SITUASI KLB DIFTERI DI JA WA TIMUR SITUASI s/d 5 Des 2012.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Apakah Imunisasi itu ? Imunisasi ialah tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak. Apakah tujuan dan gunanya ? Untuk.
Advertisements

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI NASIONAL
dr. Sardikin Giriputro, SpP(K)
Surveilans MERS-CoV di Wilayah
Dalam Rangka Kedatangan Jamaah Haji Di Pintu Masuk Negara
Tujuan Pengaturan Upaya Kesehatan Anak:
PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA
SUVEILANS DIFTERI bwk keren.
Agus Ciptosantoso Banjarbaru, 2 Agustus – Dokter
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS TOPIK 7
INDIKATOR PEMANTAUAN Sasaran yang di gunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun, dengan prinsip konsep wilayah - maka untuk PWS Provinsi memakai.
SUBDIT ISPA DITJEN PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN
Prosedur tetap Penanggul. KLB diphteri bwk.
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN OLE h Dr.Hj.Musdiawaty HR RoE,M.Kes Watansoppeng, 19 Maret 2014.
difteri di Jawa Timur IIsmoedijanto
CARA PENYUNTIKAN VAKSIN RABIES
PROGRAM PEMBERIAN OBAT CACING KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016
YUSLIANA NAINGGOLAN, SPD, M.KES
Sosialisasi PIN Polio 2016 Rabu, 2 Maret 2016
PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN KLB
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN FORM LB-1
KEBIJAKAN PROGRAM KECACINGAN
DIFTERI Suharyo.
PERTUSIS Suharyo.
PENGUKURAN KUSTA.
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN LB-3 (2)
TETANUS NEONATORUM Suharyo.
ELIMINASI MALARIA DI BANYUMAS 2015
PROGRAM KIA Kesehatan Ibu dan Anak.
Campak / measles / morbillie
HASIL KEGIATAN PEMBERANTASAN KUSTA DI KABUPATEN MALANG
Gambaran Surveilans PD3I Di Provinsi Sumatera Utara
ILMU KESMAS X (PROGRAM2 KESEHATAN)
Epidemiologi-Susanto, 2012
SELAMAT DATANG PERTEMUAN PETUGAS SP2TP BLITAR, 7 MARET 2014
PEKAN IMUNISASI NASIONAL
Kehamilan dengan infeksi (rubella dan hepatitis)
PENANGGULANGAN KLB DIFTERI
SURVEILANS DIFTERI.
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2017M / 1438H
DIFTERIa.
Corynebacterium diphtheriae
EPIDEMIOLOGI DIARE by WIDYA HC.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR SEKSI PEMBERANTASAN PENYAKIT
DASAR-DASAR PENYIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA
DASAR-DASAR PENYIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA dan MODEL PELACAKAN KEMATIAN IBU BAYI DAN BALITA Oleh Nugroho.
Di sampaikan pada pertemuan Bidan Jember tgl 21 November 2017
PROGRAM IMUNISASI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING
Sistem Kesehatan Negara Kuba
IMUNISASI DASAR SESUAI PROGRAM PEMERINTAH
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
SURVEILANCE PENYAKIT DBD DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN
PD3I, PENYEBAB DAN CONTOH VAKSIN
TUGAS PATOLOGI DIFTERI.
PENERAPAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU SUCI SRI WAHYUNI A1.
D I F T E R I (Outbreak Respon Imunization)
SOSIALISASI PELAKSANAAN ORI (Outbreak Respon Immunization)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4
SUVEILANSDIFTERISUVEILANSDIFTERISUVEILANSDIFTERISUVEILANSDIFTERI bwk keren.
PETUNJUK TEKNIS KAMPANYE IMUNISASI MR Pertemuan Teknis Kampanye Imunisasi MR Bekasi,
PERTUSIS Suharyo.
TETANUS NEONATORUM Suharyo.
Peserta mampu bermitra dg masyarakat dlm : perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program imunisasi melalui komunikasi yg efektif dg memanfaatkan perangkat.
Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas
PENILAIAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA MELALUI SDIDTK
INFORMASI DASAR TBC UPT PUSKESMAS NGAWI. Penyebab Sakit TBC Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Materi Dasar Tentang TB
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
Transcript presentasi:

SITUASI KLB DIFTERI DI JA WA TIMUR SITUASI s/d 5 Des 2012

D I F T E R I APAKAH DIFTERI ..? penyakit infeksi toksik akut, menular disebabkan Corynebacterium diphtheriae ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa

PATOGENESIS C diphtheriae masuk melalui hidung & mulut (tipe GRAVIS, MITIS, INTERMEDIUS, BELFANTI) Basil tetap pada permukaan mukosa saluran nafas, kadang mukosa mata/genitalia Setelah masa tunas 2 - 4 hari strain lysogenized menghasilkan toksin Bakteri membuat toxin (racun) bila terinfeksi oleh virus (pembawa tox gen)

GEJALA KLINIS Bervariasi dari tanpa gejala  fatal Demam < 38 C (tidak tinggi) Lesi khas sebagai suatu membran asimetrik (tak simetri) keabu-abuan (PSEUDOMEMBRAN) dikelilingi oleh daerah inflamasi Tenggorokan sakit (Nyeri telan), Kelenjar limfe membesar & melunak. penyumbatan jalan nafas / sesak nafas Adanya oedema & pembengkakan di leher pd kasus sedang & berat (BULLNECK)

GEJALA KLINIS Faktor-faktor : Primer : imunitas, virulensi Toksinogenesitas., lokasi anatomis Lain-lain : umur, penyakit sistemik penyerta, kepadatan hunian, penyakit pada nasofaring

GEJALA KLINIS Keluhan dan gejala tergantung : tempat infeksi status imunitas penjamu distribusi toksin kedalam sirkulasi

PENULARAN Penyakit “ re emerging “ (meningkat kembali) Masa penularan beragam, tetap menular sampai hilangnya bakteri di lesi. Biasanya berlangsung 2 minggu atau kurang. Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit ) dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan

P s e u d o m e m b r a n PSEUDOMEMBRAN

Miokarditis itu ada dan mematikan Komplikasi Miokarditis : kerusakan sel miokard Block : udema akibat kerusakan sel dan kematian sel saraf, putusnya hubungan antara SA node dan AV node, total AV blok, RBBB atau LBBB Acute Kidney Injury : gangguan faal ginjal Paralisa saraf lokal : pallatum molle paralisis Paralisa nervi cranialis : strabismus, diplopia Paralisa nervus perifer : parese tangan & kaki sequelae minimal Bagaimana “ DIFTERI “ menyebabkan kematian ...? Miokarditis itu ada dan mematikan

PARALISA NERVE PERIFER PARALISA NERVE PERIFER PARALISA NERVE CRANIALIS KOMPLIKASI PARALISA SYARAF LOKAL myocarditis PARALISA NERVE PERIFER PARALISA NERVE PERIFER 10 Mggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BLOCK PARALISA NERVE CRANIALIS KOMPLIKASI YG LAIN : Endocarditis Arthritis osteomyelitis AKUT KIDNEY INJURI

Dosage of anti-toxin Details in HPA Immunoglobulin handbook available at: http://www.hpa.org.uk/infections/topics_az/immunoglobulin/pdfs/diphtheria.pdf

DEFINISI OPERASIONAL (1) adalah orang dengan gejala Laringitis, Nasofaringitis atau Tonsilitis ditambah pseudomembrane putih keabuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring, tonsil. Kasus Suspek

Kasus Probable Adalah orang dengan suspek difteri ditambah salah satu dari : Pernah kontak dengan kasus (<2 minggu) Ada didaerah endemis difteria Stridor , Bullneck Pendarahan Submucusa atau petechiae pada kulit Gagal jantung toxic, Gagal ginjal akut Myocarditis and/or kelumpuhan motorik 1 s/d 6 minggu setelah onset Mati

Kasus konfirmasi orang kasus probable yang hasil isolasi ternyata positiv C difteriae yang toxigenic (dari usap hidung, tenggorok, ulcus kulit, jaringan, conjunctiva, telinga, vagina) atau serum antitoxin meningkat 4 kali lipat atau lebih (hanya bila kedua sampel serum diperoleh sebelum pemberian toxoid difteri atau antitoxin)

BAGAIMANA SITUASI DIFTERI SAAT INI ...?

DIFTERI DI INDONESIA SAAT INI ...? BAGAIMANA SITUASI KASUS DIPHTERI NASIONAL 2012 ( 12 Sept 2012 ) NO PROVINSI KASUS % MATI CFR (%) 1 JATIM 661 76.% 28 4,2% 2 KALSEL 61 13 21% 3 SULSEL 45 7 4 JATENG 32 5 JABAR 6 KALBAR 11 BANTEN 8 KALTIM 9  RIAU 10 SUMSEL SULBAR 12. SUMBAR BABEL 14 BENGKULU 15 BALI TO T A L 870 58 KASUS DIPHTERI NASIONAL 2011 NO PROVINSI KASUS % MATI CFR (%) 1 JATIM 665 82% 20 3% 2 KALTIM 52 3 JABAR 45 6 4 BANTEN 12 7 50% 5 KALBAR SULTRA 33.3% DKI 100% 8 SUMBAR 9  SUMSEL 10 LAMPUNG 11 JATENG 12. KALSEL 13 SULSEL 14 SUMUT 15 BENGKULU 16 BALI 17 YOGYA 18 BABEL T O T A L 808

DISTRIBUSI KLB DIPHTERI DI JATIM TH 2000 – 2012 ( 7 Des ) bagaimana situasi DIFTERI di jawa timur bwk keren Tahun

DISTRIBUSI KLB DIPHTERI DI JATIM TH 2000 – 2012 (7 Des ) Jml kasus Jml Kab/Ko bwk keren Tahun

TREND BULANAN KASUS DIFTERI DI JATIM TAHUN 2008 – 2012 (s/d 3 Des - 840 kasus) ORI - BLF SUB PIN STATEMENT KLB RAMADHAN IDUL FITRI

TREND BULANAN KASUS DIFTERI DI JATIM TAHUN 2008 – 2012 (s/d 3 Des - 822 kasus) ORI - BLF SUB PIN STATEMENT KLB RAMADHAN IDUL FITRI WIL SUB PIN

TREND BULANAN KASUS DIFTERI DI JATIM 2012 PADA KELOMPOK USIA <15 TAHUN & >15 TAHUN (s/d 7 Des - 831 kasus) SUB PIN <15 TAHUN >15 TAHUN

TREND MINGGUAN KLB DIFTERI DI JATIM TAHUN 2011 – 2012 (Minggu ke 49 – 852 Kasus - Tgl. 7 Des 2012 ) ORI - BLF STATEMENT KLB SUB PIN 2011 2012 Minggu ke

DISTRIBUSI PENDERITA DIFTERI MENURUT “ GOL UMUR “ DI JAWA TIMUR TAHUN 2005 – 2012 (3 Des) – (748 kasus) >15 TH 10-14 TH 5 - 9 TH 1 - 4 TH <1 TH 23

Distribusi kematian difteri menurut umur tahun 2009 – 2012 di Jatim ( 3 Des 2012)

PEMETAAN LOKASI KLB DIPHTERI DI JATIM TH 2002 – 2007 11 ks 5 ks 55ks 15 ks 43 ks 86 ks bwk keren

