HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA ZAMAN PRAAKSARA ANGGOTA Diva Meliana Dilla Fitri Sinta Dewi Humaira Rahmi Deswi Meiwindriya Mutya Gading Siti Syifa Setia Ningrum Virginia Miracle Jilena Pelawi
ZAMAN BATU Paleolitikum Mesoolitikum Neolitikum Megalitikum Perundagian Megalitikum Perundagian
Zaman Paleolitikum
Zaman Batu Tua (inggris :Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani :παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
1. Zaman paleolitikum tua Periode ini merupakan periode pertama kali manusia berkembang ke arah yang lebih berbudaya. Pada masa ini muncul peralatan dari batu yang dibuat dengan sistem benturan, yaitu dengan membenturkannya pada batu lain yang lebih keras. Tradisi pembuatan alat – alat ini disebut dengan tradisi peralatan Oldowan.
2. Zaman paleolitikum madya Pada periode ini manusi purba diperkirakan telah memiliki kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannnya artefak – artefak di Situs Mousterian yang mengungkapkan adanya pemujaan pada binatang pada waktu itu. Tradisi Mousterian, yaitu tradisi pembuatan peralatan dari manusia Neanderthal di Eropa, Asia Barat Daya, dan Afika Utara, yang menghasilkan alat-alat kepingan yang lebih tipis daripada alat kepingan Levalloisian.
3. Zaman paleolitikum muda Pada periode ini manusi purba sedikit lebih berkembang. Merek mulai menemukan peralatan – peralatan berburu seperti panah, tombak, dan pisau batu yang menyempurnakan teknik berburu mereka. Pada masa ini, banyak sekali kebudayaan yang muncul karena penyebaran manusia yang telah luas hingga ke pelosok bumi.
Manusia Paleolitikum Spesies manusia purba yang telah ada: Meganthropus Paleojavanicus 2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus)
Bukti dari keberadaan zaman ini adalah dengan ditemukannya fosil – fosil manusia purba yang diperkirakan berusia lebih dari 1 juta tahun yang lalu, seperti Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, Homo Erectus dan Homo Soliensis
Kebudayaan Zaman Paleolitikum (ditemukan oleh Von Koenigswald)
1. Kebudayaan Pacitan Kebudayaan pacitan ditandai dengan penemuan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan pada tahun 1935 oleh Von Koenigswald. Kapak – kapak tersebut merupakan kapak – kapak yang dikerjakan dengan cara kasar yang disebut dengan kapak penetak. Selain di Pacitan, di Gombang dan Progo (Jawa Tengah), Suka Bumi, dan Lahat juga banyak ditemukan alat-alat seperti itu.
2. Kebudayaan Ngandong Kebudayaan Ngandong ditandai dengan ditemukannya alat-alat dari tulang, alat penusuk dari tanduk rusa, flakes dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu, ditemukan pula alat yang sangat kecil dari batu – batuan yang sangat indah di dekat Sangiran. Benda ini disebut dengan Serbih Pilah. Keberadaan kebudayaan Ngandong ini didukung juga oleh penemuan yang berupa lukisan pada dinding – dinding goa yang berupa lukisan tapak tangan berwarna merah dan juga lukisan babi hutan yang ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).
Peninggalan Paleolitikum
1. Kapak Genggam Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
2. Flakes Flakes adalah alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti
3. Kapak Perimbas Berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang, dan sebagai senjata. Paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, sehingga disebut budaya Pacitan
4. Peralatan dari Tanduk Termasuk salah satu keudayaan Ngandong. Kebanyakan alat ini berfungsi sebagai penusuk, perobek, atau menangkap ikan.
Zaman Mesolitikum
Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Zaman mesolitikum disebut dengan zaman batu tengah dan terjadi pada masa holsen sekitar 10. 000 tahun yang lalu. Pada zaman ini manusia mulai mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat. Perkembangan budaya yang cepat ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keadaan alam yang lebih stabil. Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup dengan lebih tenang, sehingga mereka bisa mengembangkan kebudayaannya.
Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum Manusia lebih cerdas dibandingkan dengan para pendahulunya. Mulai menetap dan membangun tempat – tempat tinggal yang semi permanen di tepi – tepi pantai, dan di dalam goa goa. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam menggunakan alat – alat yang diambil dari tulang dan tanduk hewan Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan gerabah dari tanah liat Sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju dan tatanan sosial yang lebih tertata rapih Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum
Hasil Kebudayan Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur) Istilah Kjokkenmoddinger diambil dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ± 7 meter. Fosil ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, yakni antara daerah Langsa hingga Medan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mulai menetap.
