Kesalahan Berfikir (Fallacy)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Logika Bahasa Ilmiah - 6 -
Advertisements

Penalaran, Asumsi, Konteks dan Peta Berpikir
PENALARAN DEDUKTIF silogisme
Menyusun Argumen.
BAHASA DAN KAIDAH BERPIKIR
Pertemuan XII PENALARAN INDUKTIF.
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Pertemuan VIII – SILOGISME KATEGORIS
PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF
Pengenalan logika Pertemuan 1.
Sugeng rawuh ! Fb : sholihin aminarta.
PENALARAN DAN DEFINISI Disusun oleh : YUNI DESITA ( )
Setelah diberikan penilaian dari seluruh karangan siswa kelas XI IPA 2 dengan jumlah 42 siswa, ternyata 30 siswa mendapat nilai 8, 10 siswa mendapat nilai.
Kalimat yang Bernalar.
PENALARAN deduktif – Silogisme kategoris
MENGEVALUASI ARGUMENTASI
pendahuluan TOPIK I : SESAT PIKIR Lampiran 4 Deskripsi:
SESAT PIKIR (FALASI), MASALAH LOGIKA Kuliah logika
[SAP 10] Sesat Pikir (FALLACIES)
Kesesatan berpikir dalam logika
PENALARAN Pengertian Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan dat atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer.
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom., MM.
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
PEMBAGIAN & PENGGOLONGAN LOGIKA
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Pernalaran Bahasa Indonesia
Oleh: Syaifurrahaman Hidayat, S.Kep.,Ns
BAHAN 10 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Ilmu Penalaran atau Logika
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
SILOGISME DAN ENTIMEN.
Semua artis adalah seksi. Jupe adalah seksi.
KALIMAT Kalimat: rentetan kata yang disusun sesuai kaidah yang berlaku/bagian teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran secara utuh.
SALAH NALAR.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer.
PEMBAGIAN & PENGGOLONGAN LOGIKA
LOGIKA.
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
IV. KESESATAN PIKIR Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
Kekeliruan berpikir Kekeliruan (fallacy) adalah kekeliruan penalaran yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar kaidah-kaidah.
Ilmu Penalaran atau Logika
Alda putra eka prasetia ( )
Penalaran Tujuan bab ini adalah agar para maha-siswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang ditulis. Penalaran yaitu proses berpikir.
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
MENGEVALUASI ARGUMENTASI
BAB XXI PENALARAN DAN ANALISIS KRITIS Pertemuan 21
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom.
MENGOMENTARI BUKU CERITA YANG DIBACA
Kurniawan Saputra, S.Kom., M.Kom Agiska Ria Supriyatna, S.Si, MTI
DASAR-DASAR KOMUNIKASI INTERPERSONAL
SILOGISME Disusun Oleh : Ririn Purwatiningsih
ILMU DAN LOGIKA.
PENALARAN & ANALOGI. Disusun oleh: Dame Angela Parsaulian ( )
Penalaran Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi.
Pertemuan Ke-1 Ridwan, S.T,. M.Eng Ridwan, S.T, M.Eng.
PENYIMPULAN Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari pengetahuan yang telah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru. Pengetahuan yang telah dimiliki = titik.
Karina Jayanti,S.I.Kom.,M.Si
PENALARAN INDUKTIF (Generalisasi, Analogi dan Kausal)
SALAH NALAR Karina Jayanti.
Pengertian dan Macam Macam Silogisme
ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN
BAHAN 10 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Transcript presentasi:

Kesalahan Berfikir (Fallacy) Muhammad Haramain, M.Sos.I. Pengampu Mata Kuliah Dasar-Dasar Logika

Pendahuluan Dalam logika dikenal istilah strategems atau fallacies; yakni kesalahan argumentasi karena kerancuan menggunakan bahasa atau kekeliruan berpikir.

