Latarbelakang Amoksisilin (α-aminohidroksi benzilpenisillin) adalah antibiotik semisintetik yang termasuk dalam golongan β-laktam, yang efektif untuk pengobatan.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENENTUAN KADAR DUA BAHAN OBAT DALAM SEDIAAN TABLET (SECARA SIMULTAN)
Advertisements

Quality Control Evaluation of Multi-Source Artemether-Lumefantrine Tablets Prescribed for Uncomplicated Multi-drug Resistant Malaria.
UKURAN PORI Kegunaan : mengetahui adsorpsi uap air, flavoring agent, parfum, dll ke dalam lapisan (film), wadah, dan bahan-bahan polimer lain dalam formulasi.
TABLET By : Dewi Rashati, M. Farm., Apt AKADEMI FARMASI JEMBER.
PIL FARMASETIK DASAR.
TUGAS DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK
DEWI RASHATI, M.FARM., APT AKADEMI FARMASI JEMBER BAGIAN FARMASETIKA
SUSPENSI FARMASEUTIK DASAR.
Septantrina Puspitasari
Analisis Cr3+ dan Cr6+ menggunakan spektrofotometri UV-Vis
TABLET By Vera Amalia, S.Si, Apt..
LATIHAN SOAL.
Pengembangan Metode Prakonsentrasi dengan Teknik Injeksi Alir untuk Analisis Cu2+ dan Pb2+ dalam Air Aliran Sungai Citarum dan Waduk Saguling Oleh : Sita.
SEDIAAN PADAT.
 Hari Zulfahnur Rizan  Dyah Puji Utami  Ibkar zamzam p  Zia Naziha  Meisi Suwantika  Ade Artha Saragi.
Fitri Rahma Yenti, S.Farm.,Apt POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PROGRAM STUDI DIII FARMASI 5/30/20171.
LAJU REAKSI.
MM FENOMENA TRANSPORT Kredit: 3 SKS Semester: 5
Bioavailability enhancement studies of amoxicillin with Nigella
BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI
Kuliah FTS CSP tanggal 5 Februari 2012
MM FENOMENA TRANSPORT Kredit: 3 SKS Semester: 5
FARMASETIKA - sUsPeNsi -
PROSES OPTIMASI SUHU DAN KONSENTRASI SODIUM BISULFAT BERBASIS (NA)HSO4 PADA PEMBUATAN SODIUM LIKNOSULFAT BERBAHAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Oleh.
PROSES OPTIMASI SUHU DAN KONSENTRASI SODIUM BISULFAT BERBASIS (NA)HSO4 PADA PEMBUATAN SODIUM LIKNOSULFAT BERBAHAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Anggota Kelompok.
Teori Zona Difusi Antibiotik
EKSTRAKSI PELARUT (herbal extraction)
SUSPENSI CMC Anggota Kelompok : Kartika Dewi I. ( )
ANALISIS PENGAWET BUATAN PADA MINUMAN
PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI
SUPPOSITORIA FARMASEUTIK.
VOLUME, DENSITAS BAHAN PADAT DAN CAIR SERTA POROSITAS
Penentuan Kadar Zat Besi (Fe)
LARUTAN & KONSENTRASI Oleh : Ryanto Budiono.
HASIL SEDIAAN DAN EVALUASI SNEDD IBUPROFEN
MIXING PRINSIP GAMBAR CARA KERJA.
TEKNOLOGI SEDIAAN BAHAN ALAM PEMBUATAN MASKER GEL PEEL OFF LYCOPEN
Formulasi SNEDDS formula 7
Argento-Gravimetri.
DEDE KURNIAWAN NIM: FARMASI A
PIROGEN ROBERT TUNGADI.
AJI NAJIHUDIN Pembimbing 1 : Atun Qowiyyah, M.Si., Apt.
FOMULASI SNEDDS DISUSUN OLEH : 1.Lutfatul Amalia ( )
Dra Ratih Dyah Pertiwi, Apt
Asisten klp : LA HAMIDU, S.Farm
Penentuan Kadar Karbohidrat Dengan Metode Anthrone
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
14/09/2018.
Oleh: Siti Hajar Nur Safita
KELOMPOK Imam Rahmanto 2. Nur Laeli Budi Hastuti
Alat pH Meter Khoirul Anam.
Koefisien Partisi Suatu zat terlarut ditambahkan kedalam campuran pelarut yang saling tidak bercampur, zat terlarut tersebut mendistribusikan dirinya sendiri.
SEDIAAN PADAT TABLET : - Tablet Inti, Tablet Salut, Tablet Effervescent, Tablet Kunyah, Tablet Hypodermik, KAPSUL: - Kapsul Keras, Kapsul Lunak (Gelatin,
PENGUAPAN DAN PENGERINGAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI OBAT
PROSES BIOFARMASETIKA
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BRIKET Anggota : 1.Dian Fatma (16/395326/TP/11485) 2.Hudzaifah D. (15/385452/TP/11321) 3.Muamar Arif (15/379207/TP/11163) 4.Ruldy.
PENDAHULUAN Tujuan pemberian sediaan parenteral : 1. Pemberian obat pada keadaan mendesak 2. Zat aktif tidak dapat diserap oleh saluran cerna 3.Obat yang.
FENOMENA ANTAR PERMUKAAN
This presentation uses a free template provided by FPPT.com TABLET EFFERVESCENT Andriyani, Pitria M.Si Apt.
MENYELIDIKI PENGARUH LUAS PENAMPANG PIPA TERHADAP LAJU ALIRAN PADA SISTEM AERATOR VENTURI MENGGUNAKAN PRINSIP BERNOULLI DIAN DANITA SEMINAR.
--INDRI KUSUMA DEWI, S.Farm., M.Sc., Apt.--
Evaluasi Sediaan Suspensi
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI Kelompok 3 : Rizky ananda ( AF) Jusmawanti ( AF) Marfua isnaeni ( AF) Muh.Ikbal T( AF) Reynaldi agustiawan.
Mekanisme Absorbsi.
PROSES OPTIMASI SUHU DAN KONSENTRASI SODIUM BISULFAT BERBASIS (NA)HSO4 PADA PEMBUATAN SODIUM LIKNOSULFAT BERBAHAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Oleh.
TABLET. PENGERTIAN Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat.
SALEP LUKA BAKAR. LATAR BELAKANG Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk.
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
EVALUASI GRANUL & TABLET
Transcript presentasi:

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

Latarbelakang Amoksisilin (α-aminohidroksi benzilpenisillin) adalah antibiotik semisintetik yang termasuk dalam golongan β-laktam, yang efektif untuk pengobatan infeksi bakteri terutama infeksi bakteri Helicobacter pylori yang merupakan bakteri penyebab utama penyakit radang lapisan lambung (gastritis). Secara umum, bakteri ini kebanyakan berada di lambung, Dengan demikian, konsentrasi dan wak-tu tinggal amoksisilin pada lambung harus efektif untuk memberantas secara tuntas bakteri H. pylori. Umumnya amoksisilin memiliki waktu tinggal yang pendek di lambung. Karena itu diperlukan waktu tinggal yang lebih lama oleh agen antimikroba yang diinginkan agar lebih efektif untuk membe-rantas bakteri Helicobacter pylori.

TEORI DASAR Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa bahan tambahan. obat dibuat dengan cara sistem terapung adalah: obat yang bekerja lokal dilambung, jendela absorpsi obat tersebut berada dilambung atau usus bagian atas, obat tidak stabil disuasana usus atau kolon, kelarutan obat rendah pada pH tinggi, serta obat bekerja secara sustained release. Amoksisilin Trihidrat diformulasikan dalam bentuk gastroretentive floating drug, agar konsentrasi obat ini dapat bertahan lebih lama didalam lambung, dan tentunya pengujian ini dilakukan dengan berbagai konsentrasi matriks yang berbeda sebagai pembawa agar obat ini dapat terapung dalam cairan lambung

KOMPOSISI DALAM FORMULA TINJAUAN FORMULA BAHAN KOMPOSISI DALAM FORMULA FORMULA 1 FORMULA 2 FORMULA 3 Amoksisilin Trihidrat (mg) 250 HPMC (%) 25 30 35 NaCMC (%) 3 Mg Stearat (%) 5 Talk (%) 1 Laktosa (%) 30,28 24,78 19,28 Tablet dibuat dengan 3 formula yang berbeda. Perbedaan formula terletak pada konsentrasi pematriksnya, yaitu HPMC dan NaCMC.

FUNGSI KOMPONEN FORMULA Amoksisilin Trihidrat: zat aktif HPMC-NaCMC: sebagai matriks yang berfungsi sebagai zat yang dapat menjaga agar tablet dapat mengapung pada cairan lambung. Mg Stearat dan Talk: sebagai pelincir dan pelicin, dimana penambahan komponen ini akan memperbaiki sifat alir dari serbuk. Laktosa: sebagai pengisi, yang akan menambah bobot tablet tersebut.

METODOLOGI Pembuatan Tablet Matriks Gastroretentive Floating ini dibuat dengan metode kempa langsung.

PROSEDUR Untuk setiap formula, bahan-bahan ditimbang untuk pembuatan 100 tablet dengan bobot tablet sekitar 700 mg dengan dosis amoksisilin 250 mg/tablet. Amoksisilin dicampur dengan HPMC, natrium CMC, laktosa, magnesium stearat, dan talk, lalu digerus hingga homogen. Massa serbuk yang diperoleh lalu evaluasi kemudian dikempa menjadi tablet.

EVALUASI I. Evaluasi Massa Serbuk a. Uji Sifat Alir dan sudut diam Sejumlah gram serbuk dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong di-buka sehingga serbuk keluar dan ditampung pada bidang datar. b. Uji kompresibilitas Sejumlah serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volumenya sebagai Vo, kemudian dilakukan pengetukan sebanyak 500 kali, lalu dicatat kembali volumenya sebagai V, lalu dihitung indeks kompresibilitasnya.

II. Evaluasi Tablet a. Uji keseragaman bobot Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu, kemudian dihitung bobot rata-ratanya. b. Uji keseragaman ukuran Sebanyak 10 tablet diukur diameter dan tebalnya satu per satu dengan menggunakan penggaris, kemudian dihitung rata-ratanya. c. Uji kekerasan tablet Sebanyak 10 tablet secara bergantian di-letakkan di antara ruang penjepit kemudian dijepit dengan memutar alat penekan, sehingga tablet kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada skala 0, melalui putaran pada sebuah sekrup, tablet akan pecah dan dibaca penunjuk skala pada alat tersebut.

d. Uji kerapuhan tablet Sejumlah tablet yang telah dibebaskan dari debu ditimbang dan dimasukkan ke dalam friabilator. Mesin dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan di-bebasdebukan kembali, lalu ditimbang. Persenta-se kehilangan bobot menunjukkan kerapuhan-nya. e. Uji disolusi Tablet dimasukkan ke dalam labu yang berisi larutan lambung buatan sebagai medium. Pengaduk dayung diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit. Suhu medium dijaga konstan 37°C dan volume medium disolusi adalah 900 mL. Sampel obat yang terlepas ke dalam medium diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 180, 240, 300 dan 360. Setiap pengambilan sampel (5 ml), diganti dengan medium yang baru dengan volume yang sama dengan yang diambil sehingga volume medium selalu tetap. Tiap sampel yang diambil dari medium disolusi diukur ser-apannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang serapan maksimum.

f. Uji keterapungan Uji keterapungan dilakukan dengan mengamati secara visual. Tablet dimasukkan kedalam gelas kimia 50 ml yang berisi larutan HCl pH 1,2 lalu lama pengapungannya dicatat. g. Penentuan panjang gelombang untuk serapan maksimum Serapan larutan kurva baku amoksisilin trihidrat pada konsentrasi 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm diukur pada panjang gelombang 200-400 nm, kemudian ditentukan panjang gelom-bang serapan maksimum yang tercatat pada 271 nm.

PEMBAHASAN Pada penelitian ini, amoksisilin trihidrat diformulasi dalam bentuk tablet matriks gastroretentive floating dengan menggunakan kombinasi matriks HPMC dan NaCMC. Bahan matriks yang di rekomendasikan untuk formulasi sistem floating adalah polimer eter selulosa, khususnya hidroksi propil metil selulosa dan turunannya (5). Sedang-kan Natrium CMC digunakan untuk membantu kerja HPMC, sehingga digunakanlah variasi bahan matriks.

Penelitian ini dibuat dalam tiga konsentrasi matriks yang berbeda dengan konsentrasi amoksi-silin yang sama yakni 250 mg/tablet. Pada formula 1 digunakan konsentrasi HPMC 25% dan NaCMC 3%, formula 2 : HPMC 30% dan NaCMC 3,5%, dan formula 3 : HPMC 35% dan NaCMC 4%. Selain itu bahan lain yang juga digunakan adalah magnesium stearat dan talk sebagai pelincir dan pelicin serta laktosa sebagai bahan pengisi. Semua bahan untuk masing-masing formula dicampur hingga menjadi massa serbuk yang homogen. Setelah semua bahan tercampur dan menjadi massa serbuk yang baik, dilakukan evaluasi massa serbuk yaitu kecepatan alir, sudut diam, dan kompresibilitas.

Dari uji kecepatan alir diperoleh nilai rata-rata untuk masing-masing formula 1, 2 dan 3 yaitu 4,46 g/detik, 4,56 g/detik dan 4,69 g/detik, seperti yang disajikan dalam tabel 2. Ini menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki kecepatan alir yang baik dan termasuk ke dalam kategori bebas meng-alir. Kecepatan alir granul mempengaruhi proses pengempaan, yaitu kecepatan alir yang baik dapat menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam sehingga keseragaman dosis akan tercapai.

Selanjutnya sudut diam diperoleh 17,42° untuk formula 1; 16,71° untuk formula 2 dan 17,02° untuk formula 3 (tabel 3). Besarnya sudut diam di-pengaruhi oleh kecepatan alir. Sudut diam meru-pakan hasil tangensial dari sudut yang dibentuk oleh aliran serbuk. Secara teoritis, nilai sudut diam yang didapatkan merupakan nilai yang memenuhi syarat granul/serbuk yang baik, sebagaimana dipaparkan bahwa nilai sudut diam yang baik yaitu kurang dari 20° – 40°, di atas 50° serbuk akan sulit mengalir

Pada pengujian kompresibilitas diperoleh kompresibilitas untuk formula 1 adalah 19,25%, formula 2 sebesar 19,96% dan formula 3 sebesar 18,5%. Uji kompresibilitas dilakukan untuk melihat bagaimana ikatan antar serbuk. Nilai kom-presibilitas yang besar menunjukan ikatan antar massa serbuk yang buruk. Dari hasil penelitian, di-peroleh bahwa formula 2 memiliki indeks kom-presibilitas yang paling besar di antara formula yang lain. Dengan demikian, meskipun dikempa dengan kekuatan pencetakan yang sama dengan formula lain, namun tablet yang dihasilkan dari formula 2 bersifat kurang mampat sehingga tidak sekeras tablet formula yang lain.

Setelah dilakukan evaluasi, massa serbuk kemudian dikempa menjadi tablet. Metode yang digunakan yaitu metode kempa langsung. Karena metode kempa langsung merupakan metode yangdapat menghasilkan tablet yang terbaik. Dalam metode kempa langsung dihasilkan tablet dengan ukuran dan bobot yang seragam dan juga karena sifat alir dari massa serbuk ketiga formula tersebut telah memenuhi persyaratan sehingga metode kempa langsung di anggap metode cetak tablet yang terbaik dalam penelitian ini. Hasil uji keseragaman bobot menunjukkan pada formula 1 bobot rata-rata tablet 0,693 g, formula 2 sebesar 0,682 g dan formula 3 sebesar 0,686 g (tabel 5). Ketiga formula tablet memenuhi syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia yakni tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobot rata-ratanya lebih besar dari 5 % dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10 %.

Hasil uji kekerasan tablet menunjukkan rata-rata untuk formula 1 sebesar 6 kgf, formula 2 sebesar 5,75 kgf dan formula 3 sebesar 6,8 kgf. Kekerasan tablet berbeda-beda antar formula, hal ini menunjukkan bahwa masing-masing formula memiliki sifat kompaktibilitas yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi bahan matriks yang digunakan untuk tiap formula. Umumnya tablet tanpa salut mem-punyai daya kekerasan sekitar 4 – 7 kgf. Jadi, ketiga formula tablet memiliki kekerasan yang me-menuhi syarat.

Kerapuhan adalah parameter lain dari ke-tahanan tablet terhadap pengikisan dan goncangan. Tablet yang mudah rapuh dan pecah pada pengemasan dan transportasi akan kehilangan ke-indahan dalam penampilannya. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar persentase kerapuhan, maka makin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi kadar zat aktif yang terdapat di dalam tablet. Uji kerapuhan terhadap ketiga formula tablet yang diproduksi menunjukkan formula 1 memiliki kerapuhan 0,82%, formula 2 sebe-sar 1,32% dan formula 3 sebesar 0,43%. Syarat kerapuhan tablet tidak lebih dari 1 %. Berdasarkan hasil ini hanya formula 2 yang tidak memenuhi syarat karena memiliki kerapuhan di atas 1%. Hal ini disebabkan karena formula 2 memiliki kompresibilitas yang lebih tinggi dari formula 1 dan 3 sehingga menyebabkan formula 2 bersifat lebih rapuh dibandingkan dengan formula lainnya.

