Oleh Tongam Sihol Nababan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Week 2 International Business Management Universitas Ciputra 2013 EXPORT – IMPORT MANAGEMENT (IBM0023)
Advertisements

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Research in Information Systems Imbas Implementasi e-Procurement pada Kinerja Operasional.
Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Oleh : Sulastin Savitri / /4SE2
OLEH CES (CAK EKO SUPENO)
PERAN KEWIRAUSAHAAN DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL
Konsep Dasar Manajemen Strategi: Karakteristik & Keunggulan Strategis
Konsep Dasar Manajemen Strategi: Karakteristik & Keunggulan Strategis
Strenghtening Role of Technology and Innovation As Driver for Economic Growth and Competitiveness Rachmawan Budiarto Jurusan Teknik Fisika – FT UGM Magister.
& Globalisasi Pendidikan Pancasila.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
PENGANTAR ILMU EKONOMI
MAKROEKONOMI LINGKUNGAN
PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
PROSPEK DAN TANTANGAN HUKUM INTERNASIONAL DI ASEAN DAN INDONESIA PASCA PIAGAM ASEAN: PERSPEKTIF HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Nandang Sutrisno.
Berbagai Istilah Dalam Perhitungan Pendapatan Nasional
PERAN DAN TANTANGAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGHADAPI MEA DALAM PERSPEKTIF MAKROEKONOMI DAN MIKROEKONOMI Oleh: Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian.
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat-Daerah
International Bussiness
PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Ekonomi Pembangunan.
GLOBALISASI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PENDAPATAN NASIONAL.
untuk Memperkuat Daya Saing SDM di Pasar Global
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
KEGIATAN EKONOMI NASIONAL
PERTEMUAN KE-2 PENDAPATAN NASIONAL
TRANSFORMASI STRUKTURAL
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Tugas Ekonomi Pendapatan Nasional dan Inflasi
PERTEMUAN 3 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Ella Ekaristy,S.Pd.
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
Pembangunan Ekonomi dan Indikator Pembangunan Ekonomi
Chapter 2 Comparative Economic Development
TUGAS MAKRO EKONOMI YULI OKTAVIANI
EKONOMI PEMBANGUNAN.
EKONOMI PEMBANGUNAN.
Overview Pembahasan Dalam Ekonomi Makro
LINGKUNGAN BISNIS 1. Lingkungan Ekonomi 2. Lingkungan Industri
KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN DAYA SAING
TUJUAN PERKULIAHAN Mengembangkan kemampuan dasar pengetahuan dan pengalaman dalam ekonomi warga negara Indonesia yang kreatif produktif berwawasan lokal,
Refleksi & Tindakan Negara Maju & Berkembang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
“Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri Nasional”
Integrasi Ekonomi Regional
Emerging Business Start up ecosystem #CEOLecturerSeries2015
By. Jeff Saperstein & Dr.Daniel Rouach Presented by Henny Oktavianti
Pembangunan Ekonomi dan Indikator Pembangunan Ekonomi
Integrasi Ekonomi Regional
ACFTA Asean-China Free Trade Area
PENGANTAR BISNIS G. A. SRI OKTARYANI, SE, MM.
Oleh : Setiawan Wakil Ketua DPD KNPI Kota Palangka Raya
MSDM Indonesia dalam MEA
TEORI INFLASI TEORI EKONOMI MAKRO Dr. Endri, SE. MA.
Mengapa Perlu Belajar Pasar Keuangan?.
ASEAN Economic Community dan prospeknya
Modal Insani (Human Capital) dan Pembangunan Ekonomi
Proposal Skripsi “Analisis Pengaruh Keterbukaan Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Sumatera Utara” Oleh: Rohani M Siburian NIM: Dosen.
Pembangunan Ekonomi dan Indikator Pembangunan Ekonomi
Pengaruh Quick Ratio, Net Profit Margin dan Firm Size Terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Indeks LQ45 (Periode Agustus 2014 s.d. Januari 2015)
KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN DAYA SAING
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN
“PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL” (2)
Pengukuran Pendapatan Nasional
Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Digital
Seminar Nasional Persaingan Usaha KPPU – FDPU
Bab 2 Data, Variabel, dan Indikator Ekonomi Makro
Transcript presentasi:

Oleh Tongam Sihol Nababan Hasil Penelitian ANALISIS PERKEMBANGAN GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX (GCI) NEGARA-NEGARA ASEAN-7 DAN HUBUNGANNYA DENGAN GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP) Oleh Tongam Sihol Nababan Jusmer Sihotang Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi – Universitas HKBP Nommensen 2017

PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir, konsep daya saing (competitiveness) telah muncul sebagai paradigma baru dalam pembangunan ekonomi. World Economic Forum (WEF) mendefinisikan daya saing (competitiveness) sebagai "seperangkat institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara" Masyarakat bisnis dunia menggunakan pemeringkatan sebagai alat untuk menentukan rencana investasi dan menilai kelayakan letak usaha yang baru. Salah satu pemeringkatan yang banyak dikenal para eksekutif bisnis dan pembuat kebijakan adalah pemeringkatan yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) dengan Global Competitiveness Index (GCI).

Salah satu tujuan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN. Gambar 1. 1. Peringkat daya saing Negara-Negara ASEAN Sumber : WEF - GCI 2014-2015 (2014)

Tabel 1. 2. Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan di Negara- negara ASEAN, 1998–Q1 2014 (y-o-y, %)

GCI dibangun dari 110 lebih komponen yang berbeda dan dikelompokkan ke dalam 12 pilar daya saing, dan pilar-pilar diklasifikasikan menjadi tiga komponen, yaitu : (a). "factors", yang menentukan lingkungan yang lebih baik untuk produktivitas yang tinggi (Bai, 2009), (b). "efficiency", yang terhubung dengan tenaga kerja, barang dan jasa pasar dan pengaruhnya terhadap efisiensi produksi (Qin et al., 2009), (c) "innovation", yang diperlukan untuk pertumbuhan keberlanjutan (Koong et al., 2011)

Menurut Kordalska & Olczyk (2016), pada kenyataannya, sebagian besar pilar ini diambil dari enam teori ekonomi utama : klasik, neoklasik, teori ekonomi Keynesian, ekonomi pembangunan, teori perdagangan, dan teori pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi sering menjadi “key drivers” secara bersamaan dalam pilar GCI, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan PDB dapat memprediksi Daya Saing Global Indeks (GCI). Begitu juga sebaliknya, bahwa GCI dapat menjadi prediktor yang baik terhadap pertumbuhan PDB.

Hal ini telah diperkuat oleh Lopez-Claros et al (2007) yang menyatakan bahwa GCI dapat "menentukan tingkat agregat pertumbuhan ekonomi ". Schwab (2015) juga memberikan argumen bahwa "perekonomian yang lebih kompetitif akan tumbuh lebih cepat dari waktu ke waktu".

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perkembangan serta membahas hasil peringkat indeks daya saing negara-negara ASEAN-7 sebagai gambaran dari kinerja dan potensi ekonomi. Untuk mengetahui faktor-faktor atau pilar-pilar manakah yang menjadi pendorong (driver) bagi peningkatan indeks daya saing global negara-negara ASEAN-7. Tujuan selanjutnya adalah untuk melihat hubungan dan pengaruh PDB terhadap indeks daya saing global negara-negara ASEAN-7.

Pertanyaan Penelitian Bagaimakah perkembangan Global Competitiveness Index (Indeks Daya Saing) negara-negara ASEAN-7 selama periode tahun 2008/2009 s.d. 2016/2017 ? Pilar-pilar manakah dari Global Competitiveness Index yang lebih dominan (power explanatories) berkontribusi terhadap peningkatan indeks daya saing global pada negara-negara ASEAN-7 ? Apakah Global Competitiveness Index (Indeks Daya Saing) berkorelasi dengan Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) pada negara-negara ASEAN-7 ? 4. Apakah Gross Domestic Product berpengaruh positif dan signifikan terhadap Global Competitiveness Index ?

