Laporan Kasus Ashma pada Ibu Hamil Sofi Adenina 2007-32-001
PENDAHULUAN Asma terdapat 3,4 – 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan nafas sangat sering terjadi pada wanita hamil. Perjalanan asma selama kehamilan sangatlah bervariasi Biasanya serangan muncul pada usia kehamilan 24 – 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan. Pada asma yang tidak terkontrol selama kehamilan akan mempunyai efek yang serius baik bagi ibu maupun bagi janin. Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan persalinan premature, sedangkan komplikasi terhadap bayi adalah intra uterine growth retardation, bayi premature dan meningkatkan kemungkinan resiko kematian perinatal. Oleh karenanya pasien hamil dengan asma harus dianggap sebagai pasien dengan kehamilan resiko tinggi.,
PENDAHULUAN Identifikasi Masalah Adanya sesak nafas pada ibu hamil dan dapat membahayakan ibu dan janin. Rumusan Masalah Bagaimana cara penanganan ashma pada saat kehamilan ? Bagaimana cara penanganan ashma pada saat melahirkan? Tujuan Memberikan pengetahuan mengenai ashma pada kehamilan Mengetahui obat-obat ashma pada ibu hamil Mengetahui cara penangan ashma pada ibu hamil
TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Asma adalah penyakit paru kronis yang melibatkan berbagai varietas immune sistem cell, yang menyebabkan timbulnya respon bronkus berupa wheezing, dyspne, batuk, dan dada terasa berat
PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP ASMA Kehamilan mempunyai efek yang bervariasi terhadap beratnya asma. Faktor yang menyebabkan terjadinya variasi derajat asma selama kehamilan meliputi peningkatan sirkulasi kortisol bebas, penurunan irama bronkomotor dan peningkatan konsentrasi adenosin monofosfat di dalam plasma. Perubahan ini, dalam keadaan normal dapat menyebabkan perbaikan derajat asma, tetapi dengan adanya faktor-faktor lain dalam kehamilan seperti paparan antigen janin dan perubahan imunitas seluler, maka keadaan ini dapat memperburuk gejala asma.
Perubahan fisiologis selama kehamilan Endocrine Terjadi perubahan pada level estrogen, progesterone dan kortisol. Dimana hormone estrogen meningkat tinggi pada trimester pertama, peningkatan estrogen merangsang pembentukan sel darah merah terjadi kenaikan volume darah untuk memperdarahi uterus dan janin. Progesteron meningkat pada trimester pertama, peningkatan ini menstimulasi pusat pernafasan dan relaksasi otot polos vascular. Namun progesterone tidak menyebabkan relaksasi otot polos bronchus
Kardiovaskular Volume darah meningkat sebagai respon dari peningkatan plasma volume dan sel darah merah. Peningkatan sel darah merah tidak sebanyak volume plasma yang mengakibatkan anemia. Kardiak Output meningkat dan denyut jantung bertambah 10 -20 denyut per menit. Range perubahan kardiak output ini berkisar 30-60% yang artinya perubahan kardiak output ini juga dipengaruhi posisi
Sistem Pernafasan Sistem pernafasan juga mengalami perubahan selama kehamilan baik anatomi dan fisiologi. Perubahan ini meliputi penyesuaian dinding dada, kenaikan diafragma, progesterone menginduksi pusat pernafasan
Penanggulangan ashma pada kehamilan 1. Pemeriksaan terhadap Penderita Penatalaksanaan asma akut dalam kehamilan dimulai dengan pemeriksaan yang teliti. Dari anamnesa didapat mengenai berapa lama sudah terjadi serangan, apakah ada tanda-tanda infeksi pernafasan, pengobatan terdahulu terutama teofilin dan kortikosteroid, serta riwayat gagal nafas dan intubasi. 2. Terapi Emergensi Diberikan terapi oksigen 3 – 4 liter/menit dengan nasal cannula untuk mempertahankan Pa O2 > 70 mmHg. Pemberian cairan intra vena yang mengandung glukosa jika pasien tidak hiperglikemi dapat diberikan Diberikan fisioterapy dan inhalasi.
Penanganan Asma Selama Proses Melahirkan Penanganan asma yang baik bagi penderita asma selama kehamilan membuat tidak adanya gejala asma selama melahirkan. Pada suatu penelitian oleh ahli asma Kalifornia pada 120 kasus wanita asma yang hamil dan terkontrol baik, terdapat 90% wanita asma yang hamil menunjukan tidak adanya gejala selama melahirkan, 2,2% mengalami serangan ringan dan 0,2% mengalami serangan asma berat.
