Membangun Bisnis dengan Nilai-nilai Islam Konsep bisnis Islam dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa bisnis pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material yang tujuannya hanya semata-mata mencari keuntungan duniawi, tetapi juga bersifat immaterial yang tujuannya mencari keuntungan dan kebahagiaan ukhrawi. Bisnis dalam islam harus terbebas dari unsur-unsur penipuan (gharar), kebohongan, riba dan praktek-praktek lain yang dilarang oleh syariah.
A. Berbisnis cara Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW selain sebagai pedagang yang sukses juga pemimpin agama. Beliau memberikan contoh yang baik dalam setiap transaksi bisnisnya melakukan transaksi-transaksi secara jujur, adil, dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh, apalagi kecewa. Reputasinya sebagai pedagang yang benar dan jujur telah tertanam dengan baik sejak muda.
B. Berbisnis dengan Qalbu Hati adalah sumber pokok bagi segala kebaikan dan kebagahagian seseorang.Bahkan bagi seluruh makhluk yang dapat berbicara, hati merupakan kesempurnaan hidup dan cahayanya.
Ada 10 prinsip bisnis dengan hati yang perlu menjadi pertimbangan dalam mengembangan usaha Kawan adalah asset berharga Tidak ada usaha yang tidak berhubungan dengan orang lain, dalam membina hubungan dengan orang lain, letakkanlah nilai persahabatan, nilai pertemanan, yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan sekedar meraih keuntungan uang. Kepercayaan adalah modal jangka panjang Modal dalam usaha itu dapat dibagi dalam modal tangible dan intangible. Uang gedung dan peralatan adalah modal tangible, namun selain itu ada modal intangible yang jauh lebih berharga untuk usaha jangka panjang, yaitu modal kepercayaan.
3. Menjual dengan harga lebih tinggi dari pembelian, bukan harga tertinggi Maknanya adalah berbisnis bukan sekedar mengejar keuntungan dengan membeli serendah rendahnya, kemudian menjual dengan harga tertinggi namun berbisnis dan berusaha adalah bagaimana dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi orang lain sebesar besarnya. 4. Mendengarkan kata hati Dalam melakukan tindakan, mengambil keputusan, belajarlah memisahkan antara ego dan pikiran yang dikuasai emosi, ego pribadi, nafsu duniawi, dengan pikiran yang dikendalikan hati.
5. Bekerja dengan hati Mereka yang bekerja dengan hati akan selalu bersikap baik kepada siapapun, kepada bawahan, pekerja atau pelayan. Bekerja denga hati akan membuat pekerjaan terasa ringan dan enteng tanpa beban. 6. Kekayaan bukan dinilai dari uang yang dimiliki Menjadi kaya bukan sekedar berhubungan dengan memiliki banyak uang, namun keayaan yang utama adalah seberapa besar uang yang kita dapatkan digunakan untuk menolong dan memberi manfaat pada orang lain. 7. Berorientasi pada manfaat sebesar besarnya Berbisnis bukan seedar pada profit atau keuntungan materi sebesar besarnya, tapi lebih berorientasi memberikan manfaat sebesar besarnya bagi orang lain, karena berbisnis juga ibadah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME.
8. Fokus pada apa yang diperoleh bukan yang hilang Jangan pikirkan kesempatan, peluang atau kegagalan yang sudah lewat, hal ini dapat membuat Anda stress, atau berlaku tidak bijaksana. Fokuslah memikirkan apa yang Anda peroleh saat ini. 9. Gagal hanyalah sebuah proses Gagal bukanlah akhir segalanya, tetapi bagian dari proses untuk menghasilkan rencana rencana baru, bagian dari proses menuju rencana rencana baru. Janganlah terpaku pada kegagalan, kegagalan merupakan pembelajaran yang sangat berharga. 10. Akui kesalahan dengan rendah hati Kesalahan kesalahan dalam mengambil keputusan dalam menjalankan usaha biasa saja terjadi. Ketika Anda menyadari bahwa itu suatu kesalahan keputusan yang Anda ambil, dan merasa bahwa aryawan atau partner Anda yang benar maka akui dengan rendah hati.
C. SEMBILAN ETIKA PEMASAR 1. Memiliki kepribadian spiritual (takwa) 2. Berprilaku baik dan simpatik (Shidq) 3. Berprilaku adil dalam bisnis (Al-Adl) 4. Bersikap melayani dan rendah hati (Khidmah) 5. Menepati janji dan tidak curang 6. Jujur dan terpercaya (Al- Amanah) 7. Tidak suka berburuk sangka (Su’uzh-zhann) 8. Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah) 9. Tidak melakukan sogok (Riswah)
D. Membangun Nilai-nilai Kejujuran Dalam Bisnis Sifat terpenting bagi pebisnis yang diridhai Allah adalah kejujuran. Dalam sebuah hadist dikatakan: “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (penuh amanah) adalah bersama para nabi, orang-orang yang membenarkan risalah nabi (shiddiqin) dan para syuhada (orang yang mati syahid)” (HT Al-Tirmidzi). Oleh karena itu, tak heran jika prinsip al-amanah ini menjadi sangat penting perannya dalam hidup bermasyarakat dan bermuamalah.
Kejujuran ini merupakan factor penyebab keberkahan bagi pedagang dan pembeli, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis sahih, “ penjual dan pembeli mempunyai hak untuk menentukan pilihan selama belum masih berpisah. jika keduanya berlaku jujur dan menjelaskan yang sebenarnya, diberkatilah transaksi mereka. Namun, jika keduanya saling menyembunyikan kebenaran dan berdusta, keduanya bias jadi mendapatkan keuntungan tetapi melenyapkan keberkahan transaksinya “( HR Muttafaq’Alaih dan Hakim ibn Hizam ). Al – Quran memerintahkan pada manusia untuk jujur, tulus, ikhlas, dan benar dalam semua perjalanan hidupnya, dan ini sangat dituntut dalam bidang bisnis syariah.
E. Keadilan Versus Keserakahan Salah satu prinsip dari bermuamalah yang harus menjadi akhlaq dan harus tertanam dalam diri pemasar adalah sikap adil (al-‘adl). Lawan kata dari keadilan adalah kedzaliman (Al-Dzulm), yaitu sesuatu yang telah diharamkan Allah atas diri-Nya sebagaimana telah diharamkan-Nya atas hamba-Nya. Allah Swt menekankan sikap adil dalam bermuamalah (bisnis), sesuai dengan firmanNYA, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS Al-Nahl [16]: 90).
Islam secara jelas menjelaskan ketulusan dan transparansi dalam bermuamalah (berbisnis). “ Dan berikanlah ukuran yang penuh dengan timbangan dengan adil” (QS Al-An’am [6]: 152). “Maka berikanlah ukuran dan timbangan sepenuhnya tanpa merampas apa yang telah menjadi hak mereka, dan jangan membuat kerusakan di bumi setelah diperbaiki. Hal ini baik bagimu jika kamu sekalian beriman” (QS Ali Imran [3]: 85).
F. Empat Sifat Nabi Dalam Mengelola Bisnis 1) Shiddiq Siddiq adalah sifat Nabi Muhammad SAW, artinya ‘benar dan jujur’. Jika seorang pemimpin, ia senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya. 2) Amanah Amanah artinya dapat ‘dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel’. Konsekuensi amanah adalah mengembalikan setiap haq kepada pemiliknya, baik sedikit ataupun banyak, tidak mengambil lebih banyak daripada yang ia miliki, dan tidak mengurangi haq orang lain, baik itu berupa hasil penjualan, fee, jasa atau upah buruh.
3) Tabligh Sifat tabligh artinya komunikatif dan argumentative. Orang yang memiliki sifat tabligh, akan menyampaikannya dengan benar (berbobot) dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-hikmah). 4) Fathanah Fathanah dapat diartikan sebagai intelektual, “kecerdikan atau kebijaksanaan”. Pemimpin perusahaan yang fathanah artinya pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya.