MULTIPLE SKLEROSIS.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
POST TEST KELAS D.
Advertisements

KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
KELOMPOK 33 : SYANTO REZKY DUWILA
PENYAKIT TROPIS & INFEKSI I
SISTEM SARAF IX / I Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Eksim: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan
Kelompok 4 Febri Prihatnanto Dian Karimawati Windasari K
OLEH Ns. I GEDE SATRIA ASTAWA, S.Kep
Kasus SBI.
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK DIARE
PENGKAJIAN OFTALMIK.
Riwanti Estiasari, Darma Imran
Irma Nur Amalia, S.kep.,Ners., M.Kep
Asuhan Keperawatan CONGENITAL HIPJOINT DISLOCATION
SUCI FITRIA III B.
Kelainan pada Sistem Pertahanan Tubuh
LANSIA DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN
Pemeriksaan Fisik Sistem Saraf
Pengkajian Sistem Persarafan
Pemeriksaan Fisik Sesuai Sistematika Tubuh
Radiologi Abdomen.
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
PERTEMUAN KE-4 “PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA”
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Kelainan pada sistem saraf
Polip Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada saluran pernapasan hidung atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit.
RETINOBLASTOMA.
KEJANG DEMAM Rahma Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNTAD
PRISKILA APRILIA HAMBER
Yophi Nugraha S.Kep.,Ners.,M.Kes
ANALISIS SOAP ‘STROKE’
Sindrom Guillain–Barré
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM 12 NERVUS CRANIAL
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
Asuhan Keperawatan kepada An
SISTEM KOORDINASI MANUSIA
ALZHEIMER Aloysia Martha Dessy Nadia Ermelinda Soares Grace Ludji Leo
ASKEP PARKINSON.
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
Assalamualaikum Kelompok 7 Ika Apriani Riza Sativa
MYASTHENIA GRAVIS.
Myelitis Inas Amalia Mahasin
TUGAS PATOLOGI DIFTERI.
OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2008
ASKEP COLITIS ULSERATIF
LANSIA DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA
DEMENSIA.
Hati (hepar) Merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia (2 kg) yang terletak di rongga perut sabelah kanan di bawah diafragma.
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
BANTUAN DASAR PADA KASUS NON TRAUMA
TRAUMA ABDOMEN.
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh penderita, untuk menemukan berbagai tanda. Dilakukan secara sistematis dan berurutan. HERRI PROPHERTY.
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
Anggota : 1. Muhammad Ikzan 2. L. M. Riswandi 3. Hasrianti 4. Reski Rahayu 5. Reski Wahyuni.
ABSES GIGI.
Noviani. Identitas Pasien  Nama: An RAZ  Umur: 5 tahun  Jenis Kelamin: Perempuan  Alamat: Gampong Asan  Agama: Islam  Nomor RM: 248xxx  Tanggal.
ASUHAN KEPERAWATAN NY. A DENGAN PRE-POST APENDICTOMY OLEH: NS. CATTLEYA.
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah nyeri Ahmad Zaini Arif. S.Kep., Ns.
KEGAWAT DARURATAN PASIEN DENGAN LUKA BAKAR EVA YUSTILAWATI,S.Kep.,Ns.,M.KEP. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR.
Pemeriksaan Fisik Oleh Zaenal Arifin.
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
MODUL 2 Sistem Saraf Perifer dan Otonom Skenario 2 : Kaki Kananku Dokter sedang memeriksa seorang laki-laki yang dibawa kerumah sakit karena terjatuh dari.
Transcript presentasi:

MULTIPLE SKLEROSIS

DEFINISI Sklerosis multiple ( SM ) merupakan keadaan kronis penyakit SSP degenerative yang dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi (kerusakan myelin) pada otak dan medulla spinalis. Demielinasi menunjukkan adanya material lunak dan protein di sekitar serabut-serabut syaraf otak dan medulla spinalis, yang menghasilkan gangguan transmisi impuls syaraf, hal ini menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke otak dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras

Myelin adalah substansi putih yang menutupi serabut saraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik. Myelin berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory) yaitu memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat, dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya.