METODE PENELITIAN Data penelitian Data penelitian adalah data sekunder, berupa Global Competitiveness Index (GCI) yang bersumber dari Laporan Badan World Economic Forum (WEF) yang berisikan skor dan rangking dari 7 negara ASEAN periode 2008/2009 s.d. 2016/2017 atau 9 tahun. Metode Analisis Analisis Deskriptif Perhitungan Nilai Bobot Tertimbang Analisis Regresi

HASIL & PEMBAHASAN Profil Negara-negara ASEAN Anggota ASEAN : Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja. ASEAN-7: Filipina, Indonesia, KambojaMalaysia, Singapura, Thailand, Vietnam.

Profil Negara-negara ASEAN (Sumber: International Monetary Fund, April 2017)

Indeks Daya Saing Global dan World Economic Forum (WEF) Indeks Daya Saing Global atau Global Competitiveness Index(GCI) adalah indeks yang digunakan untuk mengukur kemampuan negara-negara untuk menyediakan kemakmuran tingkat tinggi bagi warga negaranya. GCI dicipta oleh Prof. Klaus Schwab (979), Executive Chairman WEF, kemudian dikembangkan oleh Xavier Salai Martin (2005 ), dan sejak saat itu metode dan berbagai hasil laporan GCI diumumkan.  Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum-WEF) adalah sebuah yayasan organisasi non profit yang didirikan di Jenewa dan terkenal dengan pertemuan tahunannya di Davos, Swiss yang selalu mempertemukan para pemimpin atas bisnis dunia, pemimpin politik seluruh dunia, cendekiawan dan wartawan terpilih untuk mendiskusikan masalah penting yang dihadapi dunia termasuk kesehatan dan lingkungan

Komponen-komponen Indeks Daya Saing Global dan Persentase Bobot

Perkembangan GCI ASEAN-7

Analisis Faktor-faktor Pendorong (Drivers) Indeks Daya Saing Berdasarkan Bobot Subindex dan Pilar-pilar Daya Saing Untuk menganalisis faktor-faktor pendorong (drivers) yang berkontribusi terhadap perubahan indeks daya saing masing-masing negara ASEAN-7, maka dilakukan langkah-langkah berikut: Menentukan posisi tahapan pembangunan suatu negara berdasarkan kategori GDP perkapita. Menentukan bobot (%) masing-masing sub indeks untuk masing-masing tahapan pembangunan. Menghitung bobot masing-masing pilar daya saing berdasarkan bobot subindeks dan bobot masing-masing pilar. Menghitung nilai perubahan indeks daya saing untuk masing-masing pilar dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya. Menghitung bobot kontribusi masing-masing pilar terhadap perubahan indeks daya saing.

Negara GDP Per Kapita (US $) Tahapan Pembangunan Keterangan Posisi Tahapan Pembangunan Negara-negara ASEAN-7 (Sumber: World Economic Forum Report 2016-2017, diolah). Negara GDP Per Kapita (US $) Tahapan Pembangunan Keterangan Filipina 2,858.1 Transisi 1 Transisi Tahap 1 ke Tahap 2 Indonesia 3,362.4 Tahap 2 Efficiency-driven Kamboja 1,168 Tahap 1 Factor-driven Malaysia 9,556.8 Transisi 2 Transisi Tahap 2 ke Tahap 3 Singapura 52,887.8 Tahap 3 Innovation-driven Thailand 5,742.3 Vietnam 2,088.3

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Negara Filipina % Subindeks % Pilar Bobot Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 60% 25% 15% 3.62 3.44 0.18 2.70% Infrastructure 3.37 2.86 0.51 7.65% Macroeconomic environment 5.88 5.21 0.67 10.05% Health and primary education 5.57 5.17 0.4 6.00% Higher education and training 40% 17% 7% 4.6 4.1 0.5 3.40% Good market efficiency 4.07 4.08 -0.01 -0.07% Labor market efficiency 4.04 -0.04 -0.27% Financial market development 4.22 4.09 0.13 0.88% Technological readiness 3.61 3.26 0.35 2.38% Market size 4.88 4.5 0.38 2.58% Business shopistication 10% 50% 5% 4.15 4.26 -0.11 -0.55% Innovation 3.38 3.04 0.34 1.70%