Uji keterapungan merupakan evaluasi penting dari sediaan sistem mengapung. Sediaan harus dapat mengapung secepat mungkin setelah sediaan dimasukkan ke dalam medium dan harus dapat tetap mengapung selama mungkin di dalamnya. Pada saat uji keterapungan diamati floating lag time, yaitu periode waktu antara masuknya tablet ke dalam medium sampai mengapungnya tablet. Selain itu diamati pula lamanya tablet meng-apung di dalam medium. Tablet mengapung yang dibuat pada penelitian ini menggunakan sistem noneffervescent. Mekanisme keterapungan tablet disebabkan karena mengembangnya lapisan mat-riks ketika berkontak dengan cairan lambung sete-lah pemberian oral, lapisan matriks ini akan mem-bentuk lapisan gel di sekitar tablet

Struktur gel bertindak sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan dan dikontrol oleh difusi mela-lui lapisan gel. Hasil dari uji keterapungan adalah formula 1 memiliki floating lag time selama 27 detik dan dapat mengapung selama 12 jam 10 menit, formula 2 selama 13 detik dan dapat mengapung selama 15 jam, dan formula 3 selama 13 detik dan dapat mengapung selama 20 jam. Menurut teori keterapungan, tablet yang baik yang di-hasilkan dari metode sistem mengapung adalah apabila tablet tersebut memiliki floating lag time yang cepat dan mempunyai waktu mengapungyang lebih lama. Berdasarkan hal tersebut maka formula 3 merupakan formula paling lebih baik di-bandingkan dengan formula lainnya karena memi-liki floating lag time yang baik di dalam medium dan lama mengapung yang cukup lama.

Uji disolusi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat disolusi tipe 2 (Tipe dayung) dengan kecepatan 50 rpm. Uji disolusi menggunakan medium cairan lambung buatan dengan pH 1,2 dengan volume 900 ml dan temperatur dijaga konstan pada 37ºC. Pengujian dilakukan selama 6 jam dengan pengambilan sam-pel cairan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 180 240, 300 dan 360. Setiap pengambilan, medium diganti sebanyak medium yang diambil.

Hasil uji disolusi dari ketiga formula menunjukkan bahwa ketiganya melepaskan obat dengan kadar 67,26 – 85,17% selama 6 jam. Laju pelepasan obat paling lambat terjadi pada formula 3, yaitu selama 6 jam amoksisilin yang dilepaskan men-capai 67,26%, sedangkan laju pelepasan obat paling cepat terjadi pada formula 1, yaitu selama 6 jam amoksisilin yang dilepaskan mencapai 85,17%. Hal ini berarti formula 3 (matriks HPMC 35% dan Natrium CMC 4%) merupakan formula yang dapat menahan pelepasan obat lebih lama dibandingkan dengan formula yang lain.

Pada penentuan panjang gelombang untuk serapan maksimum, tercatat panjang gelombang 271 nm yang menghasilkan serapan maksimum dari larutan baku amoksisilin yang di-ukur. Selanjutnya serapan dari masing-masing la-rutan hasil pengenceran 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm pada panjang gelombang maksimum dicatat, kemudian dibuat persamaan kurva baku amoksisilin trihidrat dengan menghubungkan nilai serapan (A) dan konsentrasi larutan baku (c), dan diperoleh persamaan A = 0,003c + 0,003, dengan koefisien regresi (R) = 0,998.

KESIMPULAN Tablet yang memiliki sifat keterapungan yang paling baik adalah formula 3 dengan Floating lag time 13 detik dan mengapung selama 20 jam. Formula tablet 1 dan 3 memenuhi syarat berda-sarkan uji keseragaman bobot, ukuran, uji kekerasan dan kerapuhan sedangkan formula 3 memenuhi syarat uji keseragaman bobot, ukuran, uji kekerasan tetapi tidak memenuhi syarat uji kerapuhan.