ETIOLOGI Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus). Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus) Genetik Kelainan pada unsur pokok lipid mielin Racun yang beredar dalam CSS Infeksi virus pada SSP

KLASIFIKASI Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori sklerosis multipel berdasarkan progresivitasnya adalah : Relapsing Remitting sklerosis multipel Primary Progresssiv MS Secondary Progressiv sklerosis multipel Benign sklerosis multipel

PATOFISIOLOGI Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin belum diketahui secara pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan reaksi autoimun yang disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan serta dipengaruhi oleh faktor genetik individu. Respon imun memicu kerusakan selaput myelin yang menyelimuti saraf pusat. Proses yang disebut demyelinasi ini disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi kronis dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf menjadi terganggu atau menjadi lambat.

MANIFESTASI KLINIS Sindrom klinis pada MS secara klasik ditemukan adanya gangguan yang bersifat relaps dan remisi dengan gejala yang sangat beragam sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul. Secara umum seorang dokter mencurigai suatu kasus MS bila ditemukan gejala : Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih dari 24 jam dan berlangsung lebih dari 1 bulan, Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode paling sedikit 6 bulan

LANJUTAN Gejala-gejala umum tersebut adalah: Gangguan Sensorik Gangguan motorik Gangguan kemampuan berbicara Gangguan berkemih dan BAB Gangguan Seksual Gangguan Kognitif dan Emosi Gangguan Nervus Cranialis

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Lumbal Pungsi : Pemeriksaan elektroforesis CSS Pemeriksaan potensial bangkitan CT scan MRI Urodinamik Neuropsikologik

PENATALAKSANAAN Farmakoterapi Terapi suportif Terapi obat untuk fase akut : Kortikosteroid, ACTH dan Predninsone Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan : Beta interferon ( betaseron ) Terapi suportif Blok saraf dan pembedahan

KOMPLIKASI Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah : Disfungsi pernafasan Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis Komplikasi dari imobilitas

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN Keluhan utama Klien datang dengan keluhan kelemahan kedua tungkai sejak ±1,5 tahun SMRS. Riwayat penyakit sekarang Pada awalnya (Januari 2013) pasien merasakan kelemahan pada kaki kiri dan tangan kiri disertai rasa tebal sampai di lutut, rasa tebal menghilang sendiri 2 bulan kemudian tetapi rasa lemah masih tetap ada. Oleh keluarga dibawa berobat kedokter saraf dan dikatakan terkena virus, pasien diberi obat (nama obat tidak ingat).

LANJUTAN 1 bulan kemudian kaki kanan terasa lemah dan tebal diikuti oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan sampai dikepala, oleh keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan dikatakan penyakit tidak dapat diobati. Kelemahan kedua tungkai makin bertambah selama 1 tahun pasien hanya dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan kursi roda.Sejak 2 bulan SMRS pasien mulai bicara tidak jelas dan pasien mengeluh sulit menelan dan sering tersedak, disekitar mulut pasien juga merasakan tebal, oleh keluarga pasien dibawa ke RSCM.

Riwayat kesehatan dahulu Riwayat sakit kepala sejak 8 tahun yang lalu dan dirasakan di belakang kepala, pasien minum obat-obat warung. Riwayat vaksinasi : Menurut orang tua pasien tidak mendapatkan vaksinasi saat balita. Riwayat kesehatan keluarga Orangtua pasien (bapak) pernah mengalami kelemahan kedua tungkai disertai rasa baal yang menjalar keatas tetapi sembuh tanpa pengobatan medis (pengobatan alternatif)

TANDA – TANDA VITAL Kesadaran : komposmentis keadaan umum : lemah TD : 100/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 37 C RR : 18 x/menit

PEMERIKSAAN PER SISTEM Persyarafan: Anamnesa : hilang keseimbangan, perubahan bicara, parastesia pada bagian wajah dan paralysis pada bagian tungkai. Pemeriksaan nervus Nervus I olfaktorius (pembau) Klien bisa membedakan aroma saat di beri minyak wangi dan minyak kayu putih. Nervus II opticus (penglihatan) Ketajaman penglihatan : Penglihatan pasien kabur dan padangan menjadi dobel bila melihat jauh.

LANJUTAN Nervus III oculomotorius Tidak terdapat edem kelopak mata dan kelainan bentuk bola mata. Nervus IV toklearis Bentuk pupil bulat isokor, ukuran pupil 4mm/4mm dan reaksi pupil terhadap cahaya +/+ Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) Reflek masester : + Sensibiltas wajah : Pasien tidak dapat merasakan tusukan benda tumpul dan tajam pada daerah sekitar wajah. Nervus VI abdusen Gerakan bola mata pasien cepat (nistagmus) dan penglihatan ganda (diplopia)

LANJUTAN Nervus VII facialis Pasien tidak bisa merengut dan menggembungkan pipi Nervus VIII auditorius/akustikus Fungsi pendengaran baik Nervus IX glosoparingeal Reflek muntah : - Nervus X vagus Pasien kesulitan menelan Nervus XI aksesorius Pasien kesulitan untuk mengangkat bahu Nervus XII hypoglosal/hipoglosum Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah

Perkemihan-Eliminasi Uri Anamnesa : Enurisis/ngompol dan inkontenensia urine Genetelia Eksterna : Inspeksi : tidak ada oedem dan tidak ada tanda-tanda infeksi Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau tonjolan Kandung Kemih Inspeksi : terdapat ketegangan pada kadung kemih Palpasi : adanya tahanan lunak pada kandung kemih Ginjal Inspeksi : tidak ada pembesaran pinggang Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : tidak nyeri ketok

Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi Anamnesa : terjadi perubahan pola makan karena disfagia dan gangguan defekasi konstipasi Mulut Inspeksi : Mukosa bibir kering Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut, Lidah Inspeksi : tidak ada sariawan dan lesi Palpasi : tidak ada oedem atau nyeri tekan Abdomen Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen), tidak ada luka. Auakultasi : peristaltic usus Perkusi : hipertympani

LANJUTAN Palpasi Kuadran I Hepar : tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan Kuadran II Gaster : tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak terdapat distensi abdomen Kuadran III Terdapat penumpukan feses Kuadran IV Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

3 4 1 1 Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen Anamnesa : terdapat kelemahan ekstermitas pada kedua tungkai dan pasien menggunakan kursi roda Warna Kulit Tidak ada hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, warna kulit sawo matang Kekuatan Otot 3 4 1 1

Persepsi Sensori Anamnesa : penglihatan pasien kabur dan ganda Mata Inspeksi : bentuk mata simetris Kornea : normal berkilau transparan Iris/pupil : warna iris hitam reflek pupil isokhor Lensa : jernih dan transparan Sclera : putih Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan Penciuman-(hidung) Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

DIAGNOSA KEPERAWATAN Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler Data subjektif kelemahan kedua tungkai bicara pasien tidak jelas pasien mengeluh sulit menelan dan sering tersedak, disekitar mulut pasien juga dirasakan tebal. Kesulitan BAB dan BAK pasien sering ngompol menurut keluarga, pasien sering lupa terhadap sesuatu yang sudah dikerjakan sebelumnya. Pandangan pasien juga semakin kabur dan pandangan pasien menjadi dobel bila melihat jauh

LANJUTAN Data objektif Kesadaran : komposmentis keadaan umum : lemah TD : 100/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 37 C RR : 18 x/menit Pasien menggunakan kursi roda hilang keseimbangan dan parastesia pada bagian wajah inkontenesia urine

TERIMA KASIH