPAK HAMBATAN NON TARIF PERDAGANGAN PRODUK TUNA DAN UDANG TERHADAP PEREKONOMIAN SEKTOR PERIKANAN Subhechanis Saptanto Tim Peneliti Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Disampaikan Pada Acara Learning Session Jakarta, 04 Oktober 2017 BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2017

ALUR PRESENTASI PENDAHULUAN METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Kesepakatan WTO tanggal 15 Apil 1994 menandai dilaksanakan perdagangan bebas untuk negara maju 2010 dan negara berkembang 2020 dimana perdagangan bebas : perdagangan antarnegara tanpa adanya hambatan dalam bentuk tarif. Perdagangan bebas selain memberikan manfaat (gain from trade) dapat juga memberikan hambatan (khususnya non tariff) bagi negara-negara yang terlibat perdagangan. Walaupun negara-negara anggota WTO secara bertahap menurunkan hambatan tarif akan tetapi masih muncul hambatan non tarif yang menjadi kendala dalam perdagangan bebas.

PENDAHULUAN Masalah hambatan non tarif sering menyulitkan Indonesia dalam memenuhi permintaan pasar global (Nugroho, 2007) dan adanya kecenderungan peningkatan hambatan non tarif di negara-negara berkembang (Hoekman, 2012) Kasus hambatan non tarif : penolakan ekspor pada tahun 2014  9 Negara & 15 Kasus : Kanada (4; tuna & udang), Jerman (3; sardin), Korsel (2,Crab); Belgia (1, swordfish), Italia (1, kakap), Prancis (1, hiu), Inggris(1, Prawn), Sovenia (1, sardin) dan Spanyol (1,swordfish) (KKP, 2014). Perlunya suatu kajian untuk menganalisis dampak hambatan non tariff terhadap sektor perikanan  pengaruh terhadap makro dan sektoral.

Ekspor Udang : 1,94 %/tahun Tuna : 13,67 %/tahun Nilai Ekspor Sumber : KKP (2014) Nilai Ekspor Udang : 14,39 %/tahun Tuna : 22,82 %/tahun

Tujuan Penelitian Melakukan identifikasi dampak hambatan non tarif perdagangan produk tuna dan udang Menghitung besaran hambatan non tarif perdagangan produk tuna dan udang Melakukan analisis dampak kinerja Hambatan Non Tarif Perdagangan Produk Tuna dan Udang Terhadap Perekonomian Sektor Perikanan

Menurut Koo dan Kennedy (2005) : Hambatan Non - Tariff Menurut Koo dan Kennedy (2005) : Pembatasan kuantitatif & pembatasan spesifik sejenis (kuota, Voluntary Export Restraints dan kartel internasional) Beban non tarif dan kebijakan yang berhubungan yang mempengaruhi impor (kebijakan antidumping dan kebijakan countervailing) Kebijakan umum pemerintah yang membatasi (kebijakan oleh pemerintah, kebijakan kompetisi, dan penetapan perdagangan) Prosedur umum dan kegiatan administrasi (prosedur valuasi dan prosedur perizinan) Hambatan teknis (peraturan dan standar kualitas kesehatan dan sanitasi, keamanan, peraturan dan standar industrial, dan peraturan pengemasan dan pelabelan/ecolabelling) Kebijakan selain tarif yang dapat memiliki pengaruh ekonomi pada komoditi perdagangan internasional atau menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (UNCTAD, 2012)

Classification: Non-tariff measures (NTMs) NTM classification encompasses 16 chapters (A to P) and each individual chapter is divided into groupings with depth up to three levels (UNCTAD, 2010) Chapter A : sanitary and phytosanitary measures (certification, testing and inspection, and quarantine Chapter B : technical measures (labelling, marking, packaging) Chapter C : customs formalities Chapter D : price control measures Chapter E :licensing, quotas and other quantity control measures Chapter F : charges, taxes and other para-tariff measures Chapter G :finance measures Chapter H :anticompetitive measures Chapter I : trade-related investment measures Chapter J: distribution restrictions, Chapter K : the restriction on post-sales services Chapter L : contains measures that relate to the subsidies Chapter M : government procurement restriction measures Chapter N : intellectual property measures Chapter O : rules of origin Chapter P : export measures