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Negara Indonesia % Subindeks % Pilar Bobot Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 40% 25% 10% 4.1 3.89 0.21 2.10% Infrastructure 4.24 2.95 1.29 12.90% Macroeconomic environment 5.51 4.91 0.6 6.00% Health and primary education 5.28 5.26 0.02 0.20% Higher education and training 50% 17% 9% 4.5 3.88 0.62 5.27% Good market efficiency 4.4 4.67 -0.27 -2.30% Labor market efficiency 3.8 4.59 -0.79 -6.72% Financial market development 4.33 4.48 -0.15 -1.28% Technological readiness 3.54 3.02 0.52 4.42% Market size 5.71 5.11 5.10% Business shopistication 5% 4.55 -0.22 -1.10% Innovation 3.99 3.42 0.57 2.85%

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Negara Kamboja % Subindeks % Pilar Bobot Pilar Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 60% 25% 15% 3.46 3.44 0.02 0.30% Infrastructure 3.17 2.77 0.4 6.00% Macroeconomic environment 5.02 4.39 0.63 9.45% Health and primary education 5.2 4.27 0.93 13.95% Higher education and training 35% 17% 6% 2.88 2.66 0.22 1.31% Good market efficiency 4.24 4 0.24 1.43% Labor market efficiency 4.71 -0.32 -1.90% Financial market development 4.06 2.96 1.1 6.55% Technological readiness 3.28 2.42 0.86 5.12% Market size 0.32 1.90% Business shopistication 5% 50% 3% 3.47 3.41 0.06 0.15% Innovation 2.83 2.67 0.16 0.40%

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Negara Malaysia Pillar % Subindeks % Pilar Bobot Pilar Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 30% 25% 8% 4.97 4.91 0.06 0.45% Infrastructure 5.42 5.25 0.17 1.28% Macroeconomic environment 5.43 0.00% Health and primary education 6.15 6.11 0.04 0.30% Higher education and training 50% 17% 9% 4.96 4.63 0.33 2.81% Good market efficiency 5 0.25 2.13% Labor market efficiency 4.77 4.86 -0.09 -0.77% Financial market development 5.4 -0.44 -3.74% Technological readiness 4.81 4.41 0.4 3.40% Market size 5.03 4.65 0.38 3.23% Business shopistication 20% 10% 5.16 4.99 1.70% Innovation 4.72 4.28 0.44 4.40%

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Negara Singapura Pillar % Subindeks % Pilar Bobot Pilar Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 20% 25% 5% 6.1 6.19 -0.09 -0.45% Infrastructure 6.5 6.39 0.11 0.55% Macroeconomic environment 6.15 5.74 0.41 2.05% Health and primary education 6.75 6.24 0.51 2.55% Higher education and training 50% 17% 9% 6.29 5.56 0.73 6.21% Good market efficiency 5.78 5.83 -0.05 -0.42% Labor market efficiency 5.8 5.71 0.09 0.76% Financial market development 5.69 5.94 -0.25 -2.13% Technological readiness 6.14 5.65 0.49 4.16% Market size 4.7 4.41 0.29 2.47% Business shopistication 30% 15% 5.18 5.25 -0.07 -1.05% Innovation 5.33 5.08 0.25 3.75%

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Negara Thailand Pillar % Subindeks % Pilar Bobot Pilar Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 40% 25% 10% 3.73 4.17 -0.44 -4.40% Infrastructure 4.39 4.67 -0.28 -2.80% Macroeconomic environment 6.12 5.41 0.71 7.10% Health and primary education 5.53 5.61 -0.08 -0.80% Higher education and training 50% 17% 9% 4.54 4.31 0.23 1.96% Good market efficiency 4.66 4.53 0.13 1.11% Labor market efficiency 4.23 4.98 -0.75 -6.38% Financial market development 4.6 -0.21 -1.79% Technological readiness 4.3 3.37 0.93 7.91% Market size 5.22 4.92 0.3 2.55% Business shopistication 5% 4.27 4.43 -0.16 Innovation 3.43 3.38 0.05 0.25%