Kapak genggam Sumatera (Sumateralith) Pada tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di fosil bukit kerang dan menemukan kapak genggam. Temuan tersebut dinamakan sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith). Kapak ini dibuat dari batu kali yang dipecah – pecah hingga menjadi tajam ujungnya. Kapak genggam digunakan untuk menumbuk biji-bijian, membuat serat-serat dari pepohonan, membunuh binatang buruan, dan sebagai senjata menyerang lawan.
Hachecourt (kapak pendek) Dr. P.V. Van Stein juga menemukan kapak pendek (Hachecourt) di dalam bukit kerang. Kapak ini memiliki bentuk yang lebih pendek (setengah lingkaran) sehingga disebut juga dengan hachecourt/kapak pendek. Kapak pendek digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan lain-lain.
Pipisan Di dalam bukit kerang tersebut ternyata ditemukan pipisan, yaitu batu – batu penggiling beserta dengan landasannya. Batu pipisan ini digunakan untuk menggiling makanan dan juga dipergunakan sebagai penghalus cat merah yang berasal dari tanah merah. Cat merah ini diperkirakan sebagai alat untuk keperluan keagamaan dan juga untuk ilmu sihir.
Abris Sous Roche Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide
Zaman Neolitikum
7. Menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Ciri - ciri 7. Menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Cara hidup Kira-kira 2000 tahun SM, telah datang bangsa-bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju dan tinggi derajatnya. Mereka dikenal sebagai bangsa Indonesia Purba.
PENINGGALAN DI ZAMAN NEOLITIKUM
1.Kapak Persegi sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
2.Kapak Bahu 3.Kapak Lonjong Fungsi : sebagai cangkul/pacul. Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi, hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa. Fungsi: menebang pohon dan memotong kayu. 3.Kapak Lonjong Fungsi : sebagai cangkul/pacul.
PENINGGALAN LAIN ZAMAN NEOLITIKUM
1. Gerabah dibuat dari tanah liat 1.Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan rumah tangga, dll 2. Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Fungsinya sebagai wadah barang-barang rumah tangga. 4. Pakaian dari kulit kayu. Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus.
KEBUDAYAAN ZAMAN NEOLITIKUM
Religi (Kepercayaan) Pada masa ini kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal yaitu penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu kepercayaan yang disebut dengan Animisme. Serta kepercayaan bahwa benda-benda disekitar kita memiliki jiwa atau kekuatan yang disebut dengan Dinamisme.
Ekonomi Dengan dikenalnya sistem bercocok tanam, maka ada banyak waktu yang terluang yaitu waktu antara musim tanam hingga datangnya musim panen. Pada saat itulah mereka mulai mengembangkan perekonomian mereka dengan mengenal sistem barter, dimana terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/ sistem ekonomi dalam masyarakat. Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi sebuah kebutuhan hidupnya.
Adat Istiadat Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, pada masa Neolithikum budaya manusia telah maju dengan pesat. Berbagai macam pengetahuan telah dikuasai, misalnya pengetahuan tentang perbintangan, pranatamangsa (cara menentukan musim berdasarkan perbintangan atau tanda-tanda lainnya), pelayaran, kalender (menentukan hari baik atau buruk).
Kesenian Banyak unsur-unsur kebudayaan Neolithikum yang masih hidup hingga sekarang. Salah satunya adalah kesenian seperti pertenunan dengan menggunakan tenun gendong. Unsur-unsur lainnya yang dapat disebutkan dan masih hidup hingga sekarang misalnya gamelan dan wayang.
Zaman Megalitikum
Megalitikum berasal dari bahasa Yunani, kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.
PERIODISASI ZAMAN MEGALITIKUM Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu : 1. Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
2. Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis. Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
CORAK KEHIDUPAN Pada zaman ini manusia melakukan banyak kegiatan yang menyangkut kehidupannya. Mereka sudah mepunyai aktifitas seperti berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam. Ciri-cirinya adalah: 1. Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar 2. Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu 3. Manusia sudah mengenal kepercayaan
BUDAYA MEGALITIKUM DI INDONESIA Pasemah Pasemah merupakan wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
2. Nias Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan. 3. Sumba Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
Hasil Kebudayaan
Bangunan megalitikum didirikan dengan tujuan untuk digunakan kebutuhan kelompok, terutama digunakan dalam pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan megalit ini banyak ditemukan hampir di seluruh pelosok nusantara.
1. Menhir Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang). Batu tunggal (monolith) Berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM-2000 SM) Umumnya ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi. Berukuran cukup besar sehingga dinamakan juga megalith (batu besar) Sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
2. Dolmen Meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang saat upacara atau tempat duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari leluhurnya. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm. Permukaannya rata. Disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan.
