Kuliah II: PEMILIHAN KATA DALAM TULISAN JURNALISTIK Univ. Esa Unggul, Jakarta, 23 September 2015 Dosen: Sopian, S. Sos., M.I.K Kuliah II: PEMILIHAN KATA DALAM TULISAN JURNALISTIK
KATA DAN MAKNA KATA Kata Kata merupakan suatu rangkaian bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesuatu hal. Menurut kamus, kata adalah apa yang dilahirkan dengan ucapan, ujar, bicara, cakap, ungkapan, gerak hati, keterangan. Kata adalah satu kesatuan bunyi bahasa yang mengandung suatu pengertian. Makna Kata Makna kata adalah arti atau maksud sesuatu kata (Anwar, 2002 : 285). Menurut seorang pakar bahasa, makna adalah hubungan antara bahasa dan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger, 198 1 : 108 dalam Aminuddin, 2003: 153). Makna kata pada dasarnya diperoleh karena persetujuan informal (konvensi) antara sekelompok orang untuk menyatakan hal atau barang tertentu melalui rangkaian bunyi tertentu. Kata adalah adalah persetujuan atau konvensi umum tentang interrelasi antara sebuah kata dengan referensinya (barang atau hal yang diwakilinya) (Keraf, 2004:88).
Makna kata dari kamus merupakan makna leksikal Makna kata dari kamus merupakan makna leksikal. Dalam konteks penggunaan dalam kalimat bisa bermakna luas. Perhatikan makna dari kata “amplop”. “Tolong belikan amplop” amplop = pembungkus surat. “Beri saja dia amplop” amplop = uang suap atau upah sesuatu. Kata “perempuan” yang secara leksikal bermakna “wanita”, maknanya akan berbeda dilihat dari hubungannya dengan unsur lain secara gramatikal. “Perempuan itu ibu saya” perempuan = bermakna emotif, pengertian, penuh kasih sayang, baik budi bahasanya, keibuan, dan sejenisnya. “Ih dasar perempuan” perempuan = bisa bermakna sebaliknya. Makna Denotatif dan Konotatif Kata denotatif adalah kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan, atau maknanya disebut makna denotatif. Kata dari makna denotatif tidak memungkinkan interpretasi lain dari pembacanya. Korban tewas hingga 100 orang. Kata “100” (orang) kata denotafif tepat digunakan dalam bahasa/kalimat jurnalistik Korban tewas banyak sekali. Kata “banyak” kata konotatif. Makna kata denotatif adalah makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum, dinamakan makna konotatif atau konotasi. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
PEMILIHAN KATA Pemilihan kata disebut juga dengan diksi. Penulis atau seorang jurnalis harus pandai memilih kata dengan tujuan: Memberi tekanan makna pada pesan yang ingin disampaikan. Kata yang dipilih dapat juga diterima oleh pembaca. Kata-kata yang digunakan sesuai dengan bahasa Indonesia jurnalistik. Kata Bersinonim Kata bersinonim berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. Meskipun demikian, kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak. Contohnya kata; mati, tewas, wafat, gugur, meninggal dunia. Kata Bernilai Rasa Kata yang bernilai rasa tinggi, akan memiliki dampak yang lebih kuat dibandingkan dengan kata-kata bernilai rasa rendah. secara psikologis, kata bernilai rasa tinggi menunjukkan penghormatan kepada subyek yang diberitakan. Misalnya penggunaan kata “pekerja rumah tangga” memiliki rasa yang lebih manusiawi daripada kata “babu”.
