Masyarakat & Gaya Hidup Teori Kebudayaan Irana Astutiningsih, S.S., M.A
Apakah Gaya Hidup ?
Apakah Gaya Hidup? Istilah gaya hidup diperkenalkan oleh Alfred Adler (psikolog Austria) th 1929 Dalam konteks ini gaya hidup tidak dibatasi dalam dikotomi baik dan buruk namun lebih pada bagaimana gaya hidup berkorelasi dengan identitas sosial Dalam konteks ini gaya hidup lebih mengacu pada masyarakat perkotaan
Apakah Gaya Hidup? : perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. : frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.
Implikasi Urbanisasi Menurut UNITED NATIONS : 60,7% penduduk Indonesia akan berada di kota pada tahun 2025 Sekitar 167,4 juta penduduk memadati kota-kota di Indonesia berimplikasi terhadap berbagai persoalan sosial (tempat tinggal, lapangan kerja, fasilitas transportasi, ruang berkegiatan sosial)
Implikasi Tekanan Penduduk di Perkotaan Fasilitas publik menjadi tidak memadai Pengelolaan ruang menjadi lebih rumit naiknya harga tanah Persoalan kenyamanan polusi udara, suara, kriminalitas Terbentuknya sistem metropolitan
Terbentuknya sistem metropolitan Sistem metropolitan : sekelompok kota yang terdiri dari kota induk dan kota sekitarnya (kota satelit) Perkembangan kota baru dilihat dalam hal ketergantungannya dengan kota induk Pada dasarnya, pembangunan kota baru diarahkan pada pembentukan kota mandiri (self-contained city) kota yang memiliki urban economic base yang menjadi sumber lapangan kerja bagi warganya
Terbentuknya Sistem Metropolitan Perloff & Sandberg : “Kota baru mandiri ditandai dengan rendahnya jumlah penglaju ulang alik, tingkat lapangan kerja yang memenuhi kebutuhan lapangan kerja bagi penduduk kota, dan keragaman jenis lapangan kerja” (dalam Firman, 1989) Pada perkembangannya, pengembangan economic base di kota baru justru mendorong makiin berkembangnya kegiatan ekonomi kota induk kota baru makin tergantung pada kota induk
Gaya Hidup & Budaya Konsumsi Gerakan penduduk ke kota satelit didasari oleh pencarian tempat tinggal yang nyaman dan bebas dari kepadatan harga yang mahal dengan berbagai fasilitas kelompok profesional dengan kekuatan ekonomi tinggi Proses konsumsi (rumah salah satunya ) merupakan salah satu instrumen penting untuk menjelaskan gaya hidup
Budaya Konsumsi & Identitas Budaya konsumsi yang makin marak telah menggeser nilai fungsional menjadi nilai simbolik dapat dijelaskan dalam 3 hal: 1. Kelas sosial telah membedakan proses konsumsi (tiap kelas menunjukkan proses identifikasi yang berbeda) 2. Barang yang dikonsumsi menjadi wakil kehadiran (berhubungan dengan aspek psikologis I Shop, Therefore I am) 3. Konsumsi suatu citra (nilai simbolik) merupakan alat ekspresi diri bagi kelompok
Pendapat Ahli & Teori Tentang Budaya Konsumsi Antony Giddens (1991) : Proses konsumsi merupakan “emancipatory politics” dan “life politcs” Sebagai emancipatory politics, konsumsi membebaskan manusia dari hambatan-hambatan posisi sosial tradisional (kelas, gender, usia, etnis) Sebagai life politics, konsumsi merupakan politik aktualisasi diri dalam lingkungan yang bersifat global
Pendapat Ahli & Teori Tentang Budaya Konsumsi Baudrillard (1998) : situasi masyarakat kontemporer dibentuk oleh kenyataan bahwa manusia sekarang dikelilingi faktor konsumsi. Manusia tidak akan pernah merasa terpuaskan atas kebutuhan-kebutuhannya. rasionalitas konsumsi telah jauh berubah; masyarakat membeli barang bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan (needs) namun lebih sebagai pemenuhan hasrat (desire).
Pendapat Ahli & Teori Tentang Budaya Konsumsi Baudrillard: logika konsumsi masyarakat bukan lagi berdasarkan use value atau exchange value melainkan hadir nilai baru yang disebut “symbolic value”. orang tidak lagi mengkonsumsi objek berdasarkan nilai tukar atau nilai guna, melainkan karena nilai tanda / simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi. kaburnya batas antara penanda dan petanda (signifier & signified) hyperrealitas
Pendapat Ahli & Teori Tentang Budaya Konsumsi Appadurai (1991): Berpindahnya penduduk ke kota baru telah menghilangkan batas-batas kebudayaan karena kota baru memiliki landscape dan ethnoscape yang berbeda berbagai fasilitas dengan fungsi modern ( mall, sekolah, tempat ibadah, tempat rekreasi, dll) Anderson (1991) Persoalan penting justru terkait dengan identitas lokal (apakah lokalitas sebagai resistensi atau akomodasi kultural)