Kontribusi Pilar-pilar Terhadap Perubahan Indeks Daya Saing Vietnam Pillar % Subindeks % Pilar Bobot Pilar Skor 2016-2017 2008-2009 ∆ Nilai Kontribusi Terhadap ∆ GCI (1) (2) a=(1)x(2) (3) (4) b=(3)-(4) (a)x(b) Institutions 60% 25% 15% 3.76 3.87 -0.11 -1.65% Infrastructure 3.88 2.86 1.02 15.30% Macroeconomic environment 4.55 4.91 -0.36 -5.40% Health and primary education 5.79 5.29 0.5 7.50% Higher education and training 40% 17% 7% 4.11 3.36 0.75 5.10% Good market efficiency 4.21 4.17 0.04 0.27% Labor market efficiency 4.33 4.52 -0.19 -1.29% Financial market development 4.06 -0.18 -1.22% Technological readiness 3.51 3.12 0.39 2.65% Market size 4.85 4.41 0.44 2.99% Business shopistication 10% 50% 5% 3.64 3.84 -0.2 -1.00% Innovation 3.29 3.35 -0.06 -0.30%

Hubungan Indeks Daya Saing Dengan GDP

Filipina

Indonesia

Kamboja

Malaysia

Singapura

Thailand

Vietnam

Pengaruh GDP Terhadap GCI Negara LGDPa) R2 t-value ASEAN 0,519 0,269 4,737*** Filipina 0,904 0,817 5,587*** Indonesia 0,859 0,738 4,445*** Kamboja 0,791 0,625 3,416** Malaysia 0,740 0,548 2,915** Singapura 0,892 0,795 5,215*** Thailand 0,457 0,209 1,361 Vietnam 0,647 0,418 2,244* Dependent Variable: GCI ; a) Standarized Coefficient *** significant at level of 1%, ** significant at level of 5%, * significant at level of 10%

Interpretasi: Selama periode 2008/2009 – 2016/2017 GCI ASEAN = 0,519LGDP Peningkatan 1% (US $ 19.21 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,519 poin). GCI FILIPINA = 0,904LGDP Peningkatan 1% (US $ 2,19 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,904 poin). GCI INDONESIA = 0,859LGDP Peningkatan 1% (US $ 7,26 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,859 poin). GCI KAMBOJA = 0,791LGDP Peningkatan 1% (US $ 0,13 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,719 poin). GCI MALAYSIA = 0,740LGDP Peningkatan 1% (US $ 2,61 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,740 poin). GCI SINGPURA = 0,892LGDP Peningkatan 1% (US $ 2,42 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,892 poin). GCI THAILAND = 0,457LGDP Peningkatan 1% (US $ 3,30 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,457 poin). GCI VIETNAM = 0,647LGDP Peningkatan 1% (US $ 1,29 billion) GDP ASEAN-7 akan dapat menaikkan GCI sebesar 0,647 poin).

KESIMPULAN Selama periode 2008/2009 s.d. 2016/2017 indeks daya saing global masing-masing negara ASEAN-7 terus mengalami kenaikan, kecuali negara Kamboja. Selama periode 2008/2009 s.d. 2016/2017 peringkat daya saing masing-masing negara ASEAN-7 di tingkat dunia terus mengalami kenaikan, kecuali negara Malaysia dan Kamboja. Negara Filipina, Indonesia, dan Vietnam menunjukkan peningkatan peringkat daya saing yang sangat signifikan.

4. Pilar-pilar pada subindeks basic requirement masih mendominasi kontribusi terbesar terhadap peningkatan indeks daya saing bagi negara Indonesia, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. 5. Sedangkan untuk negara Malaysia dan Singapura subindeks efficiency enhancers dan innovation-shopistication telah mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan indeks daya saing. 6. Hasil estimasi menunjukkan bahwa GDP negara ASEAN-7 berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan indeks daya saing global, kecuali untuk negara Thailand.

Referensi Hutabarat, Budiman F. (2014). Memperkuat Daya Saing Produk Pertanian : Peningkatan Kinerja Pembangunan Pertanian Indonesia Tidak Semata-mata Bertumpu Pada Daya Saing, http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/memperkuat_dayasaing_produk_pe/BAB-II-1.pdf Kordalska, A., & Olczyk, M. (2016). Global Competitiveness and Economic Growth: A One-Way or Two-Way Relationship?. Equilibrium. Quarterly Journal of Economics and Economic Policy, 11(1), p. 121-142. DOI: http://dx.doi.org/10.12775/ EQUIL.2016.006 Bai, S. (2009). Measuring Financial Integration in the BRIC Nations. International Journal of Services and Standards, 5(3). p. 257-275, DOI: http://dx.doi.org/10.1504/IJSS.2009.028676 Qin, H., Prybutok, V. R., & Peak, D. A. (2009). Service Quality in the USA and Mainland China’s Fast-food restaurants. International Journal of Services and Standards, 5(4). p 291-315, DOI: http://dx.doi.org/10.1504/IJSS.2009.032174. European Commission, European Competitiveness Report, 2000-2002.

Koong, K. S. , Flores, J. , Sun, J. & Liu, L. C. (2011) Koong, K. S., Flores, J., Sun, J. & Liu, L. C. (2011). Health Information Technology Performance Measures: a Lifecycle Analysis. International Journal of Services and Standards, 7(3/4), p. 181-196, DOI: http://dx.doi.org/10.1504/IJSS.2011.045048. Lopez-Claros, A., Altinger, L., Blanke, J., Drzeniek, M. & Mia, I. (2006). The Global Competitiveness Index: Identifying the Key Elements of Sustainable Growth. The Global Competitiveness Report 2006-2007. World Economic Forum, Palgrave Macmillan. Schwab, K. (2015). The Global Competitiveness Report 2014-2015. URL : http://www.weforum.org. Martin, R. L. 2004. A Study on the Factors of Regional Competitiveness. A draft final report for the European Commission, Directorate-General Regional Policy, Cambridge Econometrics.URL : http://ec.europa.eu/regional_policy/sources/docgener/studies/pdf/3cr/competitiveness.pdf IDABC eGovernment Observatory, 2005, The Impact of e-Government on Competitiveness, Growth and Jobs. URL : http://www.cisco.com/c/dam/global/de_de/assets/pdfs/publicsector/egov_competitiveness_02_05.pdf Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Programme on Technology and the Economy, 1992.

McArthur, J. W. and Sachs, J. D McArthur, J.W. and Sachs, J.D. (2002) ‘The growth competitiveness index: measuring technological advancement and the stages of development’, in Porter, M.E., Sachs, J.D., Cornelius, P.K., McArthur, J.W. and Schwab, K. (Eds): The Global Competitiveness Report 2001–2002, Oxford University Press, New York, pp.28–51. Wikipedia, 2017, World Economic Forum, Laporan Daya Saing Global, https://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_Daya_Saing_Global ; http://www.weforum.org/en/initiatives/gcp/Global%20Competitiveness%20Report/index.htm Ramadhan, B. (2017), Tingkat Daya Saing Negara-Negara Dunia Tahun 2017-2018, Indonesia Naik Peringkat!, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/04/. Tambunan, Tulus T.H., 2011, “DAYA SAING GLOBAL INDONESIA: WORLD ECONOMIC FORUM 2011-2011”, Center for Industry, SME and Business, in : Advancing Indonesia's Civil Society in Trade and Investment Climate (ACTIVE) Programme, KADIN Indonesia. Nababan, T.S. (2014), Membangun Sustainable Entrepreneurship Untuk Meningkatkan Daya Saing Global, Prosiding “National Seminar & Call for Paper “The Impact of ASEAN Economic Community 2015: Opportunities & Benefits for Indonesians Entrepreneurs”, Faculty of Economics, Maranatha Christian University, held on 22 – 24 May 2014, Bandung.