Belajar Pembelajaran kelompok 10 Anindya Irma Dian S. 1201100269 Ifan Abdullatif 1201100272 Tri Andri Pujiastuti 1201100292 Seniatun 1201100300
Pengertian dan Prinsip Umum Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang mencangkup pengukurannya dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Arti evaluasi dalam peringkat dan dipakai dalam pengukuran. A (baik sekali) B (baik) C (cukup)
evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang tepet. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sintaksis untuk memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan prosespembelajaran dalam bentuk mencapai tujuan pemelajaran optimal.
Tujuan dan Syarat Umum Evaluasi Belajar 1. Tujuan Evaluasi Secara klasik, tujuan evaluasi adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik serta untuk melihat sejauh mana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan.
Tujuan evaluasi belajar sendiri meliputi 2 hal, yaitu tujuan evaluasi hasil belajar dan tujuan evaluasi pembelajaran. a. Tujuan Evaluasi Belajar Tujuan utama evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat ditujukan untuk berbagai keperluan.
b. Tujuan Evaluasi Pembelajaran Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah sejumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran. Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran inilah yang kemudian dapat ditujukan untuk pengembangan pembelajran dan akreditasi sebagai berikut : Tujuan evaluasi pembelajaran untuk pengembangan Tujuan evaluasi pembelajaran untuk akreditasi
Syarat Umum Evaluasi Kesahihan atau Validitas Kesasihan menggantikan kata validitas (validity)dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Nurkancana dan Sumartana (1986) mengemukakan bahwa validitas dapat ditinjau dari beberapa segi sebagai berikut : Validitas ramalan (predictive validity) Validitas bandingan (concurrent validity) Validitas isi (content validity) Validitas konstruk (construct validity)
2. Keterandalan (reliabilitas) Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat (Arikunto, 1990:81). Nurkanca dan Sumartana (1986:131) menjelaskan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mencari taraf realibilitas suatu tes antara lain : a. Teknik ulangan b. Teknik bentuk parallel c. Teknik belah dua
3. Kepraktisan Dapat diartikan sebagai kemudahan – kemudahan yang ada kaitannya dengan instrument evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, mengolah hasil, menginterpretasi hasil maupun kemudahan – kemudahan dalam penyimpanannya (Dimyati dan Mudjiono,1994:184). Faktor – faktor yang mempengaruhi kepraktisan evaluasi adalah sebagai berikut ; a. Kemudahan administrasi. b. Waktu yang disediakan c. Kemudahan menskor d. Kemudahan interpretasi e. Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen atau sebanding.
Jenis – Jenis Evaluasi Pembelajaran Evaluasi Formatif Evaluasi formatif seringkali diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
2. Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan yang dilakukan pada setiap akhir satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes – tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atay semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan – kelebihan dan kelemahan – kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostok dapat dilakukan pada beberapa tahapan, baik tahap awal, selama proses, dan akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses dimana seseorang yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu menjadi lebih tahu. Untuk mengetahui seberapa besar hasil pembelajaran dapat diserap oleh seseorang maka diperlukan evaluasi. Dalam pendidikan formal evaluasi dilakukan melalui dua cara, yaitu: a. Membandingkan skor yang diperoleh tiap individu dengan skor standar yang telah ditentukan. b. Membandingkan skor tiap individu yang mengikuti sebuah tes tersebut
1. Penilaian AcuanPatokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah system penilaian yang lebih menekankan norma absolut (mutlak ditentukan oleh guru atau pembuat tes) berdasarkan pada : a. Jumlah soal b. Bobot masing-masing soal c. Prosentase penguasaan yang dipersyaratkan
b. Penilain acuan Normatif (PAN), Norm Refernce Test (NRT) Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah system penilaian yang menggunakan norma relative. Standar penilaian yang digunakan jelas bersifat relatif. Artinya, tingkat prestasi yang didapat oleh seorang siswa berdasarkan pada posisi relative dalam kelompoknya. Pendekatan ini menggunakan prinsip hasil tes yang diperoleh beberapa peserta didik dalam sebuah kelompok dibandingkan dengan peserta didik dalam kelompok lainnya yang telah mengikuti tes.
Penilai Acuan Norma (PAN) dapat dipergunakan apabila tingkat kemampuan kelompok anak yang diberikan tes mengikuti hokum kurve normal, apabila tidak mengikuti hukum kurve normal maka akan memberikan gambaran yang objektif. Sebagai contoh ketika tes diberikan kepada kelompok yang terdiri atas sejumlah anak yang mempunyai kemampuan rendah, maka sebagian anak kelompok tersebut akan mendapatkan skor tinggi. Sebaliknya, jika sebuah tes diberikan kepada kelompok yang terdiri atas sejumlah anak yang pandai, maka dengan pendekatan ini sebagian anak kelompok tersebut akan mendapatkan skor yang rendah.