Bab 1 Aplikasi dan Konsekuensi Tes Psikologi
Topik 1 A Karakteristik dan Penggunaan Tes Psikologi Outline : Konsekuensi Tes Definisi Tes Contoh Kasus 1.1 Gambaran Nyata tentang Tes Perbedaan Lebih Lanjut dalam Tes Jenis-jenis Tes Berbagai penggunaan Tes Faktor-faktor yang memengaruhi Kekuatan Tes Prosedur Standard dalam Pelaksanaan Tes Prosedur yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Tes Pengaruh Penguji Latar Belakang dan Motivasi Peserta Tes
Tujuan bab ini adalah membahas penerapan tes psikologi yang beragam dan juga mengulas konsekuensi-konsekuensi etis serta sosial bidang ilmu ini. Dalam topik ini kami meneliti berbagai panduan professional yang berdampak terhadap tes dan mengulas pengaruh latar belakang budaya terhadap hasil-hasil tes.
Konsekuensi Tes Tes pertama pada bayi yang dilakukan segera setelah dilahirkan : Tes Apgar, Tes Cepat, Multivariasi pada denyut Jantung Pernapasan, Kekuatan Otot, Kecepatan Refleks dan Rona Anak pra sekolah : tes-tes kesiapan masuk sekolah. Anak sekolah : tes-tes akademik. Orang Dewasa : tes penerimaan kerja, tes SIM, pemeriksaan keamanan, fungsi kepribadian, kecocokan perkawinan, gangguan perkembangan, disfungsi otak dll.
Tes digunakan untuk konseling, seleksi dan penempatan. Hasil tes psikologi dapat mengubah nasib seseorang secara mendasar. Mahasiswa psikologi perlu belajar mengenai penggunaan tes di masa kini dan berbagai penyalahgunaan yang kadang terjadi. Psikometri : spesialis dalam psikologi atau pendidikan yang mengembangkan dan mengevaluasi tes-tes psikologi.
Definisi Tes Tes adalah suatu prosedur standard untuk mengambil sampel perilaku dan menggambarkannya dalam kategori atas skor. Sebagian besar tes mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Prosedur standard Sampel perilaku Skor atau kategori Norma atau standard Prediksi atas perilaku non tes Prosedur standard adalah karakteristik penting dari setiap tes psikologi. Suatu tes dikatakan bersifat standard apabila prosedur-prosedur pelaksanaannya seragam antara satu penguji dengan penguji lainnya.
Tes psikologi merupakan sampel terbatas dari perilaku Tes psikologi merupakan sampel terbatas dari perilaku. Baik subjek maupun pengujinya tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan tes yang benar-benar komprehensif. Pada Skala Intelegensi Dewasa Wechsler-IV atau WAIS-IV : apakah subjek dapat mendefinisikan 35 kata-kata tertentu dari subtes kosa kata. Makna tidak langsung dari hasil tes tersebut sangatlah penting karena menunjukkan pengetahuan peserta tes dalam hal kosa kata. Butir-butir tes tidak perlu menyerupai perilaku yang ingin diprediksi oleh tes tersebut. Karakteristik tes yang baik adalah memungkinkan penguji untuk memprediksi perilaku-perilaku lainnya bukan berarti tes tersebut mencerminkan perilaku yang akan diprediksi.
Tes psikologi harus juga memungkinkan derivasi skor-skor atau kategori-kategori. Thomdike (1918) : Apa pun yang benar-benar ada, ada dalam jumlah tertentu. McCall (1939) : Apa pun yang ada dalam jumlah tertentu dapat diukur. Tes psikologi merangkum kinerja dalam angka-angka atau klasifikasi. Tes mengukur perbedaan-perbedaan individual yang menyangkut sifat atau karakteristik yang secara samar ada dalam suatu kata. Tujuan tes adalah untuk memperkirakan jumlah sifat atau karakteristik yang dimiliki seseorang.
