UJI BEDA RATAAN GRUP PERLAKUAN METODE ORTOGONAL KONTRAS
PERBANDINGAN ORTOGONAL Kualitatif Ortogonal kontras Kuantitatif Ortogonal Polinomial METODE ORTOGONAL KONTRAS Sifat kualitatif Dapat direncanakan sebelum percobaan dilakukan Banyak pembandingan tidak lebih dari db perlakuan Pemilihan kontras disesuaikan tujuan penguraian perlakuan dalam komponen- komponennya adanya penguraian JK ke dalam komponen- komponennya
Ortogonal kontras Membandingkan antar kelompok perlakuan khusus kualitatif Pembandingan antar kelompok perlakuan Pembandingan dalam kelompok perlakuan Dapat dikerjakan apabila perlakuan menunjukkan pengaruh nyata
METODE ORTOGONAL KONTRAS Metode ini digunakan terhadap perlakuan yang telah direncanakan sebelum percobaan berlangsung dinyatakan dalam suatu Hipotesis. Disebut juga Uji F-terencana (F-planned test) Hanya digunakan jika peluang Hipotesis diterima besar. Jika hipotesis yang diajukan tidak diterima peneliti terpaksa menyusun hipotesis baru untuk menentukan perlakuan optimum. Konsekuensinya analisis ortogonal kontras diulang lagi.
METODE ORTOGONAL KONTRAS Jika H0 diterima Metode Ortogonal Kontras merupakan metode uji sederhana dan singkat. Jika H0 ditolak Metode Ortogonal Kontras akan lebih panjang dan rumit dibandingkan uji konvensional (ANOVA + UJI LANJUT) Hanya digunakan pada perlakuan yang dikontraskan kelompok perlakuan memiliki ciri yang kontras. Ciri kontras Faktor kualitas pengujian mutu perlakuan
PROSEDUR ANALISIS UJI ORTOGONAL KONTRAS Tahap 1 Analisis JK utama seperti dalam UJI ANOVA menurut Rancangan Percobaan yang digunakan. Tahap 2 Analisis JK Perlakuan rincian, yang merupakan lanjutan dari JK Perlakuan pada JK Utama (Tahap 1) sesuai dengan rencana pengujian sebelum percobaan.
PROSEDUR KONTRAS Menurut Kontras ber-db tunggal Kontras ber-db tunggal merupakan fungsi linier (L) dari jumlah-jumlah perlakuan L = TCiJi C1J1 + C2J2 + ….+ CtJt Dimana : Ci = koefisien kontras ke-i Ji = jumlah nilai pengamatan ke-i t = banyaknya perlakuan TCi = Jumlah koefisien kontras = O r = Jumlah lokal kontrol (ulangan)
JKL = L2 = L2 r T (Ci2) rK K = TCi2 Dua kontras ber-db tunggal dikatakan ortogonal jika jumlah perkalian silang (JPS) dari koefisien keduanya = O. L1 = C11J1 + C12J2 + …+ C1tJt L2 = C21J1 + C22J2 + ….+ C2tJt JPS = C11C21 + C12C22+ ….+C1tC2t =O
PROSEDUR KONTRAS Suatu GRUP KONTRAS P berderajat bebas tunggal (P > 2) dikatakan Ortogonal Mutual jika setiap pasangan dari semua pasangan kontras yang ada dalam grup bersifat ORTOGONAL. Untuk percobaan dengan t perlakuan maksimum dari kontras ortogonal ber-db tunggal yang dapat dibentuk adalah sebanyak t – 1 = db = v JK Perlakuan = JKL1 + JKL2 + …+ JKLv
Contoh yang tidak perlu diuji Penelitian pengujian 6 varietas jagung, dimana A dan B : varietas lokal C, D, E dan F : varietas unggul Digunakan RAK 4 ulangan Misal anova telah dikerjakan
Contoh : hasil pengamatan jumlah buah tomat Perlakuan Ulangan Total 1 2 3 4 V1 22,32 28,02 27,37 28,47 106,18 V2 19,10 23,46 27,35 19,37 89,28 V3 26,92 29,50 28,09 32,52 117,03 V4 27,32 21,89 24,89 21,72 95,82 V5 38,77 25,64 29,82 37,32 131,55 V6 40,32 34,13 27,12 22,59 124,16 174,75 162,64 164,64 161,99 664,02
Pertanyaan pengujian Adakah perbedaan antara varietas lokal dengan varietas unggul Adakah perbedaan diantara varietas lokal Adakah perbedaan diantara varietas unggul
