Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OTOMOTIF IKIP VETERAN SEMARANG 2012.
Advertisements

BAB 5 Dinamika Rotasi 5.1 Momen Inersia 5.2 Torsi 5.3 Momentum Sudut
BAB 5 ROTASI KINEMATIKA ROTASI
Gambar 2.1. Pembebanan Lentur
BAB IV BATANG LENGKUNG   Batang-batang lengkung banyak dijumpai sebagai bagian suatu konstruksi, dengan beban lentur atau bengkok seperti ditunjukkan pada.
Rela Memberi Ikhlas Berbagi
BENDA TEGAR PHYSICS.
BENDA PADA PEGAS VERTIKAL
Tegangan – Regangan dan Kekuatan Struktur
Berkelas.
Dinamika Rotasi Hubungan Gerak Translasi dan Rotasi
GERAK MENGGELINDING.
KONSEP DASAR ANALISIS STRUKTUR
KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Bab IV Pipe Stress Analysis Pipe Stress Analysis 1 BAB V PIPE STRESS ANALYSIS  Why ?  Statics  General State of Stress  Tegangan Pada Pipa  Why ?
DINAMIKA ROTASI Pertemuan 14
ROTASI Pertemuan 9-10 Mata kuliah : K0014 – FISIKA INDUSTRI
10. TORSI.
Pertemuan 15 POROS DAN PASAK
Bab VII Pipe Stress Analysis Desain, Fabrikasi, dan Inspeksi Sistem Perpiaan 1 BAB VII PIPE STRESS ANALYSIS  Why ?  Statics  General State of Stress.
Matakuliah : D0684 – FISIKA I
SENSOR GAYA, TORSI DAN TEKANAN FORCE, TORQUE AND PRESSURE SENSOR
MEKANIKA BAHAN ‘mechanics of materials’
Pertemuan 21 Tegangan Geser, Lentur dan Normal
Torsi dan Momentum Sudut Pertemuan 14
Sambungan Baut dan Mur Baut dan mur adalah salah satu sambungan yang tidak tetap, artinya sambungan tersebut dapat dipasang dan dilepas tanpa merusak konstruksi.
BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN
METODE LUASAN BIDANG MOMEN (MOMENT AREA METHOD)
DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
TORSI (PUNTIR)  .
BENDA TEGAR Suatu benda yang tidak mengalami perubahan bentuk jika diberi gaya luar F Jika pada sebuah benda tegar dengan sumbu putar di O diberi gaya.
Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar
LENTUR PADA BALOK PERSEGI (Tulangan Tunggal)
KONSTRUKSI MESIN (3 SKS)
Lentur Pada Balok Persegi
Pengantar MEKANIKA REKAYASA I.
Standar kompetensi: Kompetensi dasar : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik system kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi dasar.
Matakuliah : K0614 / FISIKA Tahun : 2006
Kapasitas Maksimum Kolom Pendek
Beban Puntiran.
Momen inersia? What.
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Dinamika Rotasi (a) Sebuah benda tegar (rigid) sembarang bentuk yg berputar terhadap sumbu tetap di 0 serta tegak lurus bidang gambar. Garis 0P, garis.
PERTEMUAN 6 Disain Kolom Langsing Konstruksi Beton II.
METODE ENERGI REGANGAN (STRAIN ENERGY METHOD)
MENGHITUNG LENTURAN DENGAN METODE BALOK-BALOK KECIL
CONTOH SOAL (Elastic Strain Energy)
Alat Ukur dan Instrumentasi
GERAK TRANSLASI, ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
LENTURAN (DEFLECTION)
Pertemuan 16 Tegangan pada Balok (Tegangan Lentur Murni)
Pertemuan 20 Tegangan Geser
Diagram Interaksi P – M Kolom
KINEMATIKA ROTASI Pertemuan 13
Pertemuan 20 Perancangan Sabuk
PERTEMUAN KETUJUH DINAMIKA ROTASI
BALOK SUSUN DENGAN PASAK KAYU DAN KOKOT Seringkali dimensi yang ada untuk balok tidak cukup tinggi seperti yang dibutuhkan, sehingga beberapa balok harus.
Sambungan Baut dan Mur Baut dan mur adalah salah satu sambungan yang tidak tetap, artinya sambungan tersebut dapat dipasang dan dilepas tanpa merusak konstruksi.
Pertemuan 11 Torsi dan Tekuk pada Batang
GERAK TRANSLASI, GERAK ROTASI, DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
ROTASI BENDA TEGAR M I S T A KELAS C.
Science Center Universitas Brawijaya
MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR
PERTEMUAN 6 Disain Kolom Langsing Konstruksi Beton II.
DINAMIKA ROTASI 2 Disusun Oleh: Ryani Oktaviana Nurfatimah ( )
Kesetimbangan benda tegar Elastisitas dan Patahan
DINAMIKA ROTASI dan KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
Hubungan Gerak Translasi dan Rotasi Energi Kinetik Rotasi dan Momen Inesia Momen Inersia dan Momen Gaya.
PASAK Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket,puli, kopling dll. Pasak dipakai dengan.
ROTASI KINEMATIKA ROTASI
Transcript presentasi:

Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran BAB III PUNTIRAN   Bila sebatang material mendapat beban puntiran, maka serat-serat antara suatu penampang lintang dengan penampang lintang yang lain akan mengalami pergeseran, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1(a). Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