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

Data Kuantitatif: Data Sekunder (Produksi, Ekspor-Impor (KKP) dan database GTAP  GTAP versi 9 ada 57 sektor dan 140 region(Purdue University) Jenis dan Sumber Data RunGTAP : Pengolahan data GTAP

Metoda Analisis Pwt = PW × ER(1 + TR) ................................ (1) PD = Pwt + PW × ER × NTB ....................... (2) NTB = (PD − Pwt)/(PW × ER) ........................ (3) Ket : NTB : Nilai Non Tariff Barrier PD Harga domestik dari produk impor PW Harga dunia dalam US Dollar (sudah termasuk juga biaya pengiriman) Pwt Harga domestik dari produk impor ditingkat dunia setelah adanya pembayaran tarif yang dikenakan oleh negara importir TR Tariff rate yang dikenakan pada produk impor Sumber : Chemingui dan Dessus (2008)

Metoda Analisis

Hubungan antara Pelaku dalam Model GTAP Sumber : Hertel and Tsigas, 1997

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hambatan Non Tarif Jepang dan AS Sumber : Data dari www.macmap.org diolah, 2016

Uni Eropa Sumber : Data dari www.macmap.org diolah, 2016

Besaran Hambatan Non Tarif Perdagangan Produk Tuna dan Udang Pada tahun 2014 terdapat NTB setara Tariff yang cukup tinggi terhadap berbagai komoditas perikanan Indonesia di pasar Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Uni Eropa merupakan negara dengan nilai NTB setara Tariff total tertinggi, disusul oleh Jepang dan USA dengan nilai yang tidak jauh bertaut, masing-masingnya sebesar 83.07%, 69.79% dan 66.77% Komoditas tuna beku : NTB setara Tariff tertinggi bagi kelompok komoditas ini terjadi di pasar USA, dengan nilai sebesar 107.39%. Pada urutan kedua adalah Jepang, dengan nilai sebesar 69.61%, dan disusul oleh Uni Eropa sebesar 66.25%. Komoditas udang beku : Uni Eropa menunjukkan NTB tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 113.32%. Urutan kedua diduduki oleh Jepang dengan nilai rata-rata sebesar 87.92%, dan USA menempati urutan ketiga dengan nilai rata-rata sebesar 3.50% saja. Komoditas olahan, baik udang maupun tuna, diperoleh besaran NTB setara Tariff yang lebih rendah jika dibandingkan kelompok Frozen/Fresh. Pada komoditas Tuna, meskipun terdapat indikasi NTB di ketiga pasar, akan tetapi hanya Jepang negara yang memperoleh nilai NTB dua dijit sebesar 35.13%. Baik di pasar Uni Eropa maupun USA dapat dikatakan terjadi Nilai NTB yang relatif rendah, dengan nilai masing-masing sebesar 2.51% dan 0.34%. Adapun komoditas olahan Udang, hanya di pasar USA saja yang terjadi nilai NTB sebesar 15.98%.

SIMULASI DAN ANALISIS Agregasi Negara Berdasarkan Database GTAP

Agregasi Sektor Produk Berdasarkan Database GTAP

Skenario Simulasi Skenario 1 : Indonesia tetap bertahan dengan Non Tariff yang sudah ditetapkan oleh negara mitra Skenario 2 : Negara mitra mengurangi Non Tariff sebesar 50% dari kondisi yang ada Skenario 3 : Indonesia tetap bertahan dengan Non Tariff yang sudah ditetapkan oleh negara mitra dan pemerintah melakukan intervensi (peningkatan efisiensi dan produktivitas) Skenario 4 : Negara mitra mengurangi Non Tariff sebesar 50% dari kondisi yang ada dan pemerintah melakukan intervensi (peningkatan efisiensi dan produktivitas).

Dampak Non Tarif terhadap Kinerja Makro Ekonomi Nasional Hasil Simulasi Dampak Non Tarif terhadap Kinerja Makro Ekonomi Nasional Indikator Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Equiv Var (U$ Juta) 825,72 175,33 2060,30 1410,82 PDB (%) 0,0019 0,00045 0,0021 0,00059 Neraca Perdag (U$ Juta) 11710,59 2810,14 12909,81 3705,78 Nilai Tukar (%) 0,38 0,081 0,53 0,23 Konsumsi (%) -0,29 -0,07 -0,31 -0,092 IHK (%) 0,61 0,15 0,67 0,198