Perbedaan Lebih Lanjut dalam Tes Dalam tes rujukan-norma, kriteria setiap peserta tes diinterpretasikan dengan merujuk pada standardisasi yang relevan. Dalam tes rujukan kriteria, tujuannya untuk menentukan di mana posisi peserta tes berkaitan dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan sangat ketat tidak ada perbandingan dengan kinerja normatif orang lain.
Asesmen : istilah yang lebih komprehensif yang merujuk pada seluruh proses mengumpulkannya untuk menarik kesimpulan tentang karakteristik orang tersebut serta memprediksi perilakunya. Asesmen terhadap karakteristik manusia meliputi observasi, wawancara, daftar periksa, inventori, proyeksi dan tes-tes psikologi lainnya.
Jenis-jenis Tes Tes kelompok sebagian besar berupa pengukuran tertulis (paper and pencil) yang sesuai untuk mengetes kelompok besar pada saat bersamaan. Tes perorangan adalah instrument yang berdasarkan rancangan dan tujuannya harus dilakukan satu dengan satu (one on one). Tes yang berupaya mengukur kinerja maksimum (misalnya tes intelegensi) dan tes yang berupaya mengukur suatu respon khusus (misalnya tes kepribadian).
Berbagai penggunaan Tes Lima jenis penggunaan tes : Klasifikasi Diagnosis dan perencanaan perlakukan Pengetahuan Diri Evaluasi Program Penelitian Klasifikasi mencakup beragam prosedur yang memiliki tujuan sama : memasukkan seseorang ke dalam suatu kategori dan bukan kategori lainnya. Penempatan, penyaringan, sertifikasi dan seleksi -> tujuan klasifikasi.
Penempatan : pemilahan orang-orang ke dalam program-program berbeda yang sesuai dengan kebutuhan atau ketrampilan mereka. Penyaringan : tes atau prosedur cepat dan sederhana untuk mengidentifikasi orang-orang yang mungkin memiliki karakteristik atau kebutuhan khusus. Sertifikasi dan seleksi keduanya memiliki ciri lulus/gagal. Lulusan dari ujian sertifikasi akan mendapatkan hak-hak istimewa. Contohnya hak untuk berpraktek psikologi atau untuk mengemudikan mobil.
Seleksi sama dengan sertifikasi dalam arti bahwa seleksi juga memberikan hak-hak istimewa seperti kesempatan untuk diterima di suatu universitas atau untuk mendapatkan pekerjaan. Penggunaan lain tes psikologi adalah untuk diagnosis dan perencanaan perlakuan. Diagnosis berguna untuk menentukan ciri dan sumber perilaku abnormal seseorang dan mengklasifikasikan pola perilaku dalam sistem diagnostik yang diakui. Tes intelegensi sangat penting dalam diagnosis retardasi mental.
Faktor-faktor yang memengaruhi Kekuatan Tes Tes psikologi merupakan suatu proses dinamik yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dampak potensial yang penting dari beberapa sumber pengaruh : cara pelaksanaan, karakteristik penguji, konteks tes, motivasi dan pengalaman peserta tes serta metode pemberian skor. Sensitivitas proses tes terhadap pengaruh luar jelas terlihat dalam kasus-kasus di mana penguji bersifat dingin, tergesa-gesa atau tidak berkemampuan.
Prosedur Standard dalam Pelaksanaan Tes Interpretasi atas tes psikologi akan mencapai keandalan tertinggi bila pengukuran dilaksanakan dalam kondisi standard yang diuraikan pada panduan tes dari penerbit. Meskipun prosedur standard pelaksanaan tes secara normal penting, ada beberapa contoh di mana fleksibilitas prosedur juga diinginkan atau bahkan diperlukan. Analogi semangat hukum versus ketetapan hukum akan menjadi relevan dalam hal ini. Seorang penguji yang terlalu bersemangat mungkin memilih ketetapan hukum dengan menaaati secara harfiah dan ketat prosedur yang diuraikan dalam buku panduan. Kemungkinan besar penerbit akan lebih memilih agar para penguji menangkap semangat hukum meskipun ada kalanya diperlukan sedikit penyesuaian terhadap prosedur tes.
