Risiko Operasional Mata Kuliah : Manajemen Resiko Bank Syariah Dosen Pengampu: Gita Danupranata, S.E., M.M. Disusun oleh: Muhammad Ramdhan (2013730021) Yuyun Andriani (20130730024) Amin Mahfud (201307300010) Vera Septinawati (20130730254) Arini Leviani S.W (20130730259)
DEFINISI Menurut definsi Basle Committe, risiko operasional adalah risiko akibat dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Risiko ini lebih dekat dengan kesalahan manusiawi (human error), adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang memengaruhi operasional bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah da bank konvensional terkait dengan risiko operasional. ATAU risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.
jenis risiko operasional berdasarkan Low Frequency/Low Impact Low Frequency/High Impact High Frequency/Low Impact High Frequency/High Impact jenis risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak sebagai berikut: Risiko Proses Internal Risiko Manusia Risiko Sistem Risiko Kejadian dari luar Risiko Hukum dan legal risk Kategori kejadian risiko operasional sebagai berikut:
Aspek Risiko Operasional Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi 1. Apakah direksi telah menjabarkan dan mengkomunikasikan secara efektif kebijakan dan strategi risiko operasional kepada seluruh satuan kerja yang terkait serta mengevaluasi implementasi kebijakan dan strategi yang dimaksud? 2. Apakah direksi telah memastikan bahwa fungsi manajemen risiko operasional telah beroperasi secara independen? Kecukupan Kebijakan Operasional, Prosedur, dan Penetapan Limit 1. Apakah kebijakan pengelolaan dimaksud dievaluasi dan dikinikan secara periodik sejalan dengan perubahan-perubahan dalam strategi risiko operasional, ketentuan yang berlaku dan praktek kehati-hatian yang baik? 2. Apakah proses penetapan struktur limit resiko operasional telah memadai dan didokumentasikan secara tertulis dan lengkap sehingga memudahkan untuk dilakukan jejak audit? Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Sistem Informasi 1. Apakah proses pengukuran risiko operasional telah dilakukan secara tepat dan memadai sesuai kebijakan operasional dan prosedur yang ditetapkan serta prinsip kehati-hatian? 2. Apakah laporan pengelolaan risiko operasional telah disusun secara akurat dan disampaikan secara rutin dan tepat waktu kepada direksi?
Lanjutan.. Sistem Pengendalian Intern 1. Apakah terdapat pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi manajemen risiko operasional? 2. Apakah bank memiliki struktur organisasi manajemen risiko operasional yang menggambarkan secara jelas batas wewenang dan tanggung jawab manajemen risiko operasional?
Perubahan Karakteristik Risiko Operasional Setiap risiko bisa berubah karateristiknya dari waktu ke waktu. Misalkan pada jaman dulu pencatatan transaksi dilakukan secara manual, cara tersebut dapat memunculkan risiko kesalahan pencatatan. Frekuensi kesalahan cukup sering karena karyawan sering lelah namun biasanya mengakibatkan kerugian yang relative kecil. Sekarang ini sudah banyak cara manual seperti itu diganti dengan pencatatan terkomputerisasi dengan demikian frekuensi kesalahan dapat diturunkan namun akan muncul jenis risiko baru.. Contohnya, serangan virus atau pembobolan terhadap system computer perusahaan mempunyai frekuensi yang relative rendah. Tetapi jika hal tersebut terjadi, kerugian yang timbul akan cukup besar. Teknologi Otomatisasi Faktor penyebab perubahan karakteristik risiko
Contoh Kasus Risiko Operasional pembobolan terminal ATM dengan menggunakan kartu kredit dan ATM palsu pembayaran ganda terhadap satu kiriman uang bank draf diambil oleh yang tidak berhak DOC (deposit on call) asli tapi palsu (aspal), (5) bank garansi aspal, letter of credit (L/C) palsu, salah memasukkan data, kegagalan sistem, kesalahan programming, kegagalan telekomunikasi. Itu semua contoh kasus-kasus risiko operasional.
Pengukuran risiko operasional bank Syariah Secara sederhana perhitugan risiko operasional bisa diukur dengan mengklasifikasikan risiko operasional yang bisa di ekspektasi dan yang tidak di ekspektasi. Kerugian atas risiko yang bisa di ekspektasi pada umumnya sudah bisa di antisipasi manajemen dengan memasukkannya pada pricing yang akan di kenakan ada klien. Perhitungan risiko operasional yang sulit dilakukan adalah pada risiko yang tidak dapat di ekspektasikan. Dalam basel II menetapkan bahwa bank harus mengalokasikan sebagian modalnya untuk berjaga-jaga atas munculnya risiko operasional. Sebelumnya basel I masih memberikan perhatian besar pada risiko kredit dan menyatakan bahwa risiko operasional masih dapat dicakup dalam 8% CAR yang dipersyaratkan.
Membangun sistem manajemen risiko operasional Manajemen dan mitigasi risiko operasional perlu dirangkai menjadi sebuah sistem manajemen risiko operasional yang handal. Bank islam perlu memiliki kerangka kerja khusus terkait manajemen risiko operasional. Ada 8 aspek yang harus diperhatikan dalam menyusun kerangka tersebut yaitu : penyusun kebijakan manajemen risiko operasional, pengidentifikasian risiko operasional, peyusunan skema proses bisnis, penentuan metode perhitungan risiko operasional, penentuan kebijakan mitigasi risiko operasional, penentuan bagaimana melaporkan dan menyajikan risiko operasional tersebut kepada pihak yang memerlukannya, pelaksanaan analisis risiko operasional termasuk penyusunan data basel risiko serta pengalokasian modal bank untuk mempersiapkan sekiranya terjadi kerugian akibat risiko operasional.