TUTOR 10A
TUTOR 10A TUTOR 10A
Membuat proposal penelitian uji klinis TUJUAN PEMBELAJARAN Membuat proposal penelitian uji klinis TUTOR 10A
TUJUAN PEMBELAJARAN Definisi dan tujuan uji klinis 1 Jenis-jenis penelitian klinis 1 Tahap-tahap penelitian klinis 1 Komponen-komponen penelitian klinis 3 Tujuan Seleksi Disain penelitian Pengukuran 2 Keuntungan dan kerugian uji klinik 1
DEFINISI dan TUJUAN PENELITIAN UJI KLINIS 1. DEFINISI dan TUJUAN PENELITIAN UJI KLINIS 1 orang
Clinical studies (I-III) THE DRUG “STORY” Marketing & Selling Pre-clinical studies Clinical studies (I-III) Registration PMS (Phase IV) Not-approved KALO BERHASIL, DI PASARKAN DAN DIDAFTAR MENJADI OBAT. KALO GAK BERHASIL , DI ULANG LAGI . withdrawal
DEFINISI Uji klinis (clinical trials) merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. TUTOR 10A
DEFINISI Uji Klinik atau Studi Klinik adalah setiap penelitian pada subyek manusia yang dimaksudkan untuk menemukan atau memastikan efek klinik, farmakologik dan/atau farmakodinamik lainnya dari produk yang diteliti, dan/ atau mengidentifikasi setiap reaksi yang tidak diinginkan terhadap produk yang diteliti, dan/atau untuk mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi dari produk yang diteliti dengan tujuan untuk memastikan keamanan dan/atau efektivitasnya. (KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02002/SK/KBPOM ) TUTOR 10A
DEFINISI Uji Klinik Yaitu suatu pengujian khasiat obat baru pada manusia, dimana sebelumnya diawali oleh pengujian pada binatang atau pra klinik (Katzung, 1989) TUTOR 10A
DEFINISI Uji klinik : suatu metode untuk melihat, mengevaluasi apakah suatu tindakan intervensi efektif/tidak kesimpulan TUTOR 10A
TUJUAN Memastikan efektivitas, keamanan dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat. Membuktikan atau menilai manfaat klinik suatu obat, pengobatan, atau strategi terapetik tertentu secara objektif dan benar. TUTOR 10A
JENIS-JENIS PENELITIAN KLINIS 2. 1 orang
TYPES CLINICAL TRIALS Open trial Non-randomized controlled trial Percobaan open-label atau sidang terbuka adalah jenis percobaan klinis di mana kedua peneliti dan peserta tahu mana pengobatan yang diberikan. [1] [2] Hal ini kontras dengan single blind dan double blind eksperimental, dimana para peserta tidak sadar apa perlakuan yang mereka terima (peneliti juga menyadari dalam sidang double blind). Percobaan open-label mungkin tepat untuk membandingkan dua perlakuan sangat mirip dengan menentukan mana yang paling efektif. Percobaan open-label mungkin tidak dapat dihindari dalam keadaan tertentu, seperti membandingkan efektivitas obat untuk intensif sesi terapi fisik. Sebuah sidang label terbuka mungkin masih acak. Percobaan open-label mungkin juga tidak terkontrol, dengan semua peserta yang menerima perlakuan yang sama. Definisi Trial Non-Acak : Sebuah studi di mana para peserta telah ditetapkan dengan alternatif pengobatan, prosedur, atau intervensi dengan metode yang tidak acak. Investigator mendefinisikan dan mengelola alternatif. Randomized controlled trial : Sebuah uji coba terkontrol secara acak (atau acak percobaan kontrol, [2] RCT) adalah jenis ilmiah percobaan (sering medis), di mana orang-orang yang diteliti secara acak dialokasikan satu atau lain dari perawatan yang berbeda yang diteliti. RCT adalah standar emas untuk uji klinis. RCT sering digunakan untuk menguji keampuhan atau efektivitas berbagai jenis intervensi medis dan dapat memberikan informasi tentang efek samping, seperti reaksi obat. Tugas acak intervensi dilakukan setelah subyek telah dinilai kelayakan dan direkrut, tapi sebelum intervensi untuk dipelajari dimulai.
TAHAP-TAHAP UJI KLINIS 3.
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAPAN PADA UJI KLINIS TUTOR 10A Tahapan l : Pada tahapan ini dilakukan penelitian laboratorium, yang disebut sebagai uji pra-klinis, dilaksanakan dengan menggunakan hewan coba. Tujuan penelitian tahapan 1 adalah untuk mengumpulkan informasi tentang aspek farmakologi dan toksikologi obat guna menyiapkan tahapan berikut, yakni studi menggunakan manusia. TAhapan2 : Dalam tahapan pengembangan obat baru 2 digunakan manusia sebagai peserta penelitian. Tahapan ke-2 ini berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 4 fase, yaitu: TUTOR 10A
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 TAHAPAN PADA UJI KLINIS (TAHAP 2) First In man Penelitian farmakokinetik Fase 1 First in patient Dose,dosage form Fase 2 Membutuhkan percobaan yang lebih banyak Memperkuat tahap 2 (efek samping) Fase 3 Obat mulai beredar Mengatasi kekurangan informasi yang ada Fase 4 Tahap I: Untuk pertama kali obat dicobakan pada manusia. Subjek disini terdiri dari sukarelawan yang sehat (20-80). Uji coba fase I ini dilakukan di suatu rumah sakit atau lembaga dengan pengawasan yang ketat oleh para ahli. Perhatian ditujukan untuk mengetahui farmakokinetika dan farmakodinamika obat pada orang yang sehat. Dari segi etik riset, uji klinik tahap I umumnya tergolong riset non terapeutik. Tahap II: Obat dicobakan pada sekelompok kecil penderita yang diharapkan akan mendapat manfaat terapeutik atau diagnostik dari obat tersebut. Subjek diseleksi dengan ketat dan diawasi oleh ahli yang kompeten. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk mengetahui apakah obat baru ini mempunyai efek terapeutik pada penderita. Disamping itu dicatat pula data lain seperti pada tahap I. Tahap III: Obat diberikan pada sejumlah besar penderita dengan kondisi yang menyerupai keadaan dimana obat dipakai sehari-hari dimasyarakat. Ini berarti bahwa seleksi pasien tidak terlalu ketat dan obat mungkin diberikan oleh dokter umum atau orang-orang yang tidak ahli benar. Efek samping yang agak jarang dijumpai mungkin telah dapat terlihat pada tahap ini. Bila hasil uji klinik tahap III ini dinilai aman dan efektif maka obat dapat dipasarkan. Tahap IV: Disini dapat dikumpulkan data efektivitas maupun efek samping obat dalam penggunaan jangka panjang. Demikian pula kemungkinan timbulnya kecenderungan penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan TUTOR 10A
DESAIN UJI KLINIS 4. 2 orang
Menyilang (cross-over) DESAIN UJI KLINIS Paralel Menyilang (cross-over) 1 Desain paralef merupakan suatu perbandingan antar-kelompok (group comparison), dapat bersifat perbandingan kelompok independen ataupun kelompok pasangan serasi (matched pairs). 2 Desain menyilang (cross-oaer design). TUTOR 10A
DESAIN PARALEL Jenis desain ini paling banyak digunakan, baik pada penyakit akut maupun kronik. Pada desain ini disusun 2 kelompok (atau lebih), dan pengobatan pada kelompok-kelompok tersebut dilakukan secara paralel atau simultan. Jenis yang paling banyak dilakukan adalah desain paralel dengan 2 kelompok; satu kelompok memperoleh pengobatan baru (disebut kelompok eksperimental, kelompok perlakuan, kelompok terapi), sedangkan kelompok lainnya menerima plasebo atau terapi standar, disebut kelompok kontrol. TUTOR 10A
Teknik membagi kelompok yang sebanding sebagai berikut: DESAIN PARALEL Teknik membagi kelompok yang sebanding sebagai berikut: dengan melakukan randomisasi dengan pemilihan pasangan serasi (matching) Dengan cara tersebut diharapkan sebelum dilakukan intervensi, karakteristik kedua kelompok sama atau sebanding. Bila pada akhir penelitian terdapat perbedaan efek antara kedua kelompok, maka penyebab perbedaan itu tidak dipengaruhi oleh perbedaan faktor prognosis atau perjalanan alamiah penyakit antara kedua kelompok. TUTOR 10A
DESAIN MENYILANG 5. Ganti orang
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada desain cross-over : DESAIN MENYILANG Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada desain cross-over : Terdapatnya efek carry over Terdapatnya efek order Terdapatnya periode wash out Terdapatnya efek carry over yaitu efek obat pertama belum hilang pada saat dimulai pengobatan kedua Terdapatnya efek order, yaitu terjadinya perubahan derajat penyakit atau lingkungan selama penelitian berlangsung Terdapatnya periode wash out yaitu waktu yang diperlukan untuk menghilangkan efek obat pertama sebelum obat kedua dimulai (efek carry oaer).Lama periode wnsh out ini bergantung pada farmakokinetik obat; periode wash out dapat berlangsung hanya beberapa menit (misalnya dobutamin) sampai beberapa minggu (misal fenobarbital atau digoksin). TUTOR 10A
6. KOMPONEN-KOMPONEN DALAM UJI KLINIK
Komponen komponen uji klinik Seleksi Demarkasi diagnostik Antisipasi prognostik Seleksi penderita Disain penelitian Cross over design Basic design Penelitian klinis digunakan untuk menentukan efektivitas suatu obat terhadap penyakit tertentu.oleh sebab itu seleksi penderita penyakit merupakan hal yang penting Demarkasi diagnostik : membedakan orang sehat dengan sakit dan membedakan berbagai penderita dari penyakit yang mempunyai gejala yg sama Antisipasi diagnostik : membedakan stadium dan faktor2 lain yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan. *sedangkan untuk seleksi penderita : terbagi menjadi 3 kriteria 1.Kriteria diagnostik : berisisi persyaratan untuk menegakan diagnosis/ 2.Kriteri komorbid : berisi penyakit lain yg menyertai atau yg menyulitkan diagnosis,dan berpengaruh terhadap riwayat penyakit dan pengobatannya 3.Kriteria preterapi :mencakup persyaratan ttg umur,status ekonomi dan sosial,keparahan penyakit dan pengobatan yang sudah diterima
sumber : kuliah pakar dr.Abraham Simatupang CORE COMPONENTS of CLINICAL TRIALS Involve human subjects Move forward in time Most have a comparison CONTROL group Must have method to measure intervention Focus on unknowns: effect of medication Must be done before medication is part of standard of care Conducted early in the development of therapies sumber : kuliah pakar dr.Abraham Simatupang Libatkan subyek manusia Bergerak maju dalam waktu Sebagian besar memiliki kelompok pembanding KONTROL Harus memiliki metode untuk mengukur intervensi Fokus pada yang tidak diketahui: efek obat Harus dilakukan sebelum pengobatan adalah bagian dari standar perawatan Dilakukan di awal pengembangan terapi TUTOR10A
sumber : kuliah pakar dr.Abraham Simatupang OTHER IMPORTANT THINGS Ethical issues: Research proposal should pass IRB or Institutional Ethical Committee (IEC) Informed consent Data management & security Statistical analysis Sponsor finding, sponsor reporting Publication planning sumber : kuliah pakar dr.Abraham Simatupang 7. Etika masalah: Proposal Penelitian harus melewati Kelembagaan Komite Etik IRB atau (IEC) informed consent Manajemen Data & Keamanan analisis statistik Temuan Sponsor, sponsor pelaporan perencanaan publikasi
The basics design of RCT Blinding: One/double-blind Screening, Inclusion & exclusion criteria Sampling Group A Group A Population Study popula-tion Interventions & measurements Group B Group B Design dasar dari Randomize control trial Dari populasi diambilah sampling lalu dilakukan study populasi dengan cara kriteria screening inclusi dan ekslusi (inclusi persyaratan agar subjek dimasukkan dalam penelitian | ekslusi persyaratan yg membuat subjek tdk dapat dimasukkan dalam penelitian) setelah didapat subjeknya dilakukan alokasi acak. Lalu dibagi menjadi kelompok A dan B (kelompok kontrol dan perlakuan) dilakukan intervensi dan pengukuran. Random allocation Group n Group n
Cross-over design Interventions & measurements Placebo Placebo Group A Group B Wash-out Study popula-tion Interventions & measurements Group B Group A Wash-out Design cross over ini nanti dibagi menjadi 2 kelompok, Kelompok perlakuan dan kontrol. Perlakuan diberikan obat yang diuji yang lainnya diberikan obat standar setelah itu diberikan waktu untuk wash out (untuk menghilangkan efek obat) setelah itu di tukar. New drug New drug
LANGKAH-LANGKAH DALAM UJI KLINIK 8. 2 orang
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN UJI KLINIS Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis Menentukan desain uji klinis yang sesuai Menetapkan peserta penelitian Mengukur variabel data dasar Melakukan randomisasi Melaksanakan perlakuan Mengukur variabel efek Menganalisis data TUTOR 10A
HIPOTESIS Dinyatakan dalam kalimat dekralatif yang jelas dan sederhana, tidak bermakna ganda. Mempunyai landasan teori yang kuat Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu atau lebih variabel bebas Hipotesis memungkinkan diuji secara empiris Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan variabel-variabel yang diukur. Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian r lang harus diuji validitasnya secara empiris. TUTOR 10A
MENENTUKAN DESAIN Dianjurkan untuk menggunakan desain yang paling sederhana(menyilang atau pararel), karena: Desain yang sederhana akan memberikan hasil yang lebih langsung dan mudah dipahami oleh para klinikus, pengguna utama uji klinis analisisnya tidak banyak menggunakan asumsi. Berdasarkan hipotesis yang dibanguN dapat ditetapkan desain yangdipergunakan apakah desain paralel atau menyilang, atau desain lain yang lebih kompleks. . Desain uji klinis yang lebih kompleks sering memberikan hasil yang tidak mudah dipahami oleh sebagian besar klinikus, dan pada analisisnya kerap kali digunakan pelbagai asumsi statistika yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh data yang ada. TUTOR 10A
MENETAPKAN PESERTA PENELITIAN Menetapkan populasi terjangkau Menentukan kriteria pemilihan (eligibility criteria) Kriteria inklusi (kriteria penerimaan) Kriteria eksklusi (kriteria penolakan) Menetapkan besar sampel Menetapkan populasi terjangkau :Populasi terjangkau atau populasi sumber adalah bagian dari populasi target yang merupakan sumber peserta yang akan diteliti. Menentukan kriteria pemilihan (eligibility titeris) Kriteria pemilihan membatasi karakteristik populasi-terjangkau yang telah memenuhi persyaratan untuk uji klinis. Kriteria inklusi merupakan syarat umum yang harus dipenuhi oleh peserta agar dapat disertakan ke dalam penelitian. Persyaratan kriteria inklusi biasanya mencakup karakteristik klinis, demografis, geografis, dan waktu. Dalam penerapan kriteria inklusi harus diperhitungkan kemampulaksanaan, kemungkinan generalisasi, serta spesifisitas yang diperlukan Kriteria eksklusi adalah tiap keadaan yang menyebabkan pesertayang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Dalam kriteria eksklusi ini termasuk kontraindikasi, terdapatnya keadaan atau penyakit lain yang memengaruhi variabel yang diteliti, kepatuhan pasiery peserta yang menolak diteliti, dan masalah etika. TUTOR 10A
DATA DEMOGRAFIS KLINIS & PRAKLINIS KOMORBID MELAKUKAN PENGUKURAN DATA DASAR DATA DEMOGRAFIS KLINIS & PRAKLINIS KOMORBID Jenis klmin, umur, pkerjaan, bb, tb Mnckup gjla pnykit, kluhan pndrta Pnykit lain yg mnyertai atau komplikasi dri pnykit pokok TUTOR 10A
MELAKUKAN RANDOMISASI Randomisasi sederhana Randomisasi blok Randomisasi dalam strata TUTOR 10A
TUTOR 10A
TUTOR 10A
9. MELAKSANAKAN PERLAKUAN Open trial Single blind Double blind Triple mask 9.
TUTOR 10A
MENGUKUR VARIABEL EFEK Pemeriksa variabel efek tidak mengetahui peserta masuk kelompok perlakuan atau kelompok kontrol TUTOR 10A
MENGANALISIS DATA Uji Mc Nemar Uji non-parametrik Uji varians Uji kesintasan Pada uji klinis dengan variabel bebas berskala nominal dua kelompok (obatbaru vs. obat standar) dan variabel efekberskala nominal (sembuh-tidak sembuh), uji hipotesis dilakukan dengan uji kai-kuadrat. Perlu diperhatikan bahw a apabila sampel dipilih secara independen harus dipakai uji kai-kuadrat untuk 2 kelompok independen, sedangkan apabila sampel dipilih secara serasi (matching) maka harus dipergunakan uji kaikuadrat untuk kelompok berpasangan (uji Mc Nemar). Bila variabel bebas berskala nominal 2 kelompok (misalnya lelaki-perempuan) dan variabel efek berskala numerik (misalnya kadar kolesterol), maka uji yang digunakan adalah uji-t, yakni uji-t untuk 2 kelompok independen atau uji-t untuk kelompok berpasangan. Namun apabila distribusi data tidak normal maka dipakai uji non-parametrik. atau dapat dilakukan tranformasi data lebih dahulu (dengan logaritme, akar, atau teknik lain) sebelum dilakukan uji parametrik seperti uji-t. Bila variabel bebas berskala nominal lebih dari 2 kelompolg dan variabel efek berskala numerik, digunakan analisis varians (Anova). 4 . Apabila terjadi perbedaan lama pengamatan dari masing-masing pesert4 jadi yang dinilai bukan hanya apakah terjadi efek namun juga saat terjadinya efek, maka digunakan analisis kesintasan (surairsal analysis), yang dibahas tersendiri dalam Bab 72. TUTOR 10A
KEUNTUNGAN dan KERUGIAN 10.
KEUNTUNGAN Dengan dilakukannya randominasi maka dapat dikontrol secara efektif, oleh karena factor confounding akan terbagi secara seimbang diantara kedua kelompok subyek. Criteria inklusi, perlakuan dan outcome telah ditentuakan terlebih dahulu. Statistic akan lebih efektif, oleh karena : a. Jumlah kelompok perlakuan dan control sebanding b. Kekuatan atau power statistic tinggi TUTOR 10A
KEUNTUNGAN Uji klinis secara teori sangat menguntungkan oleh karena banyak metode statistic harus berdasarkan pemilihab subyek secara random. Kelompok subyek merupakan kelompok sebanding sehingga intervensi dari luar setelah randominasi tidak banyak berpengaruh terhadap hasil penelitian selama intervensi tersebut mengenai kedua kelompok subyek.
KERUGIAN Desain dan pelaksanaan uji klinis kompleks dan mahal Uji klinis mungkin dilakukan dengan seleksi tertentu sehingga tidak representative terhadap populasi terjangkau atau populasi target. Uji klinis paling sering dihadapkan kepada masalah etik, misalnya apakah etis bila kita memberikan pengobatan pada kelompok perlakuan namun tidak mengobati kelompok control. Kadang-kadang uji klinis sangat tidak praktis.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. Sastroasmoro, sudigdo, & Ismael, Sofyan(2011). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto Badan Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Cara uji klinis yang baik. Jakarta; 2001. Kuliah prof.Abraham Simatupang TUTOR 10A
PEMBENARAN HIPOTESIS Terbukti bahwa dengan persiapan yang baik, penelitian uji klinik dapat terlaksana dengan baik. TUTOR 10A
KESIMPULAN Uji klinik adalah suatu metode untuk melihat, mengevaluasi apakah suatu tindakan intervensi efektif/tidak. Tujuan dari penelitian uji klinik adalah membuktikan atau menilai manfaat klinik suatu obat, pengobatan, atau strategi terapetik tertentu secara objektif dan benar. Ada 2 tahapan uji klinik yaitu tahapan I atau disebut pre- klinik dan tahapan II yang terbagi menjadi 4 fase. Ada 2 desain yaitu desain paralel yang merupakan suatu perbandingan antar-kelompok (group comparison), dapat bersifat perbandingan kelompok independen ataupun kelompok pasangan serasi (matched pairs) dan desain menyilang (cross-oaer design). Uji klinik mempunyai keuntungan dan kekurangan. TUTOR 10A
THANK YOU FOR YOUR ATTENTION TUTOR 10A