Prosedur yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Tes Salah satu komponen penting dalam tes perorangan adalah bahwa para penguji harus benar-benar familier dengan seluruh material dan petunjuk tes sebelum tes dilaksanakan. Seorang penguji yang sangat siap akan hafal elemen-elemen kunci dari instruksi verbal dan siap mengatasi hal-hal tak terduga. Peserta tes yang cerdas tidak menemui kesulitan dalam memahami tugas ini dan instruksi yang persis sama tampak tidak memengaruhi kinerjanya. Akan tetapi, orang-orang dengan intelegensi rata-rata atau di bawah rata-rata memerlukan contoh dan pembetulan secara terperinci yang diuraikan dalam buku panduan WAIS-IV.
Unsur penting lain dari pelaksanaan tes yang valid adalah sensitivitas terhadap keterbatasan peserta tes. Kelemahan dalam pendengaran, penglihatan, wicara atau pengendalian motorik dapat sangat menyimpangkan hasil tes. Sattler (1988) menceritakan kasus menyedihkan yang dalami Daniel Hoffman, pemuda dengan gangguan bicara yang menghasilkan seluruh masa mudanya di kelas-kelas bagi penderita retardasi mental karena memiliki IQ 74 berdasarkan tes Stanford-Binet. Padahal sesuangguhnya, intelegensi dia termasuk dalam rentang normal sebagaimana diungkap oleh tes lain yang berbasis kinerja.
Satu-satunya sumber kesalahan paling besar dalam pelksanaan tes kelompok adalah kesalahan penetapan waktu pada tes-tes yang menggunakan batas waktu. Memberikan waktu terlalu banyak untuk suatu tes juga bisa menjadi kesalahan yang sama hebatnya. Miller Analogies Test (MAT) yaitu tes penalaran tingkat tinggi yang pernah disyaratkan oleh banyak universitas untuk penerimaan pasca sarjana. Karena MAT merupakan tes berwaktu singkat yang membutuhkan pemikiran analogis yang cepat tambahan waktu akan memungkinkan sebagian besar peserta tes untuk menyelesaikan lebih banyak soal.
Sumber kesalahan kedua dalam pelaksanaan tes kelompok adalah petunjuk yang kurang jelas bagi para peserta tes. Penguji wajib membacakan instruksi secara perlahan dengan suara yang jelas dan lantang yang memaksa para subjek memberikan perhatian. Tampaknya hampir pasti bahwa suara keras akan menyebabkan penurunan skor tes. Sebagian besar pengembang tes memasukkan koreksi bagi tebakan berdasarkan prinsip-prinsip probabilitas yang ditetapkan.
Banyak pengembang tes kini menyarankan subjek untuk melakukan tebakan berpengetahuan namun memperingatkan agar tidak menebak secara asal-asalan. Pelaksana tes harus mengikuti prosedur standard dan jangan pernah memberikan saran tambahan untuk menebak jawaban.
Pengaruh Penguji
Latar Belakang dan Motivasi Peserta Tes Hasil tes dapat menjadi tidak akurat karena dampak penyaringan dan penyimpangan dari karakteristik tertentu peserta tes seperti kecemasan, berpura-pura sakit, bimbingan atau latar belakang budaya. Kecemasan tes pada subjek-subjek ini sebagian merupakan efek samping dari rasa frustasi sepanjang hidup terhadap hasil tes yang sedang-sedang saja.
Kecemasan memiliki efek atau dampak yang secara langsung merugikan kinerja dalam tes. Subjek yang cemas terhadap tes menunjukkan penurunan kinerja yang signifikan ketika mereka menganggap situasi tersebut sebagai tes. Motivasi untuk berbohong : Pemalsuan terang-terangan atas hasil tes jarang terjadi, namun memang terjadi.
Terima Kasih