NAMA KELOMPOK AGUNG BUDI PRASETYO (12136803) ADI SAPUTRA (12134131) MUHAMAD YAJID HAKIKI (12134084)
A. Sejarah perusahaan PT Espresso italia yang mewarisi tradisi sekental kopinya. Sebagai usaha keluarga pemilik merk kopi terbesar di Indonesia, akar perusahaan ini mulai tumbuh dari sebuah industri rumah tangga sederhana di Surabaya, di mana lebih dari 15 tahun silam pada tahun 1999, Sang Pelopor “Thio Teddy” memproduksi kopi terkenalnya. Dalam rentang waktu tak terlalu lama, perusahaan mulai memproduksi kopi dengan merk “SAECO coffee machine” yang secara langsung mengaspirasikan simbol teknologi tertinggi dan kemewahan pada zaman tersebut. Lebih dari itu, inspirasi untuk senantiasa mengacu pada kualitas, menjadikan perusahaan mengalami kemajuan yang pesat dan berkelanjutan.
Pada tahun 2005, perusahaan melakukan perkembangan sekaligus perubahan Pada tahun 2005, perusahaan melakukan perkembangan sekaligus perubahan. Generasi kedua mulai tampil untuk memastikan kelanjutan dan kesuksesan usaha dengan memperkenalkan mesin dan peralatan mutakhir, mengembangkan manajemen, meningkatkan keterampilan tenaga kerja serta memperluas penyebaran produk hingga tersedia di seluruh Indonesia. Tahun 2001 kami membangun pabrik yang sekarang berada di Sepanjang, Kota jakarta. Pada tahap ini, merk SAECO telah menjadi penyangga utama perusahaan yang tersebar rata di seluruh Indonesia sekaligus menjadi pemimpin pasar dengan rangkaian produk lengkapnya. Melanjutkan sukses merk SAECO dan demi kepuasan pelanggan, PT Espresso italia memperkenalkan beberapa merk kopi lain yang juga berhasil meraih sukses di pasaran, yaitu cappuchino, café latte, macchiato. Hingga kini, PT Espresso italia dengan rangkaian produknya telah menjadi bagian dari keseharian dan bahkan berlangsung dari generasi ke generasi.
B. Profil perusahaan Nama perusahaan : Espresso italia Badan hukum : Perseroan Terbatas Berdiri : 19 April 1999 Alamat : Jalan cideng timur , No.50e jakarta pusat 10160 Email :marketing@saeco-id.com Luas bangunan : 55,82 x 107,74 m atau sekitar 6000 m2 Luas perkebunan : 35 hektar di Lampung Modal Pendirian Perusahaan sekitar 3 triliun rupiah Dr. Ir. Kirbrandoko, MSM., : Rp 1,25 trilyun (41.67%) Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, Msc. : Rp 1,25 trilyun (41.67%) Sinukaban Jordan Yahya : Rp. 500 milyar (16.67%)
C . PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini, pasar kopi olahan sudah menjadi industri yang sangat terfragmentasi. Dengan lebih dari 500 perusahaan pengolahan kopi di Indonesia, maka tingkat persaingan di industri ini sudah pasti sangat tinggi. Secara garis besar, pemain di industri ini dapat dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu mereka yang menggarap pasar nasional dan mereka yang bermain di pasar-pasar lokal. Dari sudut pandang permintaan, pasar kopi bubuk di Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar. Dibandingkan dengan Amerika Serikat, konsumsi kopi per kapita per minggu di Indonesia hanyalah sekitar 20%-nya. Ini tentu saja merupakan indikator bagi daya tarik pasar. Pangsa pasar kopi bubuk instant di negara kita hingga kini masih dikuasai Kapal Api Group yang diproduksi oleh PT. Espresso italia . Perusahaan kopi bubuk yang tumbuh dari sebuah industri rumah tangga sederhana di jakarta, lebih dari 15 tahun silam pada tahun 1999, itu kini menguasai mayoritas market share kopi bubuk domestik. Persaingan bisnis kopi di Indonesia cukup berat karena banyaknya pemain. Namun demikian karena tingkat konsumsi kopi Indonesia masih rendah, peluang industri ini sangat menjanjikan. Saat ini terdapat sejumlah pemain untuk kategori produk kopi instan. Banyaknya kompetitor merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam persaingan dunia usaha. Dalam memasarkan suatu produk sangat diperlukan kepaduan 4P yaitu Product, Price, Place, Promotion. Strategi marketing mix dalam memenuhi kepuasan pelanggan dan mempertahankan awareness produk di mata pelanggan.
2. Substansi Pembahasan a. Strategi Marketig Mix PT 2. Substansi Pembahasan a. Strategi Marketig Mix PT. Espresso italia terhadap Kopi SAECO 1) Produk (product) Kopi saeco berawal dari tahun 1999 sebagai kopi dalam kemasan tanpa merk di Pasar Pabean, jakarta. Dikarenakan mutu yang selalu terkendali produk tersebut disambut secara antusias oleh pasar. Pada saat itu, pasar di Indonesia belum pernah mendapatkan pilihan kopi dengan kualitas sebaik SAECO. Ramuan istimewa saeco menawarkan kualitas yang terbaik, rasa yang mantap dan aroma yang memikat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kenikmatan kopi, konsumen kini mendapatkan pilihan yang beragam mulai dari espresso atau black coffee.
D . PENJUALAN HARGA PROMOSI Dari segi harga espresso dan black coffee 1sachet Rp 100.000. Ini merupakan harga yang sangat terjaukau oleh masyarakat luas sehingga mampu bersaing dengan kompetitornya. PROMOSI Spesialisasi produk yang ditawarkan merupakan kunci dan strategi PT Espresso italia untuk membidik pasar sehingga tetap melekat dengan lidah konsumen. Kopi SAECO yang diklaim menggunakan 100% biji kopi pilihan dan tanpa campuran mampu mempertahankan konsumennya sejak awal berproduksi hingga sekarang. Hal itulah yang memicu rasa optimisme Marketing Manager PT Espresso italia Thio Teddy bahwa produk kopi tubruk yang diproduksi oleh perusahaannya mampu bersaing dengan produk lainnya. Menurut dia, keunikan rasa dari biji kopi yang diolah membuat kopi tubruk hingga saat ini masih tetap bertahan di tengah persaingan dengan kopi instan.
E . PROSES PENGOLAHAN KOPI a. Perendangan Kopi (Penyangraian Kopi) Perendangan atau sering disebut penyangraian kopi adalah proses pemanasan kopi beras pada suhu 200o – 225o C yang bertujuan untuk mendapatkan kopi rendang yang berwarna coklat kehitaman. Dalam proses perendangan ini biji kopi akan mengalami dua tahap proses penting, yaitu penguapan air pada suhu 100o C dan pirolisis pada suhu 180o – 225o C. Pada tahap pirolisis, kopi mengalami perubahan-perubahan kimia antara lain penggarangan serat kasar, terbentuknya senyawa volatil, pengguapan zat-zat asam, dan terbentuknya zat beraroma khas kopi. Pada proses perendangan, kopi juga akan mengalami perubahan-perubahan warna yaitu berturut-turut dari hijau atau coklat muda menjadi coklat kayu manis, kemudian menjadi hitam dengan permukaan berminyak. Bila kopi sudah berwarna kehitaman dan mudah pecah (retak) maka penyangraian segera dihentikan, kopi segera diangkat dan didinginkan. Perendangan bisa dilakukan secara terbuka atau tertutup. Perendangan secara tertutup banyak dilakukan oleh pabrik atau industri-industri pembuatan kopi bubuk untuk mempercepat proses perendangan. Perendangan secara tertutup akan menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan mempunyai rasa agak asam akibat tertahannya air dan beberapa jenis asam yang mudah menguap, tetapi aromanya akan lebih tajam karena senyawa kimia yang mempunyai aroma khas kopi tidak banyak yang menguap. Selain itu kopi akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti bau bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran yang tidak sempurna.
Perendangan kopi oleh pedagang atau pabrik biasanya dilakukan secara tertutup dengan menggunakan mesin-mesin yang harganya cukup mahal seperti batch roaster, sehingga sering tidak terjangkau oleh industri kecil yang modalnya terbatas. Kini, BPP Bogor telah berhasil merancang mesin penyangrai sederhana dengan kapasitas + 15 kg kopi beras yang harganya cukup murah. Mesin ini mempunyai prinsip hampir sama dengan mesin yang digunakan oleh pabrik sehingga bisa menghasilkan kopi bubuk yang tidak kalah mutunya. Bagian terpenting dari alat penyangrai adalah silinder, pemanas, dan alat penggerak atau pemutar silinder. Cara menggunakannya, pertama-tama silinder dipanaskan hingga suhu tertentu dan diputar dengan kecepatan tertentu tergantung dari tipe alatnya. Pada alat rancangan BPP Bogor silinder dipanaskan hingga suhu + 340o C dengan putaran 20 putaran/menit. Setelah silinder dipanaskan pada suhu dan putaran tertentu, kemudian kopi dimasukkan ke dalam silinder. Sementara itu pemanasan dan pemutaran silinder tetap berlangsung. Bila kopi sudah mencapai tahap roasting point (kopi masak sangrai) pemanasan segera dihentikan dan kopi segera diangkat dan didinginkan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tahap roasting point tergantung pada jumlah kopi yang disangrai dan jenis alat penyangrai yang digunakan. Pada alat yang dirancang oleh BPP Bogor, untuk menyangrai 15 kg kopi diperlukan waktu + 1 jam, untuk 3 kg kopi diperlukan waktu hanya 15 menit.
b. Penggilingan Kopi (Penumbukan kopi) Penggilingan kopi adalah proses pemecahan (penggilingan) butir-butir biji kopi yang telah direndang untuk mendapatkan kopi bubuk yang berukuran maksimum 75 mesh. Ukuran butir-butir (partikel-partikel) bubuk kopi akan berpengaruh terhadap rasa dan aroma kopi. Secara umum, semakin kecil ukurannya akan semakin baik rasa dan aromanya, karena sebagian besar bahan-bahan yang terdapat di dalam kopi bisa larut dalam air ketika diseduh. Namun ada sementara orang yang lebih suka bubuk kopi yang tidak terlalu lembut. Penggilingan tradisional oleh para petani dilakukan dengan cara menumbuk kopi dengan alat penumbuk yang disebut lumpang dan alu. Lumpang terbuat dari kayu atau batu sedangkan alu terbuat dari kayu. Setelah ditumbuk sampai halus, bubuk kopi lalu disaring dengan ayakan paling besar 75 mesh. Bubuk kopi yang tidak lolos ayakan dikumpulkan dan ditumbuk lagi. Penggilingan oleh industri kecil atau oleh pabrik dilakukan dengan menggunakan mesin giling. Mesin ini biasanya sudah dilengkapi alat pengatur ukuran partikel kopi sehingga secara otomatis bubuk kopi yang keluar sudah mempunyai ukuran seperti yang diinginkan dan tidak perlu disaring lagi. Kopi yang sudah direndang dan digiling mudah sekali mengalami perubahan-perubahan, misalnya perubahan aroma, kadar air, dan ketengikan. Kopi bubuk yang disimpan di tempat yang terbuka akan kehilangan aroma dan berbau tengik setelah 2-3 minggu. Kehilangan aroma ini disebabkan karena menguapnya zat caffeol yang beraroma khas kopi, sedangkan ketengikan disebabkan karena adanya reaksi antara lemak yang terdapat dalam kopi dengan oksigen yang terdapat dalam udara. Untuk menghindari penurunan mutu kopi yang telah direndang selama penyimpanan, sebaiknya kopi disimpan sebelum digiling. Karena kopi rendang yang belum digiling mempunyai daya simpan 2-3 kali kopi yang telah digiling. Kopi yang sudah digiling sebaiknya segera disimpan dan dipak dengan lapisan yang kedap udara (misalnya plastik atau alumunium foil). Di pabrik yang cukup modern kopi bubuk biasanya dipak dalam kemasan atau kaleng yang hampa udara sehingga kopi dapat disimpan lebih lama.
F . Proses Pemilihan Biji Kopi 1. Pemetikan biji kopi Pemilihan biji kopi harus dengan teliti, agar tidak terbuang sia-sia.
2. Pemilihan biji kopi Pemilihan biji kopi terbaik yang beraroma nikmat agar di senangi konsumen.
3.Pencucian biji kopi Pencucian biji kopi agar bersih dari bakteri dan agar lebih steril.
4. Penjemuran biji kopi Proses ini agar aroma kopi lebih terasa.
5. Penyimpanan biji kopi setelah 4 tahap proses Proses penyimpanan biji kopi ini agar aromanya lebih terasa nikmat. Dan proses ini akan memakan waktu kurang lebih 10 tahun
6. Proses Penggorengan Agar aromanya lebih harum dan terasa enak ketika dinikmati
G .FLOW CHART Start Pemetikan Biji kopi Pemilihan biji kopi Pencucian biji kopi Penjemuran biji kopi Penyimpanan biji kopi Proses penggorengan
H . Visi dan Misi VISI Menjadi perusahaan kopi instan terkemuka dan terbesar di dunia MISI Mengubah paradigma cara penyajian kopi instan dengan menawarkan kepraktisan kopi celup bercita rasa khas tinggi. Market leader dalam pasar kopi instan. Menciptakan trend baru penyajian kopi untuk gaya hidup dinamis dan modern.
J . Tujuan Perusahaan TUJUAN Memenuhi kepuasan konsumen melalui kepraktisan penyajian kopi celup. Memaksimumkan profit perusahaan. MOTTO - Bagi kami, Kepuasan konsumen adalah segalanya
Sekian pembahasan dari kelompok kami apabila ada kesalahan dalam pengetikan dan materi, Karna kami masih dalam tahap pembelajaran . Jika ada kritik dan saran bisa hubungi PT. Espresso italia
PERTEMUAN 6 TENTANG KONSOLIDASI Jangka Pendek 1. Konsolidasi Barang A. Fisik (Gudang) B. Non-fisik (resi gudang) 2. Konsolidasi sumber pembiayaan A. Kredit Cinta Rakyat (KRC) B. Resi gudang C. LPDB D. Hibah dari APBD (Anggaran Pemerintah Daerah) E. Investor Transaksi perdagangan A. Koperasi – UPH dengan petani, industri & eksportir B. Pasar Lelang 4. Pembentukan sistem informasi pasar 5. Pembentukan Koperasi Primer & Sekunder
Jangka Menengah 1. Buffering system Penguasaan pangsa pasar (minimal 5% dari total transaksi) 2. Penjualan kopi specialty bermutu IG. 3. Konsolidasi pembentukan Asosiasi Eksportir Kopi Jawa Barat 4. Promosi Kopi di lingkungan Pemerintah Provinsi & Pemerintah Kabupaten/Kota 5. Promosi kopi dalam negeri 6. Promosi Kopi Luar Negeri dengan mengikuti expo 7. Penguatan sarana dan prasarana (pabrik, gudang, dll) 8. Museum & Pariwisata Kopi 9. Festival Kopi untuk budaya kopi 10. Integrasi skema usaha tani Kopi di lahan rakyat, kehutanan & HGU = Hak Guna Usaha 11. Industri Kopi milik petani 12. Pemuliaan kopi 13. Pembuatan Film Kopi (sejarah Kopi) 14. Menumbuhkembangkan ke-wirausaha-an di bidang Kopi yang terintegrasi. Jangka Panjang 1. Intensifikasi Kopi (pola tumpangsari) 2. Ekstensifikasi berbasis IG 3. Ekstensifikasi lahan kopi di areal HGU, rakyat dan kehutanan 4. Pembentukan kluster Industri Kopi 5. Perluasan pangsa pasar 6. PERDA Lahan Abadi Kopi 7. Keanggotaan CLEARING HOUSE di Asosiasi Kopi Dunia 8. Pengendalian & Perlindungan usaha (regulasi) 9. Outlet kopi di luar negeri 10. Industri mesin Perkoperasian 11. Budaya Kopi Jawa Barat
TERIMA KASIH