PENYIMPULAN Penyimpulan adalah kegiatan manusia, yang dari pengetahuan yang telah dimiliki dan berdasarkan pengetahuan itu bergerak ke pengetahuan.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Logika Bahasa Ilmiah - 6 -
Advertisements

Istilah  Logika juga merupakan suatu aktivitas pikiran yang pada awalnya dapat dimulai melalui pengalaman indera atau observasi empiris sehingga terjadi.
PERTEMUAN 3 PENALARAN.
Oleh: Dedy Djamaluddin Malik (Kuliah ke-3)
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Pertemuan VIII – SILOGISME KATEGORIS
Tugas Bahasa Indonesia
PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF
Merupakan unsur kedua logika.
[SAP 8] SILOGISME KATEGORIS
PENALARAN deduktif – Silogisme kategoris
Deduksi Ati Harmoni
[SAP 9] SILOGISME HIPOTETIS
[SAP 6] KEPUTUSAN, PROPOSISI DAN KALIMAT
Bahasa Indonesia/Sepitri
FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 11 INDUKSI.
Filsafat Logika dalhar Shodiq
PENALARAN Hartanto, S.I.P, M.A..
PENALARAN Pengertian Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan dat atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
PROPOSISI PENGERTIAN Logika mempelajari cara bernalar benar dan tidak dapat dilaksanakan tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya.
1.2. Logika Predikat Pada pembahasan pasal sebelumnya kita telah
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)
Topik XII : PENALARAN / PENYIMPULAN
BAB XI KEPUTUSAN Pertemuan 11
BAB 1. LOGIKA MATEMATIK 1.1 PROPOSISI Definisi: [Proposisi]
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom., MM.
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
Topik IX : PROPOSISI 1. Pengertian
PERTEMUAN 4 PROPOSISI.
PROPOSISI Hartanto, S.I.P, M.A..
ZULFA ROHMATUL MUBAROKAH ( /4A)
Pencegahan Perkawinan
Dasar Penalaran & Logika Berpikir
Silogisme Kategoris Dasar-Dasar Logika
NALAR DEDUKSI.
Berpikir Dengan Pernyataan
WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
DEDUKTIF Metode berpikir deduktif adalah metode penarikan kesimpulan dari masalah umum ke masalah khusus. Hukum deduktif bahwa segala yang dipandang benar.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
SILOGISME DAN ENTIMEN.
V. Penalaran Langsung Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
PENALARAN LANGSUNG PROPOSISI KATEGOTRIS
PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM RELASI HUKUM DAN KEKUASAAN SERTA DALAM MENGHADAPI ISU-ISU GLOBAL Kelompok 10 Anesta Ebri Dewanty
PENALARAN TIDAK LANGSUNG
Materi 11 Induksi.
SALAH NALAR.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Silogisme Silogisme Kategorik
Filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
BAB 4 PROPOSISI Yusuf Siswantara.
Penalaran Tujuan bab ini adalah agar para maha-siswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang ditulis. Penalaran yaitu proses berpikir.
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom.
SILOGISME Disusun Oleh : Ririn Purwatiningsih
Sillogisme Hipotetis Bab VIII Fakultas Psikologi
METODE PENALARAN ILMIAH FILSAFAT ILMU PPDS I FK UNUD Dr dr Tjok Mahadewa M.Kes, SpBS(K)
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Penalaran Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi.
PENYIMPULAN Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari pengetahuan yang telah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru. Pengetahuan yang telah dimiliki = titik.
SALAH NALAR Karina Jayanti.
Contoh 1 Kalimat (p → q) → r bernilai benar Jika
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
CORAK/BENTUK SILOGISME
Transcript presentasi:

PENYIMPULAN Penyimpulan adalah kegiatan manusia, yang dari pengetahuan yang telah dimiliki dan berdasarkan pengetahuan itu bergerak ke pengetahuan yang baru. Titik pangkal→pengetahuan tentang fakta, suatu asas umum, suatu anggapan (hipotesis)

Persoalan yang dihadapi tidak lepas dari proses “penyimpulan” yang kurang/tidak tepat. Persoalan-persoalan seperti” Pengangguran Kemacetan Kemiskinan Korupsi MBA,…., dll

CONTOH Semua yang melanggar hukum harus diadili. Koruptor harus diadili. Rumah A terbuat dari bambu, berlantai tanah, dia tidak sekolah, B pengemis tidak sekolah, C anak petani gurem tidak sekolah juga. Orang-orang miskin tidak sekolah

