PARADIGMA SOSIOLOGI Disusun oleh: Wildan Pramudya Fakultas Psikologi- Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta, 2005
PARADIGMA? Suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari (Robert Friedrich,1972) (1) Adalah suatu pandangan yang fundamental tentang suatu pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan [perspektif];(2) [untuk] membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan anturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawan yang diperoleh [mekanisme]; (3) kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan yang membantu membedakan antara suatu komunitas ilmuwan dan kunitas ilmuwan lainnya [identitas]; (4) menggolong-golongkan, mendefinisikan dan menghubungkan antara teori-teori, metode serta peralatan yang terkandung di dalamnya [instrumen] (Ritzer,1980)
PARADIGMA FAKTA SOSIAL Emile Durkheim Riset empiris adalah pembeda antara sosiologi sebagai cabang filsafat. Ide tidak dapat dijadikan obyek riset. Ide sebagai konsepsi dalam pikiran. Ide tidak dapat dipandang sebagai sesuatu (a thing) Konsep FAKTA SOSIAL adalah konstruksi yang dapat memilah tegas antara ranah kajian sosiologi dengan filsafat. Fakta sosial tidak bisa dipahami melalui metode spekulatif atau introspeksi, melainkan harus melalui penelusuran dunia nyata (riil) manusia. Fakta sosial harus dipahami sebagai sesuatu yang berada di luar individu (external world)dan bersifat memaksa terhadapnya. Faktas sosial dapat disimak, ditangkap dan diobservasi Fakta sosial bersifat material (hukum, norma, arsitektur) dan immaterial yang bersifat subyektif (egoisme, kebencian, cinta)
PERSOALAN YANG DIKAJI Struktur sosial (Social structure) : hubungan sosial di mana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir, serta proses ruang di mana posisi-posisi sosial individu atau sub kelompok dibedakan. Pranata sosial (social institution) : hubungan antara norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktivitas manusia.
TEORI-TEORI Fungsionalisme Struktural : masyarakat merupakan sistem sosial yang terdiri dari elemen atau bagian-bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan (equilibrium) Struktural konflik : masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentanngan terus-menerus; distribusi kekuasaan dan wewenang yang tidak meratas; masyarakat adalah imperatively coordinated associations. (Dahrendorf,1959)
METODE Observasi Kuesioner: pertanyaan terstruktur sebagai instrumen (empirical research) Sampling
PARADIGMA DEFINISI SOSIAL Max Weber (tokoh) Tidak ada pemisahan yang tegas antara struktur sosial dan pranata sosial, keduanya membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna. Manusia adalah subyek kreatif dalam membangun dan membentuk makna dunianya. Melihat sosisologi sebagai a science concerning itself with the interpretive understanding of social.
PERSOALAN YANG DIKAJI Tindakan sosial adalah tindakan individu yang memiliki makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain Konsep krusial : TINDAK SOSIAL, MAKNA, PEMAHAMAN. Semakin rasional suatu tindakan, semakin mudah dipahami; Zwerkrational (aktor tidak hanya menentukan cara yang baik untuk tindakannya, tapi sekaligus dapat menentukan nilai dari tujuan tindakan) Wertrational (tidak dapat menilai secara pasti ketepatan cara-cara yang dipilih dari tujuan yang ingin dicapai) Affectual (tindakan yang emosional, kadang dibuat-buat) Traditional (tindakan berdasarkan kebiasaan)
TEORI-TEORI Interaksionisme simbolik: (1) Menunjuk pada sifat khas manusia dari interaksi antar manusia, yakni manusia saling menerjemahkan dan mendefinisikan tindakan; (2) interaksi antara individu, diantarai oleh pengunaan simbol-simbol, interpretasi dan usaha untuk salaing memahami maksud tindakan masing-masing (Blumer, 1962) Fenomenologi : (1) manusia bukan sebagai obyek yang diamati, tetapi adalah sekaligus pencipta dunianya sendiri; (2) perhatian harus dipusatkan pada gejala yang penting dari tindakan manusia manusia sehari-hari dan terhadap sikap-sikap yang wajar; (3) memperhatikan pertumbuhan, perubahan, proses tindakan, [serta] berusaha memahami bagimana keteraturan dalam masyarakat diciptakan dan dipelihara dalam keseharian (Schuzt, 1967)
METODE Menggunakan teknik OBSERVASI: Participant observasion (peneliti tidak memberitahukan maksudnya) Participant as observer (peneliti memberitahukan maksudnya) Observe as participant (pengamatan yang dilakukan sekali) Complete Observer (memposisikan diri sebagai orang luar)
PARADIGMA PERILAKU SOSIAL B.F. Skinner Melihat paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang mistik, tidak dapat dijelaskan secara rasional karena mengandung unsur teka-teki karena menekankan pada rangsanga atau reaksi atas sesuatu yanhg diluar dirinya. Obyek sosiologi haruslah konkrit dan realistik: [adalah] perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (tindakan yang terpola)
PERSOALAN YANG DIKAJI Perilaku sosial individu pada dasarnya kurang memiliki kebebasan. Perilaku sosial cenderung digerakkan oleh prinsip-prinsip yang sama. Sehingga perilaku sosial dipandang secara mekanistik.
TEORI-TEORI Behavioralisme sosiologi: memusatkan pada hubungan historis antara tingkah laku yang [telah] terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Social exchange : Tindakan sosial dipandang ekuivalen dengan tindakan ekonomi; perhitungan untung-rugi (Homans, 1961)
METODE Eksperimental Research Instrumen : kuesioner, interviu da observasi. Metode ini dipandang dapat mengukur dan mengontrol perilaku secara ketat. Sehingga dapat dibuat suatu penilaian dengan ketepatan yang tinggi.