FALSAFAH ILMU PENGETAHUAN RIZKY ARIPUTRA PANGESTU (130115040) RODI EKA SAPUTRA (130115051) RODRIQUEZ DAVID FERNANDO SIAHAAN (130115072)
Bagaimana Pengalaman Masa Lalu Menginformasikan Pilihan di Masa Depan "Hal ini menjelaskan mengapa sebagian individu yang berbeda membentuk representasi yang berbeda dan respon yang berbeda ketika menghadapi situasi yang sama." Para peneliti di Picower Institute for Learning and Memory MIT melaporkan untuk pertama kalinya bagaimana pengetahuan hewan yang diperoleh melalui pengalaman masa lalu, tanpa sadar bisa mempengaruhi perilaku mereka dalam situasi yang baru. Hasil stufi ini, yang menyoroti bagaimana pengalaman masa lalu kita menginformasikan pilihan-pilihan di masa depan kita, telah dilaporkan pada tanggal 22 Desember dalam publikasi online Nature. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ketika tikus mengeksplorasi ruang yang baru, neuron dalam hippocampus-nya, yaitu pusat pembelajaran dan memori, menyala secara berurutan seperti mesiu yang menyalakan fusi darurat. Neuron individu yang disebut ‘sel tempat’, menyala dalam pola tertentu, merefleksikan gerakan hewan yang melalui ruang. Dengan melihat pola-waktu tertentu dan barisan sel menyala yang terekam, para peneliti mampu membedakan di bagian labirin mana hewan tersebut berjalan pada saat itu. Dalam pekerjaan saat ini, ilmuwan riset, George Dragoi dan Susumu Tonegawa, Profesor Biologi dan Ilmu saraf Picower dan direktur Pusat Genetika Sirkuit Neural RIKEN-MIT, menemukan bahwa beberapa barisan sel tempat di dalam otak tikus menyala selama pengalaman spasial yang baru. Seolah saat menjalankan sebuah labirin baru, itu pernah terjadi selagi hewan tersebut berhenti sebelum menerima pengalaman. “Temuan ini menjelaskan pada tingkat sirkuit neuronal fenomena melalui pengetahuan sebelumnya, ini mempengaruhi keputusan kita saat kita menghadapi situasi yang baru,” kata Dragoi. “Hal ini menjelaskan mengapa sebagian individu yang berbeda membentuk representasi yang berbeda dan respon yang berbeda ketika menghadapi situasi yang sama.” Ketika seekor tikus berhenti dan beristirahat saat menjalankan sebuah labirin, ia secara mental me-replay pengalamannya. Neuron-neuron ini menyala dalam pola aktivitas yang sama, yang terjadi selagi ia berjalan. Tidak seperti versi me-replay mental, fenomena yang ditemukan oleh para peneliti MIT ini disebut preplay. Ini terjadi sebelum hewan itu bahkan mulai memasuki labirin baru. “Hasil ini menunjukkan bahwa dinamika saraf internal selama istirahat mengatur sel dalam hippocampus ke dalam barisan berdasarkan waktu yang membantu menyandikan pengalaman istimewa yang terjadi di masa mendatang,” kata Tonegawa. “Penelitian sebelumnya mengabaikan kegiatan saraf internal yang mewakili pengetahuan sebelumnya, yang terjadi sebelum ruang, peristiwa atau situasi baru. Hasil studi kami menunjukkan bahwa akses individu untuk pengetahuan sebelumnya dapat membantu memprediksi tanggapan terhadap pengalaman baru tapi serupa,” katanya. Bagaimana Pengalaman Masa Lalu Menginformasikan Pilihan di Masa Depan http://www.faktailmiah.com/2010/12/ 26/bagaimana-pengalaman-masa- lalu-menginformasikan-pilihan-di- masa-depan.html Minggu, 26 Desember 2010
mengerti bahwa dari pengalaman empiris terhadap lingkungan sekitar yang membutuh waktu yang cukup lama juga memberikan kita pengetahuan untuk beradapatasi
Ilmuwan Temukan Cara Kendalikan Pesawat Menggunakan Otak Mengendalikan benda dengan pikiran masih menjadi hal yang mustahil. Namun, tim peneliti dari Technische Unversitat Munchen dan Technical University of Berlin di Jerman telah mengembangkan teknologi yang dapat membuat manusia menerbangkan pesawat dengan pikirannya. Untuk uji coba, para ilmuwan menggunakan simulator penerbangan. Mereka meminta tujuh siswa (satu tanpa pengalaman menerbangkan pesawat) untuk menggunakan perangkat yang mirip topi itu. Komunikasi dari otak sebagai navigator dihubungkan dengan elektroda electroencephalography (EEG) atau rekaman aktivitas listrik di dalam kulit kepala lewat topi tersebut. Sinyal dari otak peserta kemudian akan diterjemahkan menjadi perintah dengan menggunakan alogoritma yang telah dikembangkan oleh ilmuwan. Hasilnya, hampir semua peserta mampu mengendalikan pesawat di langit visual dengan akurasi yang baik. Bahkan, jika diadakan tes untuk mendapat izin penerbangan formal, peneliti yakin semua peserta akan lulus. "Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah agar terbang menjadi hal yang mungkin dilakukan oleh lebih banyak orang," kata kepala proyek, Tim Fricke, seperti dilaporkan Engadget, Rabu, 28 Mei 2014. Meskipun hasil uji coba ini berhasil, masih perlu dilakukan beberapa tes lainnya dalam segi keamanan. Jika teknologi ini bisa dimanfaatkan secara serius oleh maskapai penerbangan, maka pliot akan lebih bebas dan "berkonsentrasi" dalam mengendalikan pesawat dari dalam kokpit. Ilmuwan Temukan Cara Kendalikan Pesawat Menggunakan Otak http://www.tempo.co/read/news/2014 /05/28/061580840/Ilmuwan-Temukan- Cara-Kendalikan-Pesawat-Pakai-Otak TEMPO.CO, Munchen
Semua hal yang terkait dengan ilmu masa depan berasal dari keinginan untuk mengetahui lalu timbullah kemauan untuk mencari ilmu yang berhubungan dengan keinginan itu.