Penyimpulan berbeda dengan ringkasan Teman saya adalah: 1. Anita ber-IPK 3,6 2. Agustina ber-IPK 3,7 3. Badru ber-IPK 3,8 4. Jafar ber-IPK 3,6 5. Dianwisantra ber-IPK 3,7 6. Ateng ber-IPK 3,8 Buat Ringkasan? Buat Penyimpulan

Premis/antecedent=hal dari mana disimpulkan sesuatu Kesimpulan (consequens)=pengetahuan baru yang diperoleh berdasarkan premis Konsekuensia=hubungan antara premis dan kesimpulan serta merupakan dasar untuk kesimpulan Kesimpulan yang sah adalah kesimpulan yang sungguh- sungguh dapat dan harus diambil dari premis-premis Sah atau tidak sahnya kesimpulan tergantung ada-tidaknya hubungan atau lurus tidaknya jalan pikiran

Premis Konsekuensia Kesimpulan

Malas belajar--------Konsekuensi-----Pengangguran Merokok------konsekuensia------kanker Malas bekerja---------Miskin Mobil/kendaraan banyak------macet Takut ditinggal/takut tidak setia pada calon/pacar--------- MBA

2 MACAM PENYIMPULAN Penyimpulan langsung yakni langsung menyatakan S=P atau S#P, atau tanpa pembuktian. Contoh: mahasiswa lulus ujian; kambing bukan kucing, dpt disimpulkan: mhs bukan kambing Penyimpulan tidak langsung yakni penyimpulan dengan menggunakan term antara (M).semua mhs bayar spp, andi adalah mhs, andi bayar spp

Deduksi dan induksi Deduksi: penalaran yang didasarkan atas prinsip (anggapan umum) kemudian ditarik kesimpulan yang lebih khusus. Deduksi: penyimpulan yg didasarkan atas anggapan umum (prinsip) . A hrs diadili kr pelanggar hukum hrs diadili, A hrs diadili, karena terbukti korupsi melanggar hukum (semua pelanggar hukum hrs diadili)

Generalisasi induktif Induksi: Penalaran yang didasarkan atas kasus-kasus kemudian ditarik kesimpulan Ahmad mhs ilmu kesehatan masyarakat nilai a Budi mhs ilmu kesehatan masyarakat nilai a Caca mhs ilmu kesehatan masyarakat nilai a Semua mhs kesmas pandai

Analogi Induktif A mhs ilmu kesehatan masyarakat nilai a B mhs ilmu kesehatan masyarakat nilai a C mhs ilmu kesehatan masyarakat nilai a D mhs ilmu kesehatan masyarakat D pasti dapat nilai a

PENYIMPULAN LANGSUNG Konversi Oposisi Obversi Kontraposisi

1. KONVERSI Konversi dilakukan dengan mengganti S dan P, sehingga yang dulunya P menjadi S, dan yang dulunya S menjadi P tanpa mengurangi kebenaran putusan. Setiap mahasiswa bayar SPP (convertend) Yang bayar SPP itu mahasiswa (convers) A dikonversi menjadi I E dikonversi menjadi E atau O I dikonversi menjadi I O tidak dapat dikonversi

Ingat-----konversi minyak tanah dengan migas (dalam kehidupan bermasayarakat) Dalam kehidupan kampus, perubahan kurikulum ada matakuliah dalam kurikulum lama tidak ada di kurikulum baru. Matakuliah tersebut dikonversi menjadi matakuliah yang berbeda.

Premis (convertand) Kesimpulan (Convers) A: semua mhs bayar spp I; sebagian yg bayar spp adalah mhs E:munawarah: semua korupsi tdk baik Manusia bkn malaikat E atau O: sebagian yg tidak baik itu korupsi Malaikat bkn manusia I: nunik: ada mhs yg merokok I sebagian yg merokok adalah mhs O ada manusia yg bkn dokter Tidak ada kesimpulan

Semua aktifitas filsafat menggunakan pikiran, berarti semua yang berpikir pasti berfilsafat Jika semua orang Islam ingin naik haji, maka berarti semua yang ingin naik haji pasti orang islam Seandainya sebagian orang muslim mau membayar zakat, maka tentunya sebagian yang membayar zakat pati orang islam Yang jelas, semua anggota DPR itu bukan malaikat, berarti tidak ada malaikat yang jadi anggota DPR

Semua perilaku amal soleh dapat pahala berarti Semua perbuatan baik perilaku amal soleh Semua mahasiswa ingin menjadi sarjana maka semua yang ingin menjadi sarjana pasti mahasiswa

