PARADIGMA BARU PENYULUHAN PERTANIAN DI ERA OTONOMI DAERAH Oleh : Agustina Bidarti, SP., M.Si
JAMAN TELAH BERUBAH Keadaan fisik vs Suasana batin. Sejak 30 tahun yl. telah banyak perubahan : Keadaan fisik vs Suasana batin. Otokrasi Demokrasi = kebebasan berfi-kir, berbicara dan bertindak. Keseragaman Keragaman, perbedaan. Otonomi Daerah membawa banyak perubahan : Kelembagaan dinas-dinas beragam Peraturan-peraturan berubah dan beragam Ditentukan oleh Pusat oleh Daerah.
Tak dapat dipungkiri bahwa sejak PELITA I telah banyak perubahan yang terjadi : Pertanian vs Industri Produksi pangan (beras) Produksi lain-lain : daging & telur ayam Kekurangan jagung & kedelai & Bungkil kedelai. Tuntutan konsumen tidak hanya dalam kuantum, tetapi juga kualitas. Perdagangan bebas dunia/global. Persaingan makin seru kita harus bisa menang. Perubahan itu membawa tantangan baru bagi petani untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi secara terus menerus.
Perubahan lain : Petani Indonesia umumnya telah banyak berubah. Populasi petani : jumlah dan kualitasnya. Kualitas SDM/Petani: - pendidikan sdh lebih baik - usia harapan hidup & kesehatan - mengenal kemajuan - kebutuhan-kebutuhan - harapan-harapan - pengetahuan & keterampilan bertani - pola & kemampuan berkomunikasi - terdadah oleh media massa - berorientasi pasar - dan lain sebagainya. Prasarana : - jalan dan perhubungan/transportasi - telekomunikasi - irigasi - energi : listrik, bahan bakar (minyak,gas)
Dengan kualitas dan prasarana yang lebih baik Dengan kualitas dan prasarana yang lebih baik kebutuhan petani dan keluarganya meningkat motivasi meningkatkan prod. Meskipun perubahan dan kemajuan itu terjadi di hampir semua daerah tetapi diakui bahwa tingkat kemajuan yang dialami tidaklah sama di semua daerah. Ada tiga kategori wilayah : Wilayah I dengan prasarana memadai, tekno-logi maju telah mantap, produktivitas tinggi, berorientasi pasar, sudah membutuhkan dan mencari informasi pertanian. Wilayah II dengan prasarana baru dibangun tapi belum memadai, mulai mengenal tekno-logi maju tapi belum mantap, produktivitas sedang, belum berorientasi ke pasar, belum aktif mencari informasi pertanian.
3. Wilayah III dengan prasarana pertanian belum ada, teknologi tradisional, produkti-vitas rendah, bersifat subsisten, belum merasa memerlukan informasi pertanian. Perbedaan tingkat perkembangan pertanian se-perti disebutkan di atas perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam menentukan sistem penyuluhan yang akan dilakukan di wilayah ybs. Perubahan lain : perubahan kebijaksanaan peme-rintah : - demokrasi pertanian peran petani. - desentralisasi penyuluhan pertanian; - otonomi daerah; - dibangunnya BPTP/IP2TP di daerah. Perubahan-perubahan itu perlu diperhatikan da-lam menyusun paradigma baru penyuluhan perta.
PARADIGMA BARU PENYULUHAN PERTANIAN Perubahan-perubahan yang demikian banyak dalam dunia pertanian dan para petaninya tadi harus dihadapi dengan strategi penyuluhan yang baru. Paradigma baru = Cara pandang baru = Cara berfikir baru. Paradigma baru diperlukan untuk mampu me-respon pada tantangan-tantangan baru. Sembilan unsur paradigma ini perlu dilaksana-kan secara terpadu hingga menjadi sesuatu yang utuh. Keutuhan inilah yang baru.
Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Penyuluhan adalah Jasa Informasi Informasi relevan dgn kondisi Lokalitas Materi penyuluhan Berorientasi Agribisnis Gunakan Pendekatan Kelompok Fokus pada Kepentingan Petani Pendekatan Humanistik-Egaliter Kembangkan sifat Profesionalisme Utamakan Akuntabilitas Upayakan agar Memuaskan Petani.
Sampai Jumpa di pertemuan berikutnya TERIMA KASIH Sampai Jumpa di pertemuan berikutnya