Pada Gambar 3.1(a) ditunjukkan bahwa titik A bergeser ke B sehingga membentuk sudut g. Sedangkan pada Gambar 3.1(b) pergeseran tersebut akan mengakibatkan rotasi serat pada penampang lintangnya sebesar q. Sehingga pada serat terluar, regangan geser yang terjadi adalah g , yang besarnya   AB = r q = l g (3.1a) dengan r = jarak serat dari sumbu netral (mm) q = sudut lereng, pergeseran sudut pada penampang lintang (rad) l = panjang poros (mm) g = regangan geser (rad) Sedangkan

(3.1b)   dengan g = regangan geser (rad) t = tegangan geser (MPa) G adalah modulus geser dalam (MPa) Substitusi persamaan (3.1b) pada persamaan (3.1a) akan menghasilkan (3.2) Pada Gambar 2.1(b) diambil serat sembarang sekeliling sumbu netral yang berjarak r dari sumbu netral dengan tebal arah radial sebesar dr. Momen puntir yang ditimbulkan oleh tegangan geser t pada luasan tersebut dapat dihitung seperti berikut ini.

Gaya yang bekerja, dF = 2 p r dr t (N) (3.3a) Besarnya momen puntir, dT = dF r = 2 p r2 dr t (N.mm) (3.3b)   Substitusi persamaan (3.2) pada persamaan (3.3b) akan menghasilkan dT = 2 p r2 dr (3.3c) Dengan demikian total momen puntir pada seluruh luasan penampang lintang adalah (3.4) Karena  r2.dA = J (3.5)

yaitu inersia poler penampang lintangnya, dalam mm4, maka persamaan (3 yaitu inersia poler penampang lintangnya, dalam mm4, maka persamaan (3.4) menjadi   (N.mm) (3.6) Sedangkan dari persamaan (3.2) dapat diperoleh , sehingga persamaan (3.6) akan menjadi   (N.mm) (3.7) atau (MPa) (3.8)

dengan t = tegangan geser pada serat tertentu yang berjarak r dari sumbu netral (MPa) T = torsi yang bekerja (N.mm) r = jarak serat dari sumbu netral (mm) J = inersia poler penampang lintang (mm4) 2.2. Inersia Polar Silinder Pejal dan Pipa

Gambar di atas menunjukkan dua jenis penampang lintang poros yang banyak dijumpai dalam praktek. Menurut persamaan (3.5) besarnya inersia poler adalah   (3.9) Untuk poros pejal Gambar 3.2(a), jari-jari dalam (inner radius) Ri = 0 dan jari-jari luar (outer radius) Ro = R = D/2 , maka, besarnya inersia poler menurut persamaan (3.9) menjadi (3.10) Sedangkan untuk poros berongga atau pipa, jari-jari dalamnya (inner radius) adalah Ri = Di /2 dan jari-jari luarnya (outer radius) Ro = Do/2 , sehingga besarnya inersia menurut persamaan (3.9) menjadi (3.11)

Substitusi persamaan-persamaan (3. 10) dan (3. 11) ke persamaan (3 Substitusi persamaan-persamaan (3.10) dan (3.11) ke persamaan (3.8) akan menghasilkan distribusi tegangan geser pada sepanjang jari-jari penampang lintangnya seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3. 2.3. Arus Geser pada Poros Berdinding Tipis dengan Beban Puntir   Sebagaimana pada persoalan tentang lenturan, maka di sinipun arus geser memiliki pengertian yang sama, yaitu tegangan geser, t , total yang bekerja pada sepanjang tebal dinding batang, t , yang mengalami pembebanan puntir. Gambar 3.4. Analisis Arus Geser

Besarnya tegangan geser pada serat tertentu yang berjarak r dari sumbu netral dari suatu penampang lintang tertentu diberikan oleh persamaan (3.8), . Maka besarnya arus geser di A yang sama besarnya dengan di B adalah (N/mm) (3.12)   Dengan demikian tegangan rata-rata pada sepanjang tebal dinding pipa pada suatu penampang lintang tertentu adalah (MPa) (3.13)

= tegangan geser rata-rata sepanjang tebal dinding pipa (MPa) Dengan = tegangan geser rata-rata sepanjang tebal dinding pipa (MPa) q = arus geser pada sepanjang tebal dinding poros pipa (N/mm) Ro = jari-jari luar (mm) Ri = jari-jari dalam (mm) T = torsi yang bekerja poros (N.mm) Contoh Soal: Sebuah poros memindahkan daya sebesar 1 MW pada putaran 240 rpm. Modulus Young bahan 200 GPa dan angka perbandingan Poisson 0,3. Sudut lereng tidak boleh lebih dari 1o setiap panjang poros 15 kali diameternya, dan tegangan geser tigak boleh lebih dari 50 MPa. Poros berbentuk pipa dengan diameter luar dua kali diameter dalamnya. Tentukan ukuran poros serta besarnya arus geser dan tegangan geser rata-rata pada poros tersebut !

Penyelesaian: P = 1 MW = 1 000 000 W = 106 J/det = 106 N.m/det = 109 N.mm/det. n = 240 rpm T = 39 788 736 N.mm n = 0,3 E = 200 GPa = 200 000 MPa, maka G = (E / 2) / (1 + n) = (2.105 / 2) / 1,3 = 76 923 MPa. Menurut persamaan (3.6), untuk syarat pertama akan didapat Di > 67,08 mm

Diambil harga yang lebih besar, jadi menurut syarat yang kedua, dan Diambil harga yang lebih besar, jadi menurut syarat yang kedua, dan dibuat Di = 80 mm dan Do = 165 mm Menurut persamaan (3.12), besarnya arus geser N/mm Menurut persamaan (3.13), besarnya tegangan geser rata-rata MPa