2. OPOSISI Kontradiktoris = oposisi karena perbedaan kualitas dan kuantitas putusan (A↔O: E↔I) Kontraris = oposisi karena perbedaan kualitas putusan, tetapi universal (A↔E) Subkontraris = oposisi karena perbedaan kualitas putusan, tetapi partikular (I↔O) Subaltern = oposisi karena perbedaan kuantitas putusan, (A↔I: E↔O)

OPOSISI A.Semua mhs lulus E. Semua Mhs tidak lulus s s u u b b Kontraris A.Semua mhs lulus E. Semua Mhs tidak lulus s s u u b b a kontradiktoris a l l t t e e r r n n I. Sebagian mhs lulus O. Sebagian mhs tidak lulus Subkontaris

HUKUM KONTRADIKSI A – O : E - I Jika yang satu benar, yang lain tentu salah. Jika yang satu salah, yang lain tentu benar. Tidak ada kemungkinan yang ketiga .

Jenis-jenis oposisi premis kesimpulan Luli: semua orang bekerja bakti (S)/A (Radit) Semua orang tdk bekerja bakti (b/s)/E Wahyu; Beberapa orang tdk bekera bakti (b)/0 Indah: sebagian orang bekerja bakti (b/s)/I

premis kesimpulan Siti gumilar: ada binatang yg bukan kera (B)/A Astri: semua binatang kera (S)/---------E Imas: beberapa binatang itu kera (b/s)/0 Emmy: semua binatang bukan kera (b/s)---I

Jono berbaju putih---jono berbaju biru (kontraris) Bayi itu laki-laki----bayi itu perempuan (kontradiksi)

HUKUM KONTRARIS A - E Jika yang satu benar , yang lain tentu salah. Jika yang satu salah, yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah Ada kemungkinan yang ketiga, keduanya sama-sama salah .

HUKUM SUBKONTRARIS I - O Jika yang satu salah, yang lain tentu benar. Jika yang satu benar, yang lain dapat salah, tetapi dapat juga benar. Ada kemungkinan yang ketiga, tidak dapat keduanya sama-sama salah, keduanya dapat sama-sama benar.

HUKUM SUBALTERN A – I : E - O Jika yang universal benar, yang partikular juga benar. Jika yang universal salah, yang partikular dapat benar, tetapi juga dapat salah. Jika yang partikular benar, yang universal dapat salah, tetapi juga dapat benar. Jika yang partikular salah, yang universal juga salah.

TABEL KEBENARAN Premis Konklusi A benar E salah I benar O salah A salah I salah O benar A b / s O b / s I b / s E b / s

I. Sebagian mhs cerdas O. Sebagian mhs tidak cerdas Subkontaris CONTOH OPOSISI Kontraris A.Semua mhs cerdas E. Semua Mhs tidak cerdas s s u u b b a kontradiktoris a l l t t e e r r n n I. Sebagian mhs cerdas O. Sebagian mhs tidak cerdas Subkontaris

3.OBVERSI Kualitas proposisi diganti, (afirmatif menjadi negatif atau sebaliknya), kemudian term predikat diganti dengan komplemennya Jujur itu baik (obverten) Jujur itu bukan tidak-baik (obvers) obverten obvers A E I O

obversi Jujur itu baik merubah kualitas proposisi : Jujur itu tidak baik Merubah predikat menjadi komplemen (kontradiksi) baik------tidak-baik Jujur itu bukan tidak-baik Kekuasaan presiden terbatas Anak itu pandai Semua warga negara yang berumur 18 tahun memiliki hak memilih calon dpr Agung: Semua warga negara yang berumur 18 tahun bukan tak memiliki hak memilih calon dpr

Sebagian anggota tdk menerima suap (O) Sebagian anggota menerima suap Sebagian anggota tdk-menerima suap (I) Semua anggota tidak menerima (E) Semua anggota tidak-menerima suap (A)

4. KONTRAPOSISI Term S dan P diganti dengan komplemennya masing-masing Term yang sudah berubah, kemudian dikonversikan Hanya proposisi A dan O yang memiliki kontraposisinya Semua anggota DPR adalah WNI Semua yang bukan WNI bukan anggota DPR

SILOGISME KATEGORIS TUNGGAL MAJEMUK HIPOTETIS KONDISIONAL DISYUNGTIF KONJUNGTIF Epicherema Enthymema Polysilogisme Sorites

SILOGISME KATEGORIS TUNGGAL Setiap orang ingin dihormati M = P Tukang becak itu juga orang S = M Tukang becak itu ingin dihormati S = P Premis yang terdapat P kesimpulan disebut mayor Premis yang terdapat S kesimpulan disebut minor Term yang terdapat dalam kedua premis disebut Term Antara (M), tidak boleh masuk dalam kesimpulan

CARA MENJABARKAN KE DALAM BENTUK SILOGISME STANDAR Tentukan dahulu kesimpulan yang ditarik Mencari alasan yang diberikan (M) Susunlah silogisme berdasarkan S = P (kesimpulan) serta M Kamu sih pasti lulus ujian, ndak usah takut, karena kamu mahasiswa yang pandai.