Falasi berasal dari fallacia atau falaccy dalam bahasa Yunani dan Latin yang berarti ‘sesat pikir’. Falasi didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa diterjemahkan dalam bahasa sederhana dengan ‘ngawur’.

Sesat fikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah yang disebabkan pemaksaan prinsip–prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.

Kesesatan penalaran terdapat pada siapa saja bukan kesesatan dalam fakta– fakta, tetapi dari bentuk penarikan kesimpulan yang salah karena tidak dari premis–premis yang menjadi acuan.

Jenis Kesalahan Berfikir Formal Fallacy Informal Fallacy

A. Formal Fallacy Fallacy of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term) Fallacy of Unditributed Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup) Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar) Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan dari Dua Premis yang Negatif) Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat) Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab) Fallacy of Disjunction (Kekeliruan dalam Bentuk Disjungtif) Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)

1.Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term Kesesatan berfikir karena menggunakan empat term dalam silogisme. Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya tiga term. Contoh : Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan. Orang berpenyakit panu adalah membuat penularan penyakit, jadi harus diasingkan.

2.Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup Contoh : Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah ia banyak belajar. Semua anggota PBB adalah Negara merdeka. Negara itu tentu menjadi anggota PBB karena memang negara merdeka.

3.Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar Kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup. Contoh : Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura- kura, karena itu ia bukan binatang melata. Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda jadi ia bukan binatang.

4.Kekeliruan Karena Menyimpulkan dari Dua Premis yang Negatif Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi. Contoh : Tidak satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.

5. Kekeliruan Karena Mengakui Akibat Kekeliruan berfikir dalam silogisme hipoteka karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula akibatnya. Contoh : Bila terjadi perang harga barang-barang naik. Sekarang harga naik, jadi perang telah terjadi.

6. Kekeliruan Karena Menolak Sebab Kekeliruan berfikir adalah silogisme hipoteka karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana. Contoh : Bila datang elang, maka ayam berlarian. Sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian. Bila permintaan bertambah, harga naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga naik.

7. Kekeliruan dalam Bentuk Disjungtif Kekeliruan berfikir terjadi dalam silogisme disjungtif karena mengingkari alternative pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain. Contoh : Dia pergi ke Makassar atau ke Bulukumba. Ternyata dia tidak di Makassar, berarti dia ada di Bulukumba. (Dia bisa tidak di Makassar maupun di Bulukmba)

8. Kekeliruan Karena tidak Konsisten Kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya. Contoh : Tuhan adalah Maha kuasa, karena itu Ia bisa menciptakan Tuhan lain yang lebih kuasa dari Dia.

B. Informal Fallacy (1) Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru) Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga) Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Karena Mengundang Permasalahan) Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar) Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar) Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarakan pada Otoritas) Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)

Informal Fallacy (2) Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi) Fallacy of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu) Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet) Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana) Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat) Fallacy if Irrelevent Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang TIdak Relevan) Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi) Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)

1. Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang Terburu-buru. Kekeliruan berfikir karena tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehinggga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya, seperti : Dia orang Islam, mengapa membunuh? Kalau begitu orang Islam memang jahat. Panen di kabupaten itu gagal, kalau begitu tahun ini Indonesia harus mengimpor beras.

2. Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga Kekeliruan berfikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan, seperti : Dua mahasiswa sedang berbicara dengan berbisik-bisik. Kemudian datang seseorang yang kebetulan mempunyai hubungan tidak baik dengan salah satu di antara mereka. Orang yang datang ini kemudian berkata ; ‘Kau memang tidak suka padaku’. Kejelekanku kau siarkan ke mana- mana. (Padahal dua orang yang berbincang itu tengah merundingkan masalah lain)

3. Kekeliruan Karena Mengundang Permasalahan Kekeliruan berfikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti : Allah itu mesti ada karena ada bumi (di sini orang akan membuktikan bahwa Allah itu ada dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan Allah).

4. Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar Kekeliruan berfikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian konklusi tersebut dijadikan premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argumen berikutnya, seperti ; Alumni STAIN Parepare kurang bermutu, karena organisasinya kurang baik. Mengapa organisasi STAIN Parepare itu kurang baik? Dijawab karena lulusan perguruan tinggi itu kurang bermutu. Ekonomi Negara Indonesia tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai yang korupsi? Jawabnya karena ekonomi Indonesia kurang baik.

5. Kekeliruan Karena Berganti Dasar Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpuulan melompat dari dasar semula, seperti: Ia kelak menjadi sarjana yang cerdas, sebab orang tuanya kaya. Pantas ia cantik, karena pendidikannya tinggi. Bentuk tulisannya bagus, jadi ia adalah anak yang pandai.

6. Kekeliruan Karena Mendasarkan pada Otoritas Kekeliruan berfikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, seperti: Sabun mandi ini sangat baik, sebab artis Dian Sastro selalu menggunakannya. (Dian Sastro adalah seorang artis, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya bahan yang dipakai untuk membuat sabun mandi).

7. Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan Kekeliruan berfikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argumen seseorang dengan menyatakan: Kau masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun kuliah disini, aku sudah lima tahun.

8. Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi Kekeliruan berfikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya, seperti: Dia adalah seseorang yang nakal, jangan dengarkan pendapatnya. Jangan dengarkan gagasan dia tentang konsep kemajuan kampus ini. Waktu ia menjabat ketua HMJ di sini, ia menyelewengkan uang panitia.

9.Kekeliruan Karena Kurang Tahu Kekeliruan berfikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar, seperti : Sudah beberapa kali kau kemukakan alasanmu tetapi tidak terbukti gagasanku salah. Inilah buktinya bahwa pendapatku benar. Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku benar, bahwa hantu itu tidak ada.

10.Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet Kekeliruan berfikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak, seperti : Jadi, anda sekarang berhenti dari kebiasaan menganiaya istri anda? (Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya pernah menganiaya istrinya). Jika pertanyaan ini dijawab dengan “ya” berarti orang yang ditanya setidak- tidaknya pernah menganiaya istrinya. Bila dijawab “tidak” berarti yang ditanya terus melaksanakan kebiasaan jeleknya menganiaya istrinya; padahal orang yang ditanya barangkali memang belum pernah melakukan penganiayaan kepada istrinya.

11.Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana Kekeliruan berfikir karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti: Kendaraan buatan Yamaha adalah terbaik, karena Lorenzo juara Moto GP.

12.Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat Kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya, seperti : Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah. Jadi hari ini kita makan daging mentah.

13.Kekeliruan Karena Argumen yang Tidak Relevan Kekeliruan berfikir karena mengajukan argument yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti : Pisau silet itu berbahaya daripada peluru, karena tangan kita seringkali teriris oleh pisau silet dan tidak pernah oleh peluru. Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mencintaiku?

14.Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi Kekeliruan berfikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar, seperti : Saya heran mengapa banyak orang takut menggunakan kapal terbang dalam bepergian karena banyak orang tewas karenakecelakaan kapal terbang. Kalau begitu sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur, karena hampir semua orang menemui ajalnya di tempat tidur. Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka Tuhan pun memerlukan bahan dalam menciptakan alam semesta.

15.Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan Kekeliruan berfikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Contoh Mahasiswa ingin dapat ikut ujian, padahal ia banyak malas: “Saya sampaikan permohonan ini pada Bapak Dosen, bukan untuk kepentingan saya sendiri, tetapi menyangkut permasalahan mahasiswa STAIN Parepare secara umum. Mahasiswa kuliah untuk mengejar cita- cita. Kami datang ke perguruan tinggi berbekal do’a dan harapan orang tua. Orang tua kami bekerja keras untuk kami dapat kuliah disini. Hanya karena tidak dapat mengikuti ujian, dapat berpengaruh terhadap nilai dan semangat menuntut ilmu. Kami tidak ingin mengecewakan orang tua, Pak..”

Terimakasih