3. Sarkofagus Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh yang mayatnya diletakkan dalam posisi berbaring meringkuk. Bentuknya seperti lesung, terbuat dari batu. Terdiri atas wadah dan tutup Sarkofagus Banyak ditemukan di Bondowoso (Jawa Timur) dan Bali Dipahatkan motif kedok/topeng Tujuan peletakkan mayat juga untuk, untuk melindungi roh si mati dari gangguan gaib. untuk menghambat pembusukan karena kecintaan mereka pada pemimpinnya; dan untuk mencegah penggalian, terutama oleh binatang-binatang buas, dan banyak ditemukan di Bali.
4. Punden Berundak Punden berundak merupakan contoh struktur tertua buatan manusia yang tersisa di Indonesia, beberapa dari struktur tersebut beranggal lebih dari 2000 tahun yang lalu. Punden berundak bukan merupakan “bangunan” tetapi merupakan pengubahan bentang-lahan atau undak-undakan yang memotong lereng bukit, seperti tangga raksasa. Bahan utamanya tanah, bahan pembantunya batu;menghadap ke anak tangga tegak, lorong melapisi jalan setapak, tangga, dan monolit tegak. Fungsi dari punden berundak itu sendiri adalah sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
5. Arca Batu Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Di daerah Pasemah (Sumatera Selatan).
6. Waruga Waruga adalah kubur batu yang berpenampilan dan berfungsi seperti sarkofagus, tetapi dengan posisi mayat jongkok terlipat. Berukuran kecil Bentuknya menyerupai kubus. Waruga hanya ditemukan di Minahasa dan di daerah Sulawesi Tengah.
7. Kubur Batu Kubur batu adalah peti batu yang terbuat dari empat buah atau lebih lempengan (papan) batu tulis, yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain. Fungsi dari kubur batu adalah sebagai tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.Kubur batu berbentuk seperti sarkofagus. Akan tetapi, dibuat dari papan-papan batu. Banyak ditemukan di Pasemah (Sumatra Selatan) dan Kajar, Gunung Kidul (DIY).
Zaman Perundagian
Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat dan pemilik, tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam. Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal system kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh normanorma dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka sendiri, disepakati dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya Sistem Sosial
Sistem Ekonomi Sistem mata pencaharian pada masa perundagian sudah mengalami kemajuan. Mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai berubah menjadi bertani dengan bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma dengan bersawah. Dalam bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat olahannya, apabila tanahnya sudah tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak menetap secara permanen. Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi berpindah, mereka tinggal secara permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah pertanian sudah menggunakan pupuk yang membantu kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya. Bukti adanya kehidupan bersawah yaitu dengan ditemukannya alat-alat pertanian dari logam, seperti bajak, pisau, dan alat-alat yang lainnya.
Benda-benda yang dihasilkan
Teknik pembuatan barang dari logam yang utama adalah melebur, yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik pencetakan logam yaitu bivolve dan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian (kadang-kadang lebih, khususnya untuk benda-benda besar) diikat. Ke dalam rongga cetakan itu dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya mengering. Teknik a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan tersebut kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang berisi lilin itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Maka terjadilah benda tanah liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin, cetakan tanah liat dipecah dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang sesuai dengan rongga yang ada dalam tanah liat.
Bejana. Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera. Nekara. Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia
Kapak corong. Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Perhiasan. Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung.
Perunggu. Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah.
Sistem Kepercayaan Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu.
Peninggalan zaman logam
Fungsi : Akat pertukangan, Hiasan dalam upacara 1. Kapak Corong Fungsi : Akat pertukangan, Hiasan dalam upacara
2. Nekara Fungsi : Alat dalam upacara untuk mendatangkan hujan, memanggil roh nenek moyang, genderang perang
Fungsi : Alat pusaka atau mas kawin 3. Moko Fungsi : Alat pusaka atau mas kawin
Fungsi : Tempat penyembahan roh pada upacara keagamaan 4. Arca Perunggu Fungsi : Tempat penyembahan roh pada upacara keagamaan
5. Perhiasan Fungsi : Perhiasan
Fungsi : Tempat air, Wadah pada upacara keagamaan 6. Bejana Perunggu Fungsi : Tempat air, Wadah pada upacara keagamaan
Fungsi : alat perlengkapan upacara keagamaan dan tanda kebesaran 7. Candrasa Fungsi : alat perlengkapan upacara keagamaan dan tanda kebesaran
Fungsi : Alat berburu dan bercocok tanam 8. Kapak Perunggu Fungsi : Alat berburu dan bercocok tanam
Perbedaan Karakteriskik Zaman Batu