Susun tabel analisis ragam, mulai dari JK, KT dan F hitung SK Db JK KT Fhit Ftab 5% Ftab 1% Ulangan 3 17,63 5,87 0,22tn 3,24 5,29 Perlakuan 5 339,155 67,83 2,61tn 2,85 4,44 Galat 16 390,062 26,004 Total 23 746,847 Perlakuan varietas berbeda tidak nyata tidak perlu diuji kontras
CONTOH KASUS Di daerah Bojonegoro dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh pemupukan P dengan cara pemberiannya terhadap hasil krosok tembakau Virginia. Ada 6 perlakuan yang dicoba : A : tanpa dipupuk P B : dipupuk 40 kg P2O5/ha dengan ditugal C : dipupuk 40 kg P2O5/ha dengan pemberian melingkar tanaman, dangkal D : dipupuk 40 kg P2O5/ha, dengan pemberian melingkar tanaman, dalam E : dipupuk 60 kg P2O5/ha, dengan ditugal F : dipupuk 60 kg P2O5/ha, dengan pemberian melingkar G : dipupuk 60 kg P2O5/ha, dengan pemberian melingkar
Pupuk dasar 60 kg N + 75 kg K2O/ha Pupuk dasar 60 kg N + 75 kg K2O/ha. Percobaan menggunakan RAK, dengan 3 ulangan. Hasil percobaan tersaji sbb : Perlakuan Ulangan Total Rata-rata I II III ……….ton krosok/ha ………. A 0.825 0.750 0.815 2.390 0.80 B 1.335 1.300 1.355 3.990 1.33 C 1.357 1.325 1.405 4.087 1.36 D 1.500 1.555 1.575 4.630 1.54 E 1.495 1.600 1.625 4.720 1.57 F 1.650 1.675 1.700 5.025 1.68 G 1.725 1.690 1.750 5.165 1.72 9.887 9.895 10.225 30.007
ANOVA Perlakuan Rata-rata (ton/ha) A 0.8 B 1.33 C 1.36 D 1.54 E 1.57 F SK db JK KT F hitung F5% F1% Ulangan 2 0.01062 0.00531 4.87* 3.88 6.93 Perlakuan 6 1.78249 0.29708 272.55** 3.00 4.82 Galat 12 0.01309 0.00109 Total 20 1.8062 Perlakuan Rata-rata (ton/ha) A 0.8 B 1.33 C 1.36 D 1.54 E 1.57 F 1.68 G 1.72
KONTRAS Macam perbandingan A B C D E F G Pem bagi (TP) (P1 T) (P1 Mdk) (TP) (P1 T) (P1 Mdk) (P1 Mdl) (P2 T) (P2 Mdk) (P2 Mdl) 2.390 3.990 4.087 4.630 4.720 5.025 5.165 1. Respons terhadap P 6 -1 42 2. P1 vs P2 1 3. T vs (Mdk + Mdl) 2 12 4. Mdk vs Mdl 4 5. (P1 vs P2) vs (T vs Mdk+Mdl) -2 6. (P1 vs P2) vs (Mdk vs Mdl)
MENGHITUNG ANOVA
MENGHITUNG ANOVA = 4.69 x 10 -6 JK (P1 lw P2) (Mdk lw Mdl) = (-0.403) 2 = 0.01353 3 x 4
ANOVA SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ulangan 2 0.01062 0.00531 4.87* 3.88 6.93 Perlakuan 6 1.78249 0.29708 272.55** 3.00 4.82 1. Respons terhadap P 1 1.39904 1283.52** 4.75 9.33 2. P1 vs P2 0.26962 247.36** 3. T vs (Mdk + Mdl) 0.06142 56.35** 4. Mdk vs Mdl 0.03887 35.66** 5. (P1 vs P2) vs (T vs Mdk+Mdl) 4.69 . 10-6 0.0043 6. (P1 vs P2) vs (Mdk vs Mdl) 0.01353 12.41** Galat 12 0.01309 0.00109 Total 20 1.8062
KESIMPULAN Pupuk P sangat diperlukan oleh tembakau di Bojonegoro. Tanpa P menghasilkan (6x 2.390)/(3x6) = 0.80 ton krosok/ha. Penambahan P, rata-rata menghasilkan (3.990 + 4.087 + 4.630 + 4.720 + 5.025 + 5.165)/ (3x6) = 1.53 ton/ha. Dosis P perlu ditingkatkan dari 40 menjadi 60 kg P2O5/ha. P1 rata-rata menghasilkan (3.990 + 4.087 + 4.630 )/(3x3) = 1.41 ton/ha. P2 rata-rata menghasilkan (4.720+5.025+5.165)/(3x3) =1.67 ton/ha
KESIMPULAN Cara pemberian P melingkar pohon lebih baik dibandingkan tugal. Tugal rata-rata menghasilkan {(2 x 3.990)+(2x4.720)}/(3x4) = 1.45 ton/ha, sedangkan melingkar pohon menghasilkan (4.087 + 4.630+5.025+5.165)/(3x4) = 1.58 ton/ha Cara pemberian P melingkar pohon dalam lebih baik dibandingkan dengan melingkar dangkal. Melingkar dangkal rata-