Dampak Non Tarif terhadap Agregat Komoditas Perikanan Indikator Sim 1 Volume Produksi (%) 5,04 1,07 11,55 7,34 Harga Produk (%) 0,48 0,10 -5,22 -5,57 Volume Ekspor (%) 94,57 20,12 105,88 26,87 Harga Ekspor (%) 0,47 Volume Impor (%) 0,71 0,15 0,92 0,36 Harga Impor (%) -0,009 -0,003 0,003 Neraca Perdagangan (%) 31,53 6,68 47,78 22,95

Dampak Non Tarif terhadap Komoditas Perikanan : Tuna & Udang  Indikator Sim 1 Sim 2 Sim 3 sim 4 Tuna Udang Vol Produksi (%) 1,97 0,84 0,54 0,22 2,14 0,91 0,70 0,29 Harga Produk (%) 14,85 5,18 3,52 1,32 16,40 5,66 4,65 1,73 Vol Ekspor (%) 43,83 74,47 11,43 16,77 47,78 82,77 14,95 22,26 Harga Ekspor (%) 12,85 4,46 3,05 1,14 14,18 4,88 4,02 1,49 Vol Impor (%) 13,46 4,35 3,17 1,107 14,88 4,76 4,18 1,45 Harga Impor (%) -0,022 -0,023 -0,0053 -0,0056 -0,025 -0,026 -0,0071 -0,0074

KESIMPULAN Hambatan non tarif ke Jepang dan USA : 16 jenis dan di pasar Uni Eropa : 14 jenis Persyaratan pengujian  hambatan yang paling sering dihadapi oleh eksportir Indonesia karena faktor kualitas makanan Besaran hambatan non tarif tertinggi untuk komoditas tuna dan udang beku : Pasar Eropa, diikuti oleh pasar Jepang dan AS Hambatan non tarif tertinggi untuk komoditas produk olahan tuna dan udang : Pasar Jepang diikuti oleh pasar Uni Eropa dan AS.

KESIMPULAN Penurunan hambatan non tarif berpengaruh terhadap makro dan sektoral, Makro : kesejahteraan, PDB, Neraca Perdagangan, Nilai tukar (Term of Trade), indeks harga konsumen dan konsumsi. Sektoral : jumlah output, harga output, jumlah ekspor, harga ekspor, jumlah impor, harga impor, dan neraca perdagangan komoditas. Pada simulasi 3 (pengurangan NTB 100 % dan intervensi pemerintah) memberikan efek paling besar dimana secara makro terjadi peningkatan kesejahteraan sebesar U$ 2.060 Juta; peningkatan PDB riil 0,002%; peningkatan neraca perdagangan sebesar U$ 12.910 Juta; Peningkatan nilai tukar sebesar 0,53%; sedangkan pada konsumsi terjadi penurunan sebesar 0,31%. Secara sektoral simulasi 3 memberikan efek pada jumlah output komoditas tuna dan udang pertumbuhan sebesar 2,14% dan 0,91%; dampak positif sebesar 16,4% dan 5,67% pada harga udang dan tuna; peningkatan volume ekspor udang dan tuna sebesar 47,78% dan 82,77%; peningkatan harga ekspor udang dan tuna sebesar 14,18% dan 4,88%; pertumbuhan impor sebesar 14,88% dan 4,76%; penurunan harga impor sebesar -0,025% dan -0,026%

IMPLIKASI KEBIJAKAN Berkurangnya hambatan non tarif dapat memberikan efek positif secara makro bagi neraca perdagangan, term of trade dan indeks harga yang berimbas kepada peningkatan PDB dan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi memberikan efek negatif kepada konsumsi karena alokasi produk lebih banyak ke pasar ekspor dibandingkan pasar domestik. Hambatan non tarif tersebut dapat dikurangi dengan cara tetap melanjutkan berbagai negosisasi terhadap negara-negara importir tuna dan udang, yakni Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Diharapkan dengan adanya berbagai kesepakatan yang dihasilkan tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya berbagai kasus hambatan non tarif. Agar dapat bersaing dengan negara eksportir lain perlu adanya peningkatan daya saing produk perikanan (melalalui penurunan hambahtan non tarif) sehingga memberikan nilai tambah khususnya pada komoditas tuna dan udang. Selain pengurangan hambatan non tarif, intervensi pemerintah dalam peningkatan efisiensi sdan produktivitas tetap dibutuhkan sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja ekspor perikanan Indonesia.

TERIMA KASIH