Pasal 53 UU No.9/Th 2004 : (1) Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi.
Pasal 53 UU No.9/Th 2004 : (2) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.
A. Bertentangan dgn Peraturan Perundangan-Undangan : Suatu penetapan tertulis dpt dianggap bertentangan dgn peraturan krn : Badan atau Pejabat TUN yg bersangkutan mengira memiliki suatu wewenang untuk mengeluarkan atau menolak mengeluarkan suatu keputusan, padahal sebenarnya ia tidak berwenang. Berdasarkan peraturan yg terkait, Badan atau Pejabat TUN memang berwenang utk mengeluarkan suatu keputusan, tapi wewenang tsb sebenarnya bukan diberikan kpd instansi yg sdg digugat.
A. Bertentangan dgn Peraturan Perundangan-Undangan : Wewenang yg dimaksud ada dasarnya dlm suatu peraturan perundang-undangan, tapi keputusan yg disengketakan itu sendiri bertentangan dgn peraturan dasarnya atau peraturan perundang-undangan yg lain. Peraturan perundang-undangan yg menjadi dasar dikeluarkannya Keputusan TUN bertentangan dgn peraturan perundang-undangan yg lebih tinggi. Keputusan TUN yg disengketakan itu diterbitkan menyimpang dr prosedur yg hrs diikuti.
B. Bertentangang dgn Asas-Asas Umum Pemerintahan Yg Baik : Sebagaimana dimaksud dlm UU No. 28 tahun 1999 (ttg Penyelenggara Negara yg Bersih dan Bebas dr Korupsi, Kolusi & Nepotisme/KKN), meliputi asas : Kepastian hukum; Tertib penyelenggaraan negara; Kepentingan Umum; Keterbukaan; Proporsionalitas; Profesionalitas; Akuntabilitas.
Asas-Asas Umum Pemerintahan yg Baik : a) Asas Kepastian Hukum : suatu asas dlm negara hukum yg mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan (asas legalitas), kepatutan, dan keadilan dlm setiap kebijakan Penyelenggara Negara. b) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara : suatu asas yg menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dlm pengendalian penyelenggaraan negara.
Asas-Asas Umum Pemerintahan yg Baik : c) Asas Kepentingan Umum : suatu asas yg mendahulukan kesejahteraan umum dgn cara aspiratif, akomodatif, dan selektif. d) Asas Keterbukaan : suatu asas yg membuka diri thd hak masyarakat utk memperoleh informasi yg benar, jujur, dan tdk diskriminatif ttg penyelenggaraan negara dgn tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
Asas-Asas Umum Pemerintahan yg Baik : e) Asas Proporsionalitas : suatu asas yg mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara. f) Asas Profesionalitas : suatu asas yg mengutamakan keahlian yg berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangan-undangan yg berlaku.
Asas-Asas Umum Pemerintahan yg Baik : g) Asas Akuntabilitas : suatu asas yg menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dr kegiatan Penyelenggara Negara hrs dpt dipertanggungjawabkan kpd masyarakat atau rakyat sbg pemegang kedaulatan tertinggi negara.
Asas-Asas Umum Pemerintahan yg Baik menurut yurisprudensi: Asas-asas formal ttg pembentukan keputusan. Asas-asas formal ttg formulasi keputusan. Asas-asas material ttg isi keputusan.
Asas-asas formal ttg pembentukan keputusan : Asas Kecermatan Formal : Pejabat TUN hrs cermat dalam mempersiapkan pembuatan keputusan. Dlm hal ini Pejabat TUN tsb hrs memperoleh informasi dan gambaran yg jelas ttg semua fakta yg relevan maupun semua kepentingan yg terkait (termasuk kepentingan pihak ketiga). Asas Fair Play : Pejabat TUN yg akan mengeluarkan suatu keputusan hrs bersikap tdk akan menghalang-halangi kesempatan seseorang yg berkepentingan utk memperoleh suatu keputusan yg akan menguntungkan baginya.
Asas-asas formal ttg formulasi keputusan : Asas Pertimbangan : Jika suatu keputusan Pejabat TUN tdk menguntungkan seseorang, maka keputusan itu hrs disertai dgn pertimbangan yg memadai. Asas Kepastian Hukum Formal : Keputusan yg dikeluarkan oleh Pejabat TUN hrs jelas bagi yg bersangkutan. Serta syarat-syarat suatu keputusan hrs dimuat dlm putusannya (tdk di dlm lampiran).
Asas-asas material ttg isi keputusan : Asas Kepastian Hukum Material : Keputusan yg bersifat membebani, tdk boleh diberlakukan secara surut (retroaktif). Asas Kepercayaan (Harapan yg telah Ditimbulkan : Jika Pejabat TUN telah memberikan harapan (janji), maka janji itu hrs dipenuhi. Asas Persamaan : Semua warga masyarakat hrs diperlakukan sama.
Asas-asas material ttg isi keputusan : Asas Kecermatan Material : Jika suatu keputusan Pejabat TUN menimbulkan kerugian material bagi warga masyarakat, maka instansi ybs wajib memberikan gantirugi. Asas Keseimbangan : Jika Pejabat TUN mengeluarkan sanksi, maka sanksi itu hrs seimbang dgn bobot pelanggarannya.
Menurut Yurisprudensi : Melanggar Larangan De’tournement de Pouvoir : Keputusan yg dibuat oleh Badan atau Pejabat TUN adalah didasarkan : pd itikad buruk (bukan didasarkan pd itikad baik). pd niat yg menyimpang dr maksud dan tujuan diberikannya wewenang ybs. pd niat yg berbeda (penafsiran) dr maksud dan tujuan diberikannya wewenang ybs.
Menurut Yurisprudensi : Menyimpang dr Nalar yg Sehat (Melanggar Larangan Willekeur) Dlm mengeluarkan suatu keputusan, maka Pejabat TUN hrs mempertimbangkan semua kepentingan yg terkait (dgn menggunakan nalar/akal yg sehat). Bila ia tdk menggunakan nalar/akal yg sehat dlm mengeluarkan suatu keputusan, maka ia berarti sewenang-wenang (bahasa Jakarta : “semau gue”).