Contoh Kesimpulan: Wajib mencari Ilmu Pejabat harus bersih Mahasiswa harus belajar keras Dosen juga harus belajar

Mhs pandai pasti lulus Kamu mhs pandai Kamu pasti lulus

Mhs cantik pasti cepet kawin Kamu mhs cantik Kamu pasti cepet kawin (sekedar contoh, jodoh itu diusahakan, doa. takdir)

Mhs cantik pasti dapat jodoh Kamu mhs cantik Kamu pasti dapat jodoh

Mhs lulus cumlaude pasti dapat kerjaan Kamu mhs cumlaude Kamu pasti pasti dapat kerjaan

Negara yang banyak korupsinya susah maju Indonesia banyak korupsinya Indonesia susah maju

Sarjana lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat gampang kerja Irma sarjana lulusan ilmu kesehatan masyarakat Irma gampang kerja

Pacaran lama belum tentu sampai kepada pelaminan Imas dengan Oded pacaran lama Imas dengan oded belum tentu ke pelaminan

HUKUM SILOGISME (1) Silogisme tidak boleh mengandung lebih atau kurang dari 3 term Semua warganegara wajib membayar pajak, pengemis juga warganegara. Berarti ia wajib membayar pajak. Term antara (M) tidak boleh terdapat dalam kesimpulan

HUKUM SILOGISME (2) Kambing adalah makhluk hidup 3. Term S dan P dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada term S dan P dalam premis Kambing adalah makhluk hidup Manusia itu bukan kambing. Manusia bukan makhluk hidup 4. Term antara (M) harus sekurang-kurangnya satu kali universal Manusia juga makhluk hidup Manusia itu kambing 5. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif.

HUKUM SILOGISME (3) 6. Kedua premis tidak boleh negatif Batu bukan binatang Kambing bukan batu Kambing bukan binatang 7. Kedua premis tidak boleh partikular Ada orang kaya yang tidak pandai Banyak orang miskin yang pandai Banyak orang miskin bukan orang kaya Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah.

4 MACAM SUSUNAN M M = P S = M S = P subyek-predikat P = M predikat-predikat M = S subyek-subyek predikat-subyek

Susunan Silogisme Yang Lurus M = P S = M S = P babara celarent darii ferio

barbara Setiap demonstran memakai atribut Semua mahasiswa ikut demo Semua mahasiswa memakai atribut celarent Setiap demonstran tidak boleh merusak Semua mahasiswa tidak boleh merusak

darii Setiap peserta demo mematuhi aturan Sebagian mahasiswa adalah peserta demo Sebagian mahasiswa mematuhi aturan ferio Setiap peserta demo tidak boleh anarkhis Sebagian mahasiswa peserta demo Sebagian mahasiswa tidak boleh anarkhis

Susunan Silogisme Yang Lurus II. P = M S = M S = P camestres cesare baroco festino

camestres Semua manusia memiliki hak asasi Semua binatang tidak memiliki hak asasi Semua binatang bukan manusia cesare Seluruh koruptor tidak disenangi rakyat Setiap pemimpin yang jujur disenangi rakyat Setiap pemimpin yang jujur bukan koruptor

baroco Semua reformis disenangi rakyat Sebagian pemimpin tidak disenangi rakyat Sebagian pemimpin bukan reformis festino Seluruh diktator tidak disenangi rakyat Ada mahasiswa yang disenangi rakyat Ada mahasiswa yang bukan diktator

Susunan Silogisme Yang Lurus III. M = P M = S S = P darapti felapton datisi fresison disamis bocardo

darapti Seluruh mahasiswa lulus ujian Seluruh mahasiswa calon pemimpin Sebagian calon pemimpin lulus ujian felapton Semua orang bukan binatang Semua orang makhluk bernyawa Sebagian makhluk bernyawa bukan binatang

datisi Setiap perbuatan baik mendapat ganjaran Perbuatan baik yaitu bertindak adil Yang bertindak adil mendapat ganjaran fresison Semua tindak kekerasan tidak disenangi orang Sebagian tindak kekerasan itu melanggar hukum Pelanggar hukum tidak disenangi orang

disamis Ada pejabat yang senang menyanyi Semua pejabat adalah pemimpin Ada pemimpin yang senang menyanyi bocardo Ada pejabat tidak mau korupsi Ada pemimpin tidak mau korupsi

Susunan Silogisme Yang Lurus IV. P = M M = S S = P bramantis camenes fesapo ferison dimaris

bramantis camentes Semua orang kaya senang plesir ke luar negeri Semua yang senang plesir ke luar negeri suka shopping Yang suka shopping adalah orang kaya camentes Setiap orang yang berprestasi adalah pekerja keras Setiap pekerja keras tidak menyerah terhadap tantangan Setiap orang yang menyerah terhadap tantangan bukan orang berprestasi

fesapo ferison Semua pelanggaran HAM tidak diperbolehkan Semua yang diperbolehkan adalah perbuatan bermoral Perbuatan bermoral bukan pelanggaran HAM ferison Setiap aturan tidak boleh dilanggar Yang boleh dilanggar yang membelenggu kreativitas Yang membelenggu kreativitas bukan aturan

dimaris Beberapa konglomerat licik Semua yang licik adalah manusia Sebagian manusia adalah konglomerat

Konsep-konsep dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat: -PSK -Merokok -BAB sembarangan -penampungan BAB komunal

SILOGISME TERSUSUN Epicherema=silogisme yang salah satu premisnya atau keduanya disambung dengan pembuktiannya Setiap koruptor harus diadili karena tindak korupsi itu melanggar hukum. Ada pejabat orba yang korupsi Ada pejabat orba yang harus diadili

Mencari ilmu untuk mengetahui benar dan salah Setiap pekerjaan harus memperhatikan halal dan haramnya (benar dan salah) pekerjaan tersebut karena memilih pekerjaan yang benar dan menghindari yang salah akan membawa baik kepada kehidupan Mencari ilmu untuk mengetahui benar dan salah Mencari ilmu akan membawa baik kehidupan.

Ada orang Amerika mempunyai persepsi negatif terhadap umat islam karena ada pelaku kejahatan di Amerika beragama Islam Donald Trump membenci pelaku kejahatan Donald Trump membenci beragama islam

SILOGISME TERSUSUN Joni adalah mahasiswa Jadi dia harus bayar SPP 2. Enthymema=silogisme yang salah satu premisnya atau kesimpulannya dilampaui. Joni adalah mahasiswa Jadi dia harus bayar SPP

SILOGISME TERSUSUN 3. Polysilogisme=deretan silogisme, kesimpulan silogisme yang satu menjadi premis silogisme yang lain. Semua pelanggar hukum harus diadili Ada pemimpin yang melanggar hukum Ada pemimpin harus diadili Beberapa pejabat orba itu pemimpin Beberapa pejabat orba harus diadili Badu itu pejabat orba Badu harus diadili

Semua pengusaha kayu yang membuat lemari harus membayar pajak, Ada pengrajin kayu yang membuat lemari Ada pengrajin kayu yang membayar pajak, Beberapa kepala keluarga itu pengrajin kayu, Beberapa kepala keluarga harus membayar pajak Adi adalah kepala keluarga Adi harus membayar pajak

SILOGISME TERSUSUN 4. Sorites Semua negara demokratis ditandai penegakan supremasi hukum Semua yang menegakan supremasi hukum menghargai HAM Semua yang menghargai HAM termasuk bangsa yang beradab Bangsa yang beradab menganut kebebasan berpendapat Semua negara demokratis menganut kebebasan berpendapat

SILOGISME KONDISIONAL Jika hujan, tanah basah sekarang tidak hujan tanah basah/tanah tdk basah jika hujan, tanah basah tanah tidak basah tidak hujan A benar C benar A salah C dapat benar tetapi dapat salah A dapat salah tetapi dapat benar C salah

Jika demo disusupi, demo anarkhis 1. demo tidak disusupi,maka…….. 2. demo anarkhis,maka…….. 3. demo disusupi,maka……….. 4. demo tidak anarkhis,maka……….

Kalau kamu menyatakan cinta pada aku, aku menerima cintamu Kamu menyatakan cinta pd aku,maka aku mnrm cintamu?? Aku mencintai kamu, maka kamu menyatakan cinta pada aku?? Kamu tidak menyatakan cinta pada aku, maka aku menerima/tdk menerima cinta ikut?? Aku tidak menerima cintamu, maka kamu menyatakan/tidak menyatakan cinta pada aku??

Kalau kamu takut, aku tidak ikut Kamu takut sih,maka aku tdk ikut Aku jadi ikut, maka kamu tdk takut Kamu tidak takut, maka aku ikut/tdk ikut Aku tidak jadi ikut ah, maka kamu takut/tidak takut

Bang, jika kamu ikut, aku tidak takut Aku takut bang, kamu tidak ikut bang Aku berani, abang ikut/abang tidak ikut

Dalam sejarah orang sukses, tidak ada yang tidak sukses tidak diikuti dengan kerajinan belajar. Kalau kamu ingin sukses, kamu harus rajin belajar. Saya jamin, jika kamu rajin belajar, kamu pasti lulus. Saya saya sungguh menyesal ternyata kamu tidak lulus, kesimpulan……

SILOGISME DISYUNGTIF Disyungtif dalam arti sempit hanya mengandung 2 kemungkinan, tidak mungkin keduanya benar, pasti yang satu salah a. Modus ponendo tollens Korban gempa meninggal atau hidup Korban meninggal Korban tidak hidup Modus tollendo ponens Korban tidak meninggal Korban hidup

Andi akan kuliah atau bolos (tidak kuliah) Andi kuliah Andi tidak bolos AC Milan menang atau kalah AC Milan tidak kalah AC Milan menang

Indah Anak itu jalan atau lari Anak itu jalan Anak itu tidak lari Anak itu tidak jalan Anak itu lari?

Kamu pergi ke ani atau ke siti Kamu tidak pergi ke siti Kamu pergi ke ani ? Belum tentu karena bisa saja tidak pergi ke keduanya, atau pergi ke teman yang lain (ayu)

SILOGISME DISYUNGTIF Disyungtif dalam arti luas juga memiliki 2 kemungkinan, tetapi kedua kemungkinan itu dapat sama-sama benar. Yang pergi ke seminar dia atau saya Dia yang pergi (tidak dapat disimpulkan) saya tidak pergi

SILOGISME KONYUNGTIF 1. Afirmatif – negatif Tidak ada orang yang duduk dan berdiri pada waktu yang sama Sartono sedang duduk, Jadi dia tidak berdiri 2. Negatif - afirmatif Sartono tidak duduk, Jadi dia berdiri . 3. Hukum konjungtif tergantung jenis perlawanannnya

INDUKSI Kegiatan akal budi, dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus atau kasus- kasus, juga akan benar untuk semua kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi dalam hal-hal tertentu.

2 MACAM INDUKSI Generalisasi induktif Apel 1 keras, hijau manis rasanya Apel 2 keras, hijau manis rasanya Apel 3 keras, hijau manis rasanya Apel 4 keras, hijau manis rasanya Semus Apel yang keras, hijau manis rasanya

Apel 1 keras, hijau manis rasanya Apel 2 keras, hijau manis rasanya 2. Analogi Indukti Apel 1 keras, hijau manis rasanya Apel 2 keras, hijau manis rasanya Apel 3 keras, hijau manis rasanya Jadi Apel 4 ini keras, hijau manis rasanya

Catatan: 1. Konklusi analogi induktif tidak selalu berupa proposisi universal, akan tetapi tergantung dari subyeknya yang diperbandingkan dalam analogi. 2. Analogi induktif dapat digunakan untuk mendeterminasikan apakah suatu obyek atau fakta itu, dan sifat-sifat apakah yang dapat diharapkan padanya, sedangkan generalisasi induktif digunakan untuk menemukan hukum, menyusun teori atau hipotesa

Ciri-ciri Induksi Premis induksi adalah proposisi empirik (basic statement) Konklusi penalaran induktif lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premisnya Konklusi induktif memiliki kredibilitas rasional, atau disebut probabilitas.

3 SYARAT GENERALISASI INDUKTIF Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik (jumlah tertentu) Generalisasi tidak harus terbatas secara spasio-temporal (berlaku dimana saja dan kapan saja) Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.

FAKTOR PROBABILITAS DALAM INDUKSI Semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Semakin besar jumlah fakta analogi di dalam premis, semakin rendah probabilitas konklusinya, dan sebaliknya 3. Semakin besar jumlah fakta yang disanaloginya di dalam premis, semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya 4. Semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitas, dan sebaliknya.