Psikologi Eksperimen Pertemuan ke II By: Uul
Dalam sebuah penelitian, psikolog Jhon B Dalam sebuah penelitian, psikolog Jhon B. Watson dan Rosalie Rayner (1920) memperlihatkan bahwa pengondisian klasik adalah akar dari rasa takut dengan mengkondisikan seorang bayi yang berusia 11 bulan yang bernama Albert takut pada tikus. Sebagaimana kebanyakan bayi pada awalnya dia takut dengan suara keras, namun tidak takut terhadap tikus. Pada penelitian ini eksperimenter memperdengarkan suara keras setiap Albert menyentuh tikus putih dan berbulu. Suara (stimulus tidak terkondisi) membangkitkan rasa takut (respon tidak terkondisi) setelah beberapa kali pemasangan suara dengan tikus, Albert mulai memperlihatkan rasa takut terhadap tikus dan menangis setiap kali melihatnya. Tikus tersebut, kemudian telah menjadi stimulus terkondisi yang menyebabkan respon terkondisi, yakni rasa takut. Lebih jauh lagi efef dari perlakuan ini bertahan hingga lima hari kemudian, Albert bereaksi dengan tingkat rasa takut yang kurang lebih sama tidak hanya pada tikus, tetapi juga pada objek yang mirip dengan tikus yang berwarna putih dan berbulu, termasuk kelinci berwarna putih, jaket bulu berwarna putih bahkan topeng sinterklas berwarna putih.
Etika Penelitian Eksperimen Informed Consent Subjek eksperimen harus tahu dia terlibat dalam penelitian apa dan hak-hak apa saja yang dia terima ketika ikut terlibat dalam eksperimen tersebut, sehingga ia bebas untuk ikut atau tidak dalam eksperimen ini. Deception Peneliti seharusnya memberikan keterangan sejujur- jujurnya mengenai eksperimen yang dilakukan. Debriefing Peneliti harus bersedia menjawab semua pertanyaan peserta (setelah semua sesi eksperimen selesai) mengenai eksperiemen yang diikutinya. Confidentality Peneliti harus menjaga kerahasian data individu yang terlibat dalam eksperimen yang dilakukan. Protection From Psysical dan Psychologycal Harm Peneliti harus melindungi subjek dari hal-hal yang menyakitkan baik itu secara fisik maupun psikologis
Jenis-Jenis Validitas Face Validity Suatu tes dipandang valid kalau nampaknya memang telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Content Validity Atau validitas isi ini mengungkap apa yang telah dikatahui bukan apa yang seharusnya diketahui (biasanya tes prestasi). Contruct Validity Disebut juga dengan logical validity atau validity by defenition dengan kata lain suatu tes dikatakan valid kalau aitem yang dibuat telah cocok dengan konstruksi teoritik sebagai dasar pembuatan aitem-aitem tersebut. Predictive dan Concurrent Validity Prediktif Validity kesesuaian antara tes tersebut dengan dengan variabel yang diukur untuk keadaan yang akan datang. Faktorial Validity Suatu tes dikatakan ditinjau dari segi apakah aitem tersebut telah mengukur faktor-faktor tertentu yang telah dimaksudkan.
Validitas Eksperimen Validitas Internal Validitas Eksternal Suatu eksperimen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila perubahan yang terjadi pada variabel dependen (terikat) benar- benar disebabkan oleh perlakuan yang diberikan dalam eksperimen, bukan karena faktor kebetulan maupun oleh faktor-faktor lain yang tidak relevan (Azwar, 2003). Validitas Eksternal Veliditas eksternal dikatakan tinggi jika efek perlakuan yang diperoleh dapat digeneralisasikan pada populasi, variabel yang diteliti dan kehidupan nyata.
Hal-hal yang dapat mengurangi validitas internal History Faktor ini berupa kejadian-kajadian lain diluar perlakuan eksperimen yang terjadi diantara masa pengukuran pertama dan pengukuran terakhir yang dialami oleh subjek dan ikut mempengaruhi variabel terikat. Maturasi Perubahan yang terjadi pada subjek eksperimen yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu (eksperiemen yang dilakukan dalam waktu yang lama). Maturasi ini dapat berupa rasa bosan, lelah maupun pertambahan usia. Testing Adanya proses belajar terhadap tes yang dilakukan pertama kali (pretest) sehingga terjadi peningkatan skor ketika dilakukan tes ulang (post test) untuk mengukur hasil eksperimen. Instrumentasi Terjadi perubahan alat ukur atau pada proses pengukuran antara pengukuran yang satu dengan yang lainnya selama proses eksperimen dapat menimbulkan pengaruh pada variabel terikat. Selain itu kesalahan dalam administrasi alat tes oleh peneliti juga dapat mempengaruhi varibel terikatnya.
5. Regresi Statistik Efek regresi statistik terjadi jika subjek eksperimen diambil dari mereka yang memiliki skor ekstrem atau keadaannya yang berada pada dua kutub yang bertentangan, sehingga nantinya pengukuran pada variabel terikat akan tetap menghasilkan skor –skor yang menuju kearah rata-rata walaupun variabel independennya tidak diberikan perlakuan sama sekali. 6. Seleksi Jika kelompok kontrol dalam eksperimen terpilih tidak secara acak sehingga perbedaan yang terukur setelah perlakuan diberikan bukan karena eksperimen yang dilakukan melainkan karena perbedaan yang sebelumnya memang telah ada. 7. Mortalitas Hilangnya subjek tertentu dalam kelompok eskperimen atau kelompok kontrol yang dapat mengakibatkan perubahan rata-rata skor variabel dependen setelah perlakuaan. 8. Interaksi Berbagai Faktor Gangguan terhadap vailiditas internal juga dapat terjadi karena interaksi berbagai faktor diatas seperti interaksi antara faktor seleksi dan histori.
Ancaman Terhadap Validitas Eksternal Efek Interaksi Seleksi Dengan Perlakuan Generalisasi hasil eksperimen sangat tergantung pada karakteristik subjek, bila subjek yang ikut dalam eksperimen memiliki ciri- ciri yang unik maka akan sangat sulit dilakukan generalisasi Efek Reaktif Terhadap Pretes Adanya pretes akan membatasi generalisasi hasil eksperimen, dikarenakan adanya kemungkinan mengubah karakteristik maupun prilakunya bisa menjadi semakin baik atau jelek sehingga sulit untuk dilakukan generalisasi. Efek Reaktif Terhadap Prosedur Eksperimen Prosedur Eksperimen seperti kehadiran peneliti, alat-alat tes dan semacamnya dapat menjadikan subjek berubah sikap dan prilaku dalam eksperimen. Jika hal itu terjadi maka sulit dilakukan generalisasi hasil eksperimen tersebut. Interaksi Perlakuan Ganda Hal ini terjadi pada desain eksperimen yang mengaruskan subjek dikenai lebih dari satu macam perlakuan, efek perlakuan pertama bisa terbawa pada perlakuan berikutnya sehingga hasil eksperimen hanya bisa digeneralisasikan pada subjek yang terlibat dalam eksperimen saja.