“Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri Nasional”

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
EKONOMI INTERNASIONAL I
Advertisements

Analisis Bisnis dan Lingkungan Makro PErusahaan
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
Oleh: Prof. Ir. Urip Santoso, S.IKom., M.Sc., Ph.D
PENGUATAN DAYA SAING DENGAN KLASTER INDUSTRI UNTUK MEMASUKI EKONOMI MODERN Kristiana ( )
B. Kombaitan dan Ridwan Sutriadi
Persaingan dalam pasar bebas (Memahami konteks bisnis global)
KRISIS EKONOMI DI AMERIKA
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOPERASI DI INDONESIA
Makroekonomi Perekonomian Terbuka: Konsep Dasar
MANAJEMEN KEUANGAN MULTINASIONAL
KOPERASI DI ERA GLOBAL.
Kredit UMKM di Tengah Krisis Ekonomi Global Peringatan Hari Koperasi Ke-62 Forum Wartawan Koperasi Hotel Bidakara Jakarta, 28 Juli 2009 A. Tony Prasetiantono.
Strategi dan Analisis Persaingan
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Oleh : Edwin Karim, SE., MM M-UKM.
& Globalisasi Pendidikan Pancasila.
Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia
MAKROEKONOMI LINGKUNGAN
Deputi Bidang Pengembangan Regional
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG DAN MAJU
DUKUNGAN DPR DALAM PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INDUSTRI
Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat-Daerah
GLOBALISASI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
MANAJEMEN KEUANGAN MULTINASIONAL
Perekonomian Indonesia
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
untuk Memperkuat Daya Saing SDM di Pasar Global
Chapter 5: aspek lingkungan & persaingan
Studi Kasus Upah Minimum
PEMAHAMAN PADA KONSEP LINGKUNGAN GLOBAL
INVESTASI DI INDONESIA
Studi Kasus Upah Minimum
Pertemuan ke-10 PEREKONOMIAN TERBUKA
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
PROSPEK DAN POTENSI UKM.
BUSINESS ACTIVITY Seorang Entrepreneur harus Berpikir Holistik,
Nama : Nanik Sugiyarti Nim : A Kelas : H
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KERJASAMA BILATERAL INDONESIA DAN AMERIKA DI BIDANG EKONOMI
PENGEMBANGAN INDUSTRI & STRATEGI INDUSTRIALISASI
Devisa Sektor Pariwisata (Miliar Dollar AS) Perkembangan Pariwisata Indonesia Tahun Wisatawan Nusantara Jumlah Perjalanan (juta kali) Total Pengeluaran.
Industri pangan berbasis hasil UNGGAS
Perdagangan bebas dan bisnis global
ASSALAMUALAIKUM .
KEKUATAN EKONOMI DAN SOSIOEKONOMI
By. Jeff Saperstein & Dr.Daniel Rouach Presented by Henny Oktavianti
MANAJEMEN DAN BISNIS Lingkungan Bisnis Pertemuan 10 1.
PEREKONOMIAN INDONESIA
Mempercepat Transformasi Industri Manufaktur Untuk Mewujudkan Industrialisasi Indonesia Yang Berdaya Saing Global Presented by :
MSDM Indonesia dalam MEA
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
PEMAHAMAN PADA KONSEP LINGKUNGAN GLOBAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
Analisis Laporan Keuangan Internasional
PARIWISATA SECARA GLOBAL
EDISI KEDELAPAN BUKU II EUGENE F. BRIGHAM JOEL F. HOUSTON
Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Digital
PROGRAM PENSIUN MENJELANG
Judul : Perkembangan industri di Era globalisasi Terhadap pendapatan nasional indonesia Nama : Agustinus Jono Npm :
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
MENGAWAL INDONESIA SEBAGAI PUSAT HALAL VALUE CHAIN DUNIA – PERSPEKTIF INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN Jakarta, 18 Desember 2018 Menteri Perencanaan Pembangunan.
Kebijakan Fiskal dalam Hutang Pemerintah dan Pengaruhnya Bagi Perekonomian Negara Nama : Zuda Karimatur Rohmah NIM :
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN GRESIK, KARENA: POSISI YANG STRATEGIS POTENSI EKONOMI KETERSEDIAAN LAHAN DAN POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN INFRASTRUKTUR.
Transcript presentasi:

“Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri Nasional” Disampaikan dalam Seminar Nasional Outlook Industri 2018 “Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri Nasional” Disampaikan Oleh: ROSAN P ROESLANI Ketua Umum Kadin Indonesia Jakarta, 11 Desember 2017

Global Value Chain (GVC) Hari Ini Semakin terkoneksinya ekonomi global membuat produk yang 100 persen diproduksi secara domestik mengalami penurunan Di saat yang bersamaan, barang yang diproduksi dalam skema GVC terus mengalami peningkatan Sumber: World Bank (2017)

Negara-Negara Asia Mulai Ekspor Barang Setengah Jadi Sumber: World Bank (2017)

Dampak Keterlibatan pada GVC bagi Pertumbuhan GDP per Kapita Sumber: Kowalski, P. et al. (2015) Catatan: 1st quantile adalah kelompok negara dengan keterlibatan GVC tertinggi sedangkan 4th quantile adalah kelompok negara terendah

Terbentuknya GVC didorong oleh sejumlah faktor Global Value Chain Biaya Transportasi yang Semakin Murah Kemajuan Teknologi dan Informasi Kebijakan Perdagangan yang Lebih Terbuka Pertumbuhan Ekonomi di Sejumlah Negara

Contoh Global Value Chain komponen industri mobil Sumber gambar: Jetro; 2012 Salah satu contoh GVC adalah sistem produksi kendaraan bermotor di Asia yang telah melibatkan proses produksi dan distribusi satu jenis kendaraan di beberapa negara di kawasan ini dimana komponen dari kendaraan bermotor diproduksi di berbagai negara sedangkan perakitan dilakukan di negara lain di Asia.

Posisi Indonesia dalam Global Value Chain Partisipasi Indonesia dalam GVC masih tergolong rendah dibandingkan ekonomi negara berkembang maupun yang sudah maju, yakni hanya sekitar 43.5%. Partisipasi Indonesia didominasi oleh forward participation sebesar 31.5% dan Backward Participation sebesar 12% (Backward Participation / nilai tambah ekspor Indonesia tersebut relatif kecil dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand) Rendahnya tingkat partisipasi Indonesia dalam GVC disebabkan karena: Indonesia masih berproduksi pada intermediate goods yang nantinya akan kembali dibeli setelah menjadi barang jadi. Indonesia masih bergantung pada ekspor hasil agrikultur dan tambang yang mana tidak memberikan value added cukup besar bagi Indonesia. 70.0 60.4 60.0 54.3 51.8 47.7 48.6 48 50.0 43.5 43.1 13.7 40.0 40.6 12.0 25.5 23.8 39.0 32.1 30.0 24.0 20.0 38.1 31.5 10.0 23.1 24.2 19.8 19.1 15.4 15.6 0.0 Rusia India China Negara Berkembang Negara Maju Indonesia Malaysia Thailand Sumber: WTO,2017 Forward Participation Backward Participation Indeks Partisipasi

Nilai Tambah Luar Negeri Dalam Ekspor Indonesia Nilai tambah luar negeri dalam ekspor Indonesia sebesar 12%, tertinggal jauh dari negara tetangga kita seperti Singapura ( 41,7%), Thailand (39%) dan Malaysia (40,6%). TANTANGAN Bagi Indonesia  Karena Nilai tambah luar negeri sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan GVC untuk mengatasi dampak pertukaran mata uang dalam perdagangan

Hambatan Keterlibatan industri dalam jaringan produksi global Tingkat suku bunga yang tinggi yang menyebabkan ketidakmampuan industri terutama industri kecil dan menengah (IKM) dalam mengakses pembiayaan  Pada tahun 2016, rata- rata suku bunga pinjaman Indonesia mencapai 11.8%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku bunga pinjaman Malaysia (4.5%), Thailand (6.3%), Vietnam (7.0%) dan Cina (4.4%)* Rendahnya kualitas infrastruktur publik yang menyebabkan tingginya biaya produksi dan logistic cost  Pada tahun 2016, indeks infrastruktur Indonesia (2.65) lebih rendah dibandingkan Malaysia (3.45), Cina (3.75), Thailand (3.17) dan Vietnam (2.70)** Sulitnya produk-produk dalam negeri dalam memenuhi standar produk pasar internasional, terutama produk UMKM dan IKM Birokrasi pengajuan izin melakukan usaha yang rumit  Pada tahun 2016, indeks kemudahan mendirikan usaha Indonesia (76.43) lebih rendah dibandingkan Malaysia (83.67), Cina (81.02), Thailand (87.01) dan Vietnam (81.76)** Indonesia tidak fokus terhadap industri yang forward dan backward lingkages  Indonesia harus lebih fokus terhadap industri yang forward dan backward lingkagesnya sudah tertata agar sumber daya tidak terbuang untuk membuat lingkage baru, Indonesia memiliki peluang besar bidang perlengkapan elektronik, menufaktur kendaraan, dan agrikultur. Minimnya informasi terkait standar-standar khusus yang harus dipenuhi industri dalam negeri untuk melakukan ekspor di setiap negara berbeda *Sumber: CEIC **Sumber: World Bank

Faktor 1: Sumber Daya Manusia Labour by Educational Background Human Capital Index (Rank) Year 2017 Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philippine Human Capital Index 65 33 40 64 50 Capacity 32 77 85 19 Deployment 82 70 7 6 87 Development 53 41 66 67 60 Know-how 80 28 51 120 Source: World Economic Forum (2017) Note: Capacity: Level of formal education of younger and older generations as a result of past education investment Deployment: Skills application and accumulation among the adult population Development: Formal education of the next-generation workforce and continued up skilling and reskilling of the current workforce Know-how: Breadth and depth of specialized skills use at work

Faktor 2: Logistic Performance Rasio Biaya Logistik terhadap PDB Indonesia dan Negara-Negara Lainnya Kualitas infrastruktur yang buruk membuat ekonomi menjadi mahal Berdasarkan data dari Bank Dunia, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia mencapai 27 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan negara- negara lainnya Hal ini justru membuat logistik menjadi beban bagi perekonomian

Ease of Doing Bussiness Indonesia membaik, tapi masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain Tahun Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Total Negara 2011 126 23 16 90 182 2012 129 18 17 89 183 2013 128 12 99 185 2014 120 6 189 2015 114 26 78 2016 106 22 46 91 2016 (rev) 82 190 2017 72 24 68 Source : Doing Business Report 2011 - 2018

Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan Kebutuhan Tahap Pertama: Masuk ke GVC Tahap Kedua: Memperluas dan Memperkuat GVC Tahap Ketiga: GVC untuk Pembangunan Berkelanjutan Kebijakan yang perlu dikeluarkan oleh Indonesia bergantung dari target dan tujuan Secara umum, terdapat tiga tahap posisi dalam GVC dalam kaitannya dengan rekomendasi kebijakan Pertama adalah target untuk masuk ke GVC, lalu untuk dapat memperkuat dan memperluas cakupan GVC, dan yang terakhir adalah memastikan GVC dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia secara berkelanjutan Sumber: World Bank (2015)

Tahap Pertama: Untuk Masuk ke GVC Agar Indonesia bisa masuk ke GVC, maka setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dibenahi: Menurunkan dwelling time di pelabuhan Meningkatkan konektivitas domestik dengan menurunkan biaya logistik Meningkatkan daya saing dalam negeri baik daya saing biaya maupun daya saing kapasitas, khususnya: akses pembiayaan yang murah Meningkatkan iklim investasi untuk menarik PMA masuk ke Indonesia

Tahap Kedua: Memperkuat dan Memperluas GVC Dalam rangka memperkuat dan memperluas keterlibatan Indonesia dalam GVC, setidaknya terdapat empat hal yang perlu mendapatkan perhatian: Meningkatkan Inovasi dan Kualitas SDM Dalam Negeri Meningkatkan Standar Kualitas Produksi Sehingga Sesuai dengan Standar Internasional Meningkatkan Kapasitas Untuk Menyerap Spillovers dari Keterlibatan dalam GVC Meningkatkan Hubungan Antara Perusahaan Lokal dan Internasional

Tahap Ketiga: Memastikan GVC dapat Mendorong Pembangunan Berkelanjutan Keberadaan GVC juga harus dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Oleh itu diperlukansd sejumlah kebijakan: Meningkatkan Kualitas Kehidupan Tenaga Keja Melalui Pasar Tenaga Kerja yang Lebih Sehat Menerapkan Standar Tenaga Kerja yang Sudah Menjadi Praktik Terbaik di Sejumlah Negara Menerapkan Standar Pengelolaan Bisnis yang Berkelanjutan pada Perusahaan Lokal

TERIMA KASIH KADIN INDONESIA Menara Kadin Indonesia Lt.29 Jln.H.R. Rasuna Said X-5 kav.2-3 Jakarta www.kadin-indonesia.or.id