Mereka yang memperlihatkan gejala biasanya hanya memerlukan inhalasi bronkodilator. Jika respon jelek maka diberikan metil prednisolon intravena. Untuk penderita yang mendapat kortikosteroid secara reguler atau yang sering mendapatkannya selama kehamilan, penambahan kortikosteroid parenteral direkomendasikan untuk stres selama persalinan dan kelahiran yaitu 100 mg hidrokortison intravena sewaktu mulai persalinan dan diteruskan dengan 100 mg intravena setiap 8 jam selama 24 jam atau sampai tidak ditemukan komplikasi. Dianjurkan untuk melanjutkan terapi profilaksis yang biasanya didapat (kromolin, inhalasi kortikosteroid atau teofilin) selama persalinan. Dari data tersebut tidak ada peningkatan induksi persalinan, penggunaan forseps atau seksio sesaria darurat untuk wanita penderita asma, tapi operasi elektif lebih sering. Penderita asma yang sangat berat dianjurkan untuk operasi elektif pada waktu kontrol asmanya baik.
Prostaglandin E2 aman digunakan untuk induksi persalinan dan kontraksi uterus. Penggunaan prostglandin F2α didindikasikan untuk perdarahan postpartum tetapi dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Penggunaannya untuk induksi persalinan dan menstimulasi kontraksi uterus postpartum harus di hindarkan. Sebagai alternatif, oksitosin dapat diberikan karena tidak menyebabkan bronkokonstriksi. Wanita penderita asma dapat menggunakan semua jenis penghilang rasa sakit selama persalinan, termasuk analgesia epidural. Jika dibutuhkan anestesi, akan lebih baik menggunakan analgesia epidural daripada anestesi umum, karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi paru dan atelektasis
PENANGANAN SELAMA KEHAMILAN Pemeriksaan rutin Melakukan fisioterapy Melakukan inhalasi Menjagaan berat badan pada ibu hamil
Obat-obat yang lazim digunakan untuk mengendalikan ataupun mengobati asma, diantaranya Anti Inflamasi Golongan Steroid: Obat inhalasi ( MDI, Nebulisasi ), antara lain: Budesonide, Beclomethasone dipropionate, Fluticasone, Flunisolide, dll. Obat minum (oral), antara lain: Prednison, Prednisolon, Methylprednisolon, dll. Obat injeksi (parenteral): methylprednisolon, dll. Bronkodilator (melonggarkan saluran pernafasan): Obat inhalasi (MDI, DPI, nebulisasi), antara lain: Salbutamol MDI, Fenoterol, Formoterol, Salmeterol, kombinasi Formoterol dan budesonide, kombinasi Salmeterol dan fluticasone, dll. Obat minum (oral), antara lain: Salbutamol, Terbutalin sulfat, Aminophyllin, Theophyllin, dll. Obat injeksi (parenteral): Terbutalin sulfat, Aminophyllin, dll. Obat lain: obat antikolinergik: Ipratropium bromide. Obat Pencair Dahak:
Data Keterangan Nama Ny. hapsiah Umur 37 Tahun Tanggal masuk Tanggal keluar 28 February 2010 2 february 2010 Antropometri : Berat badan Tinggi badan IMT 50kg 155 cm Klinik : Tensi Suhu 100/800 mmHg 37 C keluhan Sesak nafas dan batuk
Tanggal dan waktu Hasil Keterangan keterangan Tgl 28 ferbruary 2010 Hb = 11,4g/dl (N) Ht = 34 % (N) Leukosit =5300/ml (N) Trombosit = 282.ribu/ml kdar hb rendah Kadar lainya normal (NC-2.2) perubahan nilai laboratorium terkait dengan penurunan kadar trombosit dan leukosit
Perhitungan kebutuhan TB: 155 cm, BB awal: 50kg BBI: 49.5 kg, BMI: 20.83 kg/m2 BEE =25 x 49.5 = 1237.5 FS = 123.75 FA = 123.75 KU = 247.5 TEE = BEE + FS + FA –KU = 1237.5 kalori Protein : 2*49.5 = 99g (99*4/1237.5)*100% = 32 % Lemak = 15% * 1237.5 = 185.6/9 = 20.6g KH = 53% * 1237.5 = 655.8 / 4=164 gr
kesimpulan Dari hasil peninjauan terhadap pasien Ny. Hapsiah dapat dsimpulkan bahwa beliau mengidap penyakit ashma sebelumnya akan tetapi tidak pernah kambuh sebelumnya kecuali dalam keadaan sakit (batuk/flu). Asthmanya kambuh pada saat beliau hamil 7 bulan. Tekanan darahnya normal dan suhu badanya juga normal. Diet yang diberikan pada beliau adalah diet makana iasa karena pencernaanya tidak bermasalah hanya saja tidak diberikan makanan yang dapat merangsang pernafasannya.Ny. Hapsiah di berikan terapi inhalasi dan fisioterapy untuk membantu mempercepat meyembuhanya. Ashma pada ibu hamil biasa terjadi, hal ini cukup membahayakan ibu dan janin, karena kurangnya oksigen untuk ibu dan janin, maka dari itu dbutuhkan keseriusan dalam penanganannya. Obat-obatanya pun harus dperhatikan karena akan membahayakan janin apabila obat tersebut terbahaya.