SEBARAN DIPHTERI DI JATIM s/d 7 Des 2012 20/1 20/1 8 30 4 49/3 6 11/1 72/1 21 27 5 92/11 4 6 15 3 125/7 6 8 28 19/1 10 14 28/1 2 19/1 34 8 1 19 15 15 18 54/2 6 18/1 7 8 N : 31 N = 31 Jml kasus = 852 Jml mati = 32 Jml kab/ko = 38 (16 Mei ) WIL SUB PIN 2012

Mapping Area C. diphtheria Patogenic & Toxigenic in East Java 2011 -2012 SEBARAN “ C difteriae – Toxigenic “ PADA KLB DIPHTERI DI JATIM s/d 7 Des 2012 M+B M+I M+G M M M M+B M M M M M M M M+B M+B M M+B M + G + B M C difteri var. Mitis (M) Gravis (G) Intermedius (I) Belfanti (B) Data & Informasi BBLKSUB 2012 Data & Informasi as of 21/03/2012

Bagaimana Status imunisasi Penderita ...? TAK IMM IMM DISTRIBUSI PENDERITA DIPHTERI MENURUT STATUS IMUNISASI DI JAWA TIMUR TAHUN 2009– 2012 ( 24 aGUSTUS ) TAK IMM Bagaimana Status imunisasi Penderita ...? TAK LENGKAP IMM Keterangan : IMM LENGKAP : Status IMM sesuai umur dan ada bukti catatan IMM TAK LENGKAP : Pernah IMM atau IMM sesuai umur berdasarkan ingatan TAK IMM : Tak pernah mendapatkan IMM 28

SUMBER LAPORAN PENEMUAN KASUS DIFTERI TAHUN 2010 - 2012 (3 Des) DARI MANAKAH LAPORAN ADANYA “ KASUS DIFTERI “

Distribusi kematian difteri menurut umur tahun 2009 – 2012 di Jatim ( 3 Des 2012)

Analisis data kematian th 2012 NO VARIABEL J U M L A H 1 TOTAL KEMATIAN 32 orang 2 CFR 3.8% 3 KAB/KOTA SIT (11), JOM (7), BKL (3), BDW (2), JEM (2), MADM (1), PRO (1), SUM (1), SBY (1), SAM (1), GRE (1), SAM (1) 4 SUMBER LAPORAN RS (100%) 5 UMUR PX DEWASA (78%) 6 STAT.IMM TAK IMUNISASI (90% ) 7 ADS MENDAPAT ADS (87.5%) 8 SAKIT – MATI (HARI) <= 7 hr (53.9%), 8-14 hr (34.6%), >15 hr (1.5%)

PASKA SUB PIN – APAKAH KLB BERHENTI...? Tidak .... ! Di wilayah Sub PIN, jika cakupan 100%, kasus masih bisa muncul setelah beberapa bulan..... Apalagi jika masih ada daerah kantong yang lolos ... Di luar wilayah Sub PIN, kasus akan terus berlangsung..... Seberapa besar Sub PIN dapat menurunkan KLB Difteri ...?

DISTRIBUSI KASUS DIFTERI MENURUT WILAYAH SUB PIN VS NON SUB PIN TH DISTRIBUSI KASUS DIFTERI MENURUT WILAYAH SUB PIN VS NON SUB PIN TH. 2012 (12 OKT) Ket : N = 702

DISTRIBUSI KASUS DIFTERI MENURUT UMUR DI WILAYAH SUB PIN TAHUN 2012 (12 OKT) Ket : N = 512

“ANALISIS PREDIKSI “ KASUS DIFTERI PASKA SUB PIN DI JAWA TIMUR

Perlu Dicermati Saat ini perlu di kelompokkan dengan jelas short time carrier atau long term carrier , yg terus masih menularkan Kasus dengan status imunisasi lengkap, validasi kualitas Masih ditemukan titer IgG rendah setelah vaksinasi ORI Masih ditemukan pasca profilaksis masih positip Vaksinasi rutin yg memenuhi standart hanya memberikan daya lindung selama 4-5 tahun

MASALAH Kematian masih terus meningkat Keterlambatan penemuan kasus (laporan kasus dari Rumah Sakit) Kasus dewasa tinggi (deteksi oleh klinisi sulit ) Penemuan kasus terlambat sehingga ADS tidak efektiv ( mustinya sebelum hari ke 5, px sudah harus mendapatkan ADS) Kematian pada orang dewasa sebagian besar sebelum hari ke 7 (adanya penyakit kronis yang lain menjadi memperberat difterinya )

DISTRIBUSI UMUR KASUS DIFTERI JML KASUS DISTRIBUSI UMUR KASUS DIFTERI TAHUN 2010 - 2012 DI JATIM ? TH. 2010 TH. 2011 TH. 2012 UMUR

UPAYA ALTERNATIF PENANGGULANGAN KLB DIFTERI DI JATIM (TH 2009) BIAS - SD 10 - <14 th 9 - <10 th 8 - <9 th BIAS – PAUD…? 7 - <8 th 6 - <7 th 5 - <6 th 4 - <5 th 3 - <4 th 2 - <3 th 1 - <2 th 39

Seberapa sulitkah difteri menular ? Contoh : MODEL PENULARAN (KERRIER) DI KOTA BLITAR

NANIK, HEIDY, MISRIPAH ( + ) ( Tetangga )  Kab. Blitar KLB DIPHTERI DI KOTA BLITAR 2009 SRIATI ( + ) ( Tetangga ) SRIATI ( + ) ( Tetangga ) Px. AVAN ( 6 th ) RIDWAN ( + ) ( Tetangga ) SRISTIN ( + ) ( Tetangga ) 13 Okt PITOYO ( + ) ( Tetangga ) DAFA ( + ) ( Tetangga ) A (-) (bermain) YATI (+) (serumah) 10 Nop …? 10 Nop 10 Nop KOLIF, MISNI ( + ) ( Sekerja ) KOTHIFAH ( + ) ( Tetangga ) SRIANAH ( + ) ( Tetangga ) ARI ( + ) ( Tetangga ) SRIATI ( + ) ( Tetangga ) BONDAN (+) (guru) 6 Nop 6 Nop 18 Okt BASRIANAH ( + ) ( Tetangga ) PENDI ( + ) ( Serumah ) (-) (serumah) SURTINI (+) (sekolah) DINKES 2 Nop IKA ( + ) ( Tetangga ) 26 Okt 20 Okt HARI (+) (Serumah) SUPARMI ( + ) ( Tetangga ) 29 Okt SUTARMI ( + ) ( Serumah ) (-) (Tetangga) VALESIA (+) (Sekolah) ( + ) ( Serumah ) 29 Okt 26 Okt NANIK, HEIDY, MISRIPAH ( + ) ( Tetangga )  Kab. Blitar (-) (Serumah) (-) (Sekolah)

Surtini (+) (sekolah) PE DIHENTIKAN … MODEL PENULARAN (KERRIER) DI KANTOR DINKES KOTA BLITAR IRMA (+) ( Anak Staf Bag.Umum ) EDY (+) ( Staf Bag.Umum) HERU S (+) ( Driver ) SUPRYOGI (+) ( kasi PL) Surtini (+) (sekolah) LULUK (+) ( kepegawaian) 10 Nop 13 Nop 16 Nop 19 Nop FAJAR (+) ( Staf PSD) SRI (+) ( Kasi keuangan) DILA (+) ( Anak Kasi Keuangan ) DIAN (+) ( petugas SE Dinkes ) INDRI (+) ( bendahara) AGUS (+) ( Staf Keuangan) EMY (+) ( KTU) RISMIAN (+) ( Anak KTU) ZULAIKA (+) ( staf farmasi) SISWATI (+) ( Kasi Alkes) HERU (+) ( Suami Kasi Alkes) PE DIHENTIKAN …

Apa yg harus dilakukan jika terjadi kasus difteri ...

kebijakan & strategi penanggulangan difteri di Jatim

strategi Penyelidikan epidemiologi saat terjadinya kasus Difteri Memperkuat surveilans epidemiologi Diphteri Mencegah kematian akibat Diphteri melalui penemuan dan penatalaksanaan kasus secara dini Rujukan kasus Difteri ke Rumah Sakit Rujukan Menghentikan transmisi dengan cara pemberian prophilaksis terhadap kontak dan pemberian imunisasi (ORI) pada yang berisiko

strategi Klasifikasi penderita yang sesuai dengan tingkat keparahan penderita Manajemen kasus yang ketat Fasilitasi keperawatan termasuk ruang isolasi Mengambil dan memeriksa specimen usap tenggorok dan hidung penderita serta usap hidung kontak erat penderita dan dikirim ke BBLK Surabaya

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

W1 PE LANGKAH-LANGKAH PENANGGUL. KLB DIPHTERI DI JATIM Jangan ada Kontak yg lolos ADS gratis ADS beli sendiri konfirmasi TAK MAMPU MAMPU PE IDENTIFIKASI KONTAK KONTAK TATALAKSANA KASUS (RUJUK) KASUS Utamakan Yg kontak erat PROPHILAKSIS AMBIL SPES LINGKUNGAN ERYTROMISIN 50 mg/Kg.BB/Hari IDENTIFIKASI RISTI SURVEY CAKUPAN PENGAWASAN SIDE EFEK SURVEILANS INTENSIV BUFFER STOCK DI PROPINSI TINDAK LANJUT DPT, DT & dT

EVALUASI : tetap dilakukan surveilans intensiv pengobatan prohilaksis selesai bagi kontak yg masih POSITIP (+), obati lagi dan ganti eritromisin ( original product ) Bila Kontak sudah NEGATIP,ya..alhamdulillah ...!

Performance of Diphtheria Laboratory Close Contact Specimens (Old Algorithm) 2005-2011 Year Spec Number Σ Positive Percentage 2005 975 32 3.25% 2006 612 1 0.16% 2007 807 35 4.33% 2008 723 39 5.39% 2009 2146 215 10.02% 2010 4866 389 7.99% 2011 8012 519 6,4% 2012 20.0% 62 Data & Informasi as of 21/03/2012

POS. RATE (NON PATHOGENIC C.difteriae) HASIL PEMERIKSAAN BLK TAHUN 2012 POS. RATE (SUSPEK) = 15.4% POS. RATE (TOXIGENIC) = 11.9% POS. RATE (NON PATHOGENIC C.difteriae) = 3.4%

Diagnosis penderita & deteksi KLB Hanya 40% (...?) penderita dgn kultur positiv, ok : Mendapat antibiotika Salah cara pengambilan ( swab ), misal : ditengah beslag Salah media pertumbuhan Salah tatacara kirim Adanya kuman GAS Adanya kasus yg terlambat, sudah dengan komplikasi (miokarditis), beslag sudah hilang Culture proven dan toxigenicity test PCR toksin dengan swab Makin langkanya expertise Overdiagnosis kasus terutama kasus dewasa

STRATEGI OPERASIONAL 2012 MENURUNKAN KESAKITAN benar Temukan kasus dg cepat & lakukan profilaksis yg benar Pemantauan Minum Obat harus benar ORI dilakukan minimal wilayah Desa ORI dilakukan pd semua golongan umur ( <60 th ) Skrining dengan benar saat ORI Lengkapi dengan benar sesuai status “ D “ nya Semua petugas Kesehatan harus tahu “ Gejala Klinis Difteri “ Perhatian khusus untuk daearah “ Kantong “

STRATEGI OPERASIONAL 2012 MENURUNKAN KESAKITAN Ketersediaan logistik obat “ Difteri “ Ketersediaan Ruang khusus penderita ( Ruang “Isolasi “ ) Penggunaan “ APD “ petugas Kesehatan PENGUATAN IMUNISASI RUTIN & TAMBAHAN Advokasi kepada SpTHT, Sp Interna, dokter IRD Advokasi kepada Bupati/Walikota  langsung Optimalkan SBM (Surveilans Berbasis Masy.)

STRATEGI OPERASIONAL 2012 MENURUNKAN KEMATIAN Ketersediaan logistik obat “ Difteri “ Ketersediaan Ruang khusus penderita ( Ruang “Isolasi “ ) Penggunaan “ APD “ petugas Kesehatan PENGUATAN IMUNISASI RUTIN & TAMBAHAN Advokasi kepada SpTHT, Sp Interna, dokter IRD Advokasi kepada Bupati/Walikota  langsung Optimalkan SBM (Surveilans Berbasis Masy.)

UPAYA ALTERNATIF PENANGGULANGAN KLB DIFTERI DI JATIM (TH 2009) BIAS - SD 10 - <14 th 9 - <10 th 8 - <9 th BIAS – PAUD…? 7 - <8 th 6 - <7 th 5 - <6 th 4 - <5 th 3 - <4 th 2 - <3 th 1 - <2 th 68

DAMPAK “ ORI “ TAHUN 2011 - DI JATIM (1 Peb 2012) Bagaimana hasil penanggulangan DIFTERI yang telah dilakukan DAMPAK “ ORI “ TAHUN 2011 - DI JATIM (1 Peb 2012)

Peta kasus Difteri PKM ARJASA - SITUBONDO 2012 L.Jawa Arjasa Lamongan 10 4 15 13 11 12 KD.Dowo Jatisari Ketoan 3 5 7 17 14 6 8 9 PKM ASEMBAGUS 2 U Bayeman 1 16 Curah Tatal Kayumas Bondowoso (pkm Cerme)

SITUASI KLB DIFTERI & PELAKSANAAN ORI DI PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 Jml kasus ORI (2 minggu) ORI DILAKSANAKAN 2 MINGGU WAKTU : MINGGU KE 7 s/d 9 SASARAN : SEMUA UMUR CAKUPAN : 98.6% Minggu ke

RENCANA OPERASIONAL BERANTAS DIFTERI JATIM, 2012 1) DASAR PERTIMBANGAN : Jumlah kasus dan Insiden Rate Ditemukannya Toxigenic C. Dift Ditemukan kematian.

YEL YEL BERANTAS DIFTERI JATIM JATIM KLB DIFTERI DIFTERI SANGAT MENULAR DIFTERI SANGAT MEMATIKAN DIFTERI DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI “ segera datang ke pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan suntikan anti difteri, pada awal nopember 2012”

RENCANA OPERASIONAL BERANTAS DIFTERI JATIM, 2012 2) Waktu : Awal Nop 2012 ( 2 minggu) Wilayah : 19 Kab/Kota Umur : 2 bln -15 tahun Tempat : Pos Pelayanan Sub PIN Tenaga : Dokter, Bidan, Perawat.

M A S A L A H (1) PROFILAKSIS TAK OPTIMAL Hanya sebagian kecil kontak yg kena profilaksis Pemantauan minum obat sulit Efek samping obat Kemungkinan DO besar KASUS MASIH TINGGI sosialisasi aktif  kasus meningkat Intervensi terbatas  tidak optimal Kerier sudah menyebar dimana-mana Profilaksis tidak optimal Masih muncul kasus baru di wil. Non ORI  wil.ORI kurang luas Masih muncul kasus baru di wil. ORI status “D“ MASIH < 3X

M A S A L A H (2) KEMATIAN MASIH TINGGI Penemuan terlambat  PETUGAS TAK TAHU Tak merujuk  PETUGAS TAK PEDULI Nosokomial  TAK ADA RUANG ISOLASI Status imunisasi “D”  NEGATIV Terjadi di daerah sulit  WIL.KEPULAUAN Pengetahuan masy.masih kurang  TERLAMBAT

Masalah Cakupan Rekapan Hsl Coverage survey Masy menolak, dg alasan : Kurang Informasi Kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan imunisasi = 20%. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi bagi bayinya = 13%. Takut efek samping = 13% Kurangnya pengetahuan ibu tentang jadwal pelayanan imunisasi di Posyandu/Puskesmas = 20%. Presepsi yang salah tentang kontraindikasi = 3%

Masalah Cakupan Rekapan Hsl Coverage survey Masy menolak, dg alasan : Motivasi Penundaan imunisasi = 12%. Kurang percaya ttg manfaat imunisasi = 4%. Adanya rumor yang buruk tentang imunisasi/vaksin = 3%.

Masalah Cakupan Rekapan Hsl Coverage survey Masy menolak, dg alasan : Situasi Anak tak dibawa ke tempat pelayanan krn sedang sakit = 30%. Orang tua terlalu sibuk = 13% Anak hadir tetapi dalam keadaan sakit = 9% Kurangnya vaksin = 9%. Biaya tidak terjangkau (transport menuju tempat pelayanan) = 6% Tempat pelayanan imunisasi terlalu jauh = 6%. Jadwal posyandu yg tak sesuai dgn waktu luang orang tua = 4%.

Masalah Mutu Rekap Hsl Supervisi Suportif Puskesmas & Posyandu  krg patuh thdp SOP (umur minimal DPT-HB1 & Campak, interval min dosis berikutnya). Penyebab : 1. Ptgs m’vaksinasi berdasarkan jadwal Posyandu, bukan tgl lahir bayi. 2. Bayang-bayang target K-4, Kn1 dll  record di kohort bayi tdk sama dg di buku KIA / KMS (tgl lahir, tgl imunisasi)

Masalah Mutu Rekap Hsl Supervisi Suportif UPS  penyimpanan vaksin tdk memenuhi syarat  cenderung beku Penyebab : 1. LE tdk distandarisasi (RT, BOX) 2. Krg pengawasan & pembinaan dari Puskesmas & kab/kota

KUALITAS PELAYANAN “ IMM SWASTA “ (UPS) HASIL ASSESMENT KUALITAS PELAYANAN “ IMM SWASTA “ (UPS) DI 9 KOTA DI JATIM (2009) 56.3% LE belum distandarisasi 40.6% LE digunakan menyimpan barang selain vaksin 40.6% LE tak dilengkapi termometer (ada tapi tak berfungsi) 34.4% LE suhunya tidak memenuhi syarat 2-8% 50% Vaksin belum disusun sesuai sifat vaksin 18.8% Vaksin dengan VVM CD masih disimpan 15.5% Vaksin kadaluwarso masih disimpan 9.4% Vaksin ditemukan kondisi beku 68.3% Vaksin sisa tak dilengkapi tanggal buka

KUALITAS PELAYANAN “ IMM SWASTA “ (UPS) HASIL ASSESMENT KUALITAS PELAYANAN “ IMM SWASTA “ (UPS) DI 9 KOTA DI JATIM (2009) 56.3% Pelarut vaksin belum disimpan di LE minimum 12 jam 21.9% Petugas belum tahu penyebab vaksin rusak 37.5% Petugas belum tahu tanda2 vaksin rusak 43.8% Petugas belum tahu jenis vaksin sesuai sifatnya 50% Petugas belum tahu batas waktu maksimum penyimpanan vaksin SISA 37.5% Petugas yg membersihkan lokasi suntikan dengan alkohol

Faktor faktor imunisasi yang berengaruh pada kejadian DIFTERI di Jatim

SUASANA PERAWATAN DIFTERI DI RSUD BONDOWOSO