Kata Konkret dan Kata Abstrak Kata-kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dupilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak. Kata-kata konkret dapat lebih efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi sebab dapat merangsang pancaindra (Soedjito, 1988 : 5). Contoh : Para korban banjir itu, sudah tujuh hari tinggal di barak-barak pengungsian. Setiap pagi masing-masing mendapat jatah satu bungkus mie instan, sepiring nasi, dua kerat tempe, dan satu gelas susu. kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada suatu sifat, konsep, atau gagasan. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang rumit (Soedjito, l9BB:5). Kata abstrak sukar dipahami maksud dan maknanya. Bahasa jurnalislik dianggap tidak menyukai kata-kata abstrak karena pasti hanya akan menyulitkan dan membingungkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Contoh : Bupati meminta para petani korban banjir untuk tidak putus-putusnya berdoa, menyingsingkan lengan baju, dan berdiri tegak menatap hari esok yang lebih baik.
Kata Umum dan Kata Khusus Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Makin umum makin kabur gambarannya dalam angan-angan (Soedjito, 1988 : 5). Kata-kata umum sebenarnya bertentangan dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik. Akurasi berarti ketelitian dan ketepatan secara spesifik. Contoh: Para pengungsi korban banjir memperoleh pakaian, makanan, dan buah-buahan segar dari rombongan isteri gubernur yang sengaja mengunjungi mereka di barak-barak darurat kemarin. Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin khusus makin jelas maksud dan maknanya. Kata-kata khusus lebih menegaskan pesan, memusatkan perhatian dan pengertian, serta sangat selaras dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik. Contoh: Para korban banjir yang terdiri atas 67 pria lanjut usia, 79 wanita dewasa, 112 remaja putra-putri, dan 115 balita, masing-masing memperoleh selembar selimut tipis, sepotong kaus oblong, sekaleng biskuit, lima bungkus mie tnstan, dan dua butir jeruk pontianak dari gubernur yang sengaja mengunjungi mereka, Kamis kemarin di aula dan halaman kantor desa yang dijadikan barak pengungsian.
Kata Lugas Merupakan kata-kata yang bersifat langsung (to the point), tegas, lurus, ringkas, tidak merupakan frasa kata yang panjang, tidak mendayu-dayu. Contoh kata-kata yang lugas: Dia menolak menandatangani berita acara pemeriksaan karena mengaku tidak bersalang. Tidak lugas: Meski terus didesak, tersangka yang baru sekarang berurusan dengan polisi ini, menyatakan tetap merasa berkeberatan untuk membubuhkan tandatangannya pada berita acara pemeriksaan (BAP) yang disodorkan polisi karena sejak masuk kamar tahanan juga ia mengaku tidak bersalah.
KAIDAH PEMILIHAN KATA DALAM BAHASA JURNALISTIK Pakar bahasa mengingatkan, pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok. Pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan. - dicapai dengan penguasaan etimologi, semantik, tatabahasa, ejaan, frasa, klausa, istilah, ungkapan, idiom, jargon, singkatan, akronim, peribahasa, kamus, dan ensiklopedia. Kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam menggunakan kata tadi. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 2004:87). lebih banyak dipengaruhi faktor teknis tatabahasa, faktor psikologis narasumber dan jurnalis, konteks situasi dan maksud pesan yang disampaikan, serta aspek etis, etnis, dan sosiologis khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Contoh; orang Sunda tidak menyukai penggunaan kata “waduk” (menggantikan kata “bendungan”), karena “waduk” dalam bahasa Sunda berarti tinja atau kotoran manusia.
KAIDAH PEMILIHAN KATA Pakar bahasa mengingatkan, pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok. Pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan. - dicapai dengan penguasaan etimologi, semantik, tatabahasa, ejaan, frasa, klausa, istilah, ungkapan, idiom, jargon, singkatan, akronim, peribahasa, kamus, dan ensiklopedia. - TUGAS ANDA MENCARI PENGERTIAN SEMUA ITU YANG DISUSUN DALAM BENTUK MATRIK Kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam menggunakan kata tadi. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 2004:87). lebih banyak dipengaruhi faktor teknis tatabahasa, faktor psikologis narasumber dan jurnalis, konteks situasi dan maksud pesan yang disampaikan, serta aspek etis, etnis, dan sosiologis khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Contoh; orang Sunda tidak menyukai penggunaan kata “waduk” (menggantikan kata “bendungan”), karena “waduk” dalam bahasa Sunda berarti tinja atau kotoran manusia.
KOSA KATA JURNALISTIK Dalam bahasa jurnalistik, kata, istilah, idiom, atau ungkapan-ungkapannya bersifat dinamis, tidak statis sehingga kosa kata dalam bahasa jurnalistik mengalami: penyempitan makna, perluasan-makna, pengembangan kata-kata aktif, pengaktifan kosa kata, meliorasi, peyorasi, dan metafora. Penyempitan makna kata. Kata yang mengalami penyempitan makna: Contoh: pendeta, dahulu berarti orang yang berilmu. Sekarang pendeta berarti pemuka atau guru agama kristen. Perluasan makna. Kebalikan dari penyempitan makna. Kata “ibu” dahulu hanya untuk wanita yang melahirkan. Sekarang bisa untuk wanita yang sudah dewasa.salam “ Assalamu’alaikum...” tidak hanya diucapkan oleh orang Islam, tapi seakan sudah menjadi salam secara nasional. Penguasaan kata aktif. Kata-kata yang digunakan sebagai pelecut inspirasi dan motivasi seperti; bersama kita bisa, lebih cepat lebih baik, dll. Ameliorasi. Ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru ketika makna yang baru dianggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan yang lama. Contoh, kata ke kakus dan ke wc, sekarang sudah banyak ditinggalkan menjadi “ke belakang” atau bahkan ke toilet. Kata jongos, babu, pembantu menjadi kurang tepat dan dan kurang manusiawi.
Peyorasi. Peyorasi yaitu perubahan makna dari yang baru ke yang lama ketika yang lama dianggap masih tetap lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan makna yang baru. Peyorasi menolak masuknya makna-makna baru ke dalam suatu kata atau istilah tertentu yang ternyata tidak menjadi lebih baik, tetapi malah merosot menjadi buruk atau rendah nilai rasa bahasa dan nilai sosialnya. Contoh; kata efektif dan efisien yang dulu biasa dan lazim digunakan kemudian dianggap kurang tepat, oleh sejurnlah pakar bahasa diganti dengan kata sangkil dan mangkus. Metafora. Termasuk ke dalam kelompok gaya bahasa kiasan. Kiasan menunjuk pada perbandingan atau pengandaian dua hal secara langsung dalam bentuk frasa atau klausa singkat dan sederhana. Contoh; pahlawan bunga bangsa, orang yang membantu dalam kejahatan kaki tangan, orang yang dicintai buah hati. Bahasa jumalistik juga disarankan untuk tampil variatif, segar, berwarna, terutama untuk laporan-laporan yang menggunakan gaya berkisah seperti feature dan depth reportrng. Dengan metafora, bahasa jurnalistik pada laporan-laporan berkisah akan terasa lebih hidup, mengembangkan imajinasi. next - 45
Kata Mubazir (atau Bukan) Menurut B.H. Haed (1977), kata-kata mubazir adalah kata-kata yang apabila tidak dipakai tidak akan mengganggu kelancaran komunikasi. Termasuk kata-kata mubazir, yaitu antara lain kata: Hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (jam).... Bahwa. Kata bahwa adalah konjungsi yang bertugas menghubungkan klausa utama (induk kalimat) dengan klausa bawahan (anak kalimat) yang menyatakan kesamaan. Boleh digunakan bila benar-benar dianggap perlu untuk kejelasan kalimat yang sekali-kali harus panjang. Adalah, ialah, yaitu, yakni, merupakan adalah konjungsi yang secara semantik menghubungkan menyamakan dua buah kalusa , atau antara klausa dengan klausa lain dalam sebuah kalimat. Penggunaan kata-kata tersebut bisa saja tetap digunakan apabila dianggap perlu dan jika ditanggalkan membuat suatu kalimat menjadi kurang atau malah tidak dipahami. Konjungsi lain perlu atau tidak perlu digunakan sesuai dengan konteks kalimatnya adalah untuk, guna, bagi. Kata lain yang perlu atau tidaknya digunakan sesuai konteks kalimat adalah; telah, sedang, akan, dari, daripada, di mana, dari mana, yang mana, hal mana, apa, kepada siapa.
Begitu pula dengan kata penanda jamak dan bentuk ulang (semua, sebagian, sejumlah, banyak, seluruh, sekalian, para.... ), mengenai, tentang, perihal. Berikutnya kata-kata hipermini dan hiponimi. Di dalam kajian semantik (kajian tentang makna) dikenal adanya istilah hipermini (disebut jupa superordinat) dan istilah hiponimi (disebut juga subordinat). Hipermini adalah kata yang maknanya mencakup makna sejumlah kata lain. Contoh kata ikan, mencakup; tongkol, teri, kembung, dll. Sedangkan kata hipomini contohnya tongkol termasuk dalam ikan. Kalau dalam suatu kalimat terdapat kata tongkol, tidak perlu ditambahkan kata ikan didepannya menjadi “ikan tongkol”.
Hemat Kata Hemat Kata (Secara Gramatikal) Hemat kata secara gramatikal adalah upaya penghematan dengan memanfaatkan sarana morfologis dan sintaksis sepanjang yang diizinkan dalam tata bahasa Indonesia yang benar. Hemat kata secara morfologis, salah satunya dengan menggunakan afiks (imbuhan) secara konsekuan, menurut kaidah gramatikal yang ada, meskipun dalam berbahasa sehari-hari tidak atau belum digunakan orang. Misalnya, salah satu makna gramatrkal prefis (awalan) ber –dalam arti naik seperti: naik kuda berkuda, naik sepeda bersepeda, naik motor bermotor. Kalau demikian, maka: naik bemo berbemo, naik ojek berojek. Begitu pula ber – maknanya memakai. Memakai jilbab berjilbab, memakai cincin bercincin, .... Penghematan kata lain contohnya: mengalami penderitaan menderita, melakukan perampokan merampok, melakukan jadwal ulang menjadwal ulang,....
Hemat kata secara sintaksis dengan cara melesapkan salah satu unsur kalimat atau lebih sehubungan dengan adanya kesamaan kalimat (klausa) itu dengan kalimat (klausa) lain. Umpamanya bagian yang bercetak miring yang merupakan unsur subjek dan predikat pada kalimat (1) dan kalimat (2) salah satunya bisa ditanggalkan atau dilesapkan. (1) Minggu ini pansus angket Bank Century DPR memeriksa Wapres Budiono. (2) Minggu depan pansus angket Bank Century DPR memeriksa Menkeu Sri Mulyani. Kedua kalimat di atas dapat dihemat menjadi: Minggu ini pansus angket Bank Century DPR memeriksa Wapres Budiono, minggu depan Menkeu Sri Mulyani. Hemat kata dalam bidang sintaksis dapat juga dilakukan dengan menghindari frase yang panjang dan menggantikannya dengan frase yang lebih pendek.
TUGAS DI RUMAH Asyiiik... Jelaskan pengertian: Etimologi, semantik, tatabahasa, sintaksis, ejaan, frasa, klausa, istilah, ungkapan, idiom, jargon, akronim, peribahasa, dan berikan contohnya masing-masing. Kliping sebuah berita dari media online atau media cetak, kemudian analisis kata-kata yang digunakannya sesuai dengan pembahasan pada materi kuliah ini. Ketentuan: Tugas dikerjakan secara individual, tidak boleh contek-menyontek. Sanksi nilai bagi yang menyontek! Tugas diketik di kertas HVS A4, times new roman 12, spasi 1,5, serta melampirkan kliping ragam tulisan yang dimaksud. Tugas diserahkan pada perkuliahan berikutnya (30/09/15).