SURVEILANCE PENYAKIT DBD DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN Disusun oleh : ELSA ENDIYANI (P17433113051) FAMIA YUWAFINA (P17433113053) FITRI ARIYANI (P17433113055) IFTITAH ARUM (P17433113057) LUTFI BAHTIYAR ARIF (P17433113059)
Pengertian Surveilance Epidemiologi pekerjaan praktis yang utama dari ahli epidemiologi. Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dengan penyakit menular yang meluas ke penyakit tidak menular. Saat ini surveilans epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
Pengertian DBD Menurut WHO (1997) mendefinisikan: “Penyakit DBD adalah penyakit menular berbahaya yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah (trombosit) sehingga berkurangnya zat pembeku darah dalam plasma yang mengakibatkan pendarahan dan dapat menimbulkan kematian. Virus lalu merusak limpa dan hati termasuk butir-butir darah merah dan darah putih yang mengalir ke organ tersebut”
Pelaksanaan Surveilance Di puskesmas purwokerto selatan melakukan surveilans berbagai macam penyakit di antanya ada DBD, ISPA, Pneumonia, Diare , Penyakit kulit, dll. Untuk surveilance DBD sendiri di laksanakan setelah data kasus atau penderita masuk ke puskesmas yang di peroleh dari rumah sakit atau klinik. Setelah itu akan di tindak lanjuti dengan melaksanakan penyelidikan epidemiologi (PE) oleh puskesmas untuk mengetahui sumber kasus penderita dan radius penyebaran, untuk fotmat formulir PE dapat di lihat pada lampiran 1 . Setelah itu hasil PE di olah kemudian di laporkan ke dinas kesehatan dan dinas kesehatan menindak lanjuti pelaporan PE dari puskesmas.
Pengumpulan Data Pengumpulan dan pencatatan dilakukan setiap hari, bila ada laporan tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD. Data tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD yang diterima puskesmas purwokerto selatan dapat berasal dari rumah sakit atau dinas kesehatan kabupaten/kota, penderita menyerahkan KDRS (Kewaspadaan Dini Rumah Sakit) (lampiran 2) ke puskesmas purwokerto selatan, puskesmas lain (cross notification) dan puskesmas pembantu, unit pelayanan kesehatan lain (balai pengobatan, poliklinik, dokter praktek swasta, dan lain – lain), dan hasil penyelidikan epidemiologi (kasus tambahan jika sudah ada konfirmasi dari rumah sakit / unit pelayanan kesehatan lainnya). Untuk pencatatan tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD menggunakan ‘Buku catatan harian penderita DBD’ yang memuat catatan (kolom) sekurang – kurangnya seperti pada form DP-DBD ditambah catatan (kolom) tersangka DBD.
Dari analisis system yang di lakukan di peroleh informasi yang uraiannya sebagai berikut. Data kasus atau penderita di peroleh dari laporan rumah sakit, laporan di sampaikan setiap satu bulan, maka akan di tindak lanjuti dengan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) oleh puskesmas terkait untuk mengetahui sumber kasus atau radius penyebaran. Kendala yang di alami selama ini adalah penyampaian informasi hasil PE oleh puskesmas ke DKK. Kendala tersebut yaitu penyelesaian hasil PE (lebih dari 1 minggu). Tindak lanjut dari PE yang di lakukan DKK, yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk (PSN) nantinya akan mengalami keterlambatan pula. Laporan kasus DBD harusnya di laksanakan dalam kurun waktu 1 x 24 jam, namun dalam kenyataannya lebih dari itu. Alur pelaporan kasus DBD di mulai dari masyarakat dan petugas kesehatan atau rumah sakit ataupun klinik lainnya, kemudian di lanjutkan dengan pelaporan ke puskesmas, dari puskesmas akan di teruskan laporannya ke DKK.
Pengolahan Data Pengolahan data pada puskesmas purwokerto selatan dengan menggunakan komputer yaitu dengan menggunakan program SPSS. Semua data penyakit yang masuk ke puskesmas langsung masuk ke system online di dinas kesehatan. Setelah itu pihak puskesmas merekap data kunjungan pasien yang masuk meliputi laporan harian, mingguan, bulanan dan di sajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
Dari buku catatan harian penderita penyakit DBD selanjutnya dilakukan pengolahan dan penyajian data sebagai berikut : Pemantauan kasus DBD mingguan Laporan mingguan KLB (W2) Laporan bulanan Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2 DBD) Penentuan stratifikasi desa/kelurahan Mengetahui distribusi kasus per RW/dusun
Keterangan: Form So atau form KD/RS Keterangan: Form So atau form KD/RS : Formulir untuk melaporkan kasus DBD di sarana pelayan kesehatan (puskesmas, RS, dokter praktek) PANT–1 : Formulir pantauan DBD mingguan W2 : Laporan mingguan K DB : Laporan bulanan
Analisis Data Di puskesmas purwokerto selatan data penyakit DBD yang masuk di analisis berdasarkan dengan tempat (desa tampat tinggal), orang (jenis kelamin, umur), waktu (minggu,bulan,tahun), perbandingan grafik maksimal dan minimal kasus DBD dari setiap tahunnya (lampiran 13), penentuan musim penularan, mengetahui kecenderungan situasi penyakit, dan evaluasi program dengan indicator.
Analisis data dapat menghasilkan penentuan musim penularan, mengetahui kecenderungan situasi penyakit dan evaluasi program dengan indikator : Penentuan musim penularan Mengetahui kecenderungan situasi penyakit Evaluasi program dengan indicator
Pelaporan Data Alur pelaporan kasus DBD di mulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan atau rumah sakit ataupun ke klinik lainnya. Kemudian di lanjutkan pelaporan ke puskesmas. Pelaporan data dai puskesmas ke dinas kesehatan di lakukan setiap minggu dengan menggunakan fotmat Eward, W2 (lampiran 3 dan lampiran 4), format C1 untuk bulanannya.
Data Penyakit Data Menurut Variabel Orang Data Menurut Variabel Tempat 3.Data Menurut Variabel Waktu
Distribusi menurut umur Distribusi menurut waktu Distribusi Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue Distribusi menurut umur Distribusi menurut waktu Distribusi menurut tempat
Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan, untuk melaksanakan surveilans harus di lakukan pengumpulan data terlebih dahulu, data di peroleh dari rumah sakit, puskesmas, unit kesehatan lain, dan hasil penyelidikan epidemiologi. Kemudian setelah semua data terkumpul di lakukan pengolahan data yang di sajikan dalam bentuk laporan mingguan KLB (W2), Laporan bulanan P2 DBD, penentuan statifikasi desa, distribusi penyakit. Langkah berikutnya data laporan yang sudah jadi di analisis satu persatu untuk menentukan musim penularan, kecenderungan situasi penyakit dan evaluasi program. Setelah dilakukan pengolahan dan analisis di laporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
Saran Untuk semua pemakai Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi DBD dengan SIG perlu membuat kesepakatan dalam kelengkapan pengisian formulir dan entry data sehingga sistem akan berjalan sesuai yang diharapkan yaitu dapat digunakan untuk mendukung kewaspadaan dini DBD di Puskesmas Purwokerto Selatan. Saat data sudah terkumpul sebaiknya segera di lakukan pengolahan dan analisis data agar pelaporan kepada DKK tepat waktu.
TERIMAKASIH.............................................