Liberalisme dalam Hubungan Internasional Kelompok 3 Liberalisme dalam Hubungan Internasional
Dinda Feby Shafira M. Ilham Mahardika Ardika Wasis Harsanto Cik Ida Kumalasari Amirudin Fachry Surya Nanda Whisnu Yudha Caretta Enggar Niko Priyambodo Hafiz Alfiansyah Izzudin Ardika Wasis Harsanto
Kebutuhan dasar manusia Pemikiran Liberal Kebebasan Individu Kebutuhan dasar manusia Liberalisme Realisme BERTENTANGAN
Pandangan positif tentang sifat manusia Asumsi Dasar Liberalisme dalam HI (Jackson & Sorensen 2005:139) Pandangan positif tentang sifat manusia Keyakinan bahwa hubungan internasional lebih bersifat kooperatif dari pada konfliktual Percaya akan kemajuan Negara pada hakikatnya dibentuk oleh manusia, oleh karena itu memiliki sifat dasar yang sama dengan manusia
Pemikiran liberal dalam studi HI sangat erat kaitannya dengan munculnya negara liberal modern. Filsuf liberal, dimulai dari John Locke di abad ketujuhbelas, melihat potensi yang besar bagi kemajuan manusia dalam civil society dan perekonomian kapitalis modern, keduanya dapat berkembang dalam negara-negara yang menjamin kebebasan individu. Modernitas membentuk kehidupan yang baru dan lebih baik, bebas dari pemerintahan yang otoriter dan dengan tingkat kesejahteraan yang jauh lebih tinggi. Ketika semua negara menerapakan prinsip ini, John Locke meyakini bahwa negara-negara itu akan saling menghargai dan saling mempercayai satu sama lain.
Perspektif Liberalisme menjadi dominan setelah pecahnya perang dunia pertama, dimana muncul suatu rasa trauma serta kesedihan yang mendalam yang diakibatkan oleh peperangan. baik berupa harta , maupun nyawa. Perang merupakan sesuatu yang termat sangat mengerikan bagi umat manusia, dan khususnya bagi tentara-tentara muda yang dikenakan wajib militer dan terbantai berjuta-juta, terutama dalam peperangan parit di garis depan pihak Barat (Gillbert 1995: 258 dalam Jackson&Sorensen, 2009: 46).
Liberalisme awal ini disebut dengan Liberalisme ‘Utopian’ Liberalisme awal ini disebut dengan Liberalisme ‘Utopian’. Tokoh terkenalnya adalah presiden Woodrow Wilson dari Amerika Serikat yang terkenal dengan “Empatbelas poin perdamaian Wilson”. Liberalisme menginginkan seluruh negara yang ada didunia untuk menganut paham demokrasi, dengan begitu akan semakin memperkecil nafsu dari sistem otokratisnya untuk berperang serta melakukan ekspansi terhadap negara lain. Dengan menyatukan kesepahaman tersebut maka lebih menjamin tercegahnya perang-perang besar yang lain (Jackson&Sorensen, 2009: 48).
Analogi Wilson Wilson gagal mengusung negara yg “buas” Negara di dunia = Binatang Buas Politik Internasional = Hutan Belantara Wilson gagal mengusung negara yg “buas” Kurung Organisasi Internasional
Wilson berkeyakinan bahwa binatang-binatang yang buas tersebut mampu untuk ‘diikat’ melalui sebuah perjanjian internasional dan dimasukkan kedalam sebuah ‘kandang’ serta dengan kontrol organisasi internasional yang berperan sebagai ‘kebun binatang’.
Setelah Perang Dunia II Liberalisme Sosiologis Liberalisme Interdependensi Liberalisme Institusional Liberalisme Republikan
Liberalisme Sosiologis Keterlibatan banyak pihak (masyarakat, swasta, kelompok, individu, dsb) dan pemerintah Semakin kecilnya keterlibatan pemerintah akan akan menyebabkan semakin meningkatnya hubungan antar-bangsa di dunia Contoh : Konferensi kepemudaan seperti International Youth Conference
Liberalisme Interdependensi Perekonomian internasional yang meningkatkan interdependensi antar-negara akan menekan dan mengurangi konflik kekerasan antar-negara Semakin besarnya tingkat interdependensi dalam hubungan internasional akan semakin mewujudkan perdamaian Aktor-aktor transnasional semakin penting, kekuatan militer merupakan instrumen yang kurang berguna, dan kesejahteraan menjadi tujuan utama bagi negara-negara Contoh : Uni Eropa
Liberalisme Institusional adanya institusi internasional mampu mendorong dan memajukan kerjasama di antara negara-negara Adanya organisasi internasional mampu menjadi seperangkat aturan yang mengatur tindakan negara Dengan adanya institusi internasional akan membantu mengurangi rasa saling curiga antara negara yang satu dengan negara yang lain Contoh : Rezim-rezim internasional seperti, WTO (World Trade Organization) atau organisasi regional seperti Uni Eropa dan ASEAN
Liberalisme Republikan Demokrasi
Kelebihan Liberalisme Aspek non negara sebagai aktor HI Pandangan optimistis Menjunjung tinggi HAM dan demokrasi
Kelemahan Liberalisme Sikap positif dan kooperatif Pendapat Liberalisme Republikan Anomali dan Upaya Demokratisasi melalui peperangan
STUDI KASUS : KONFLIK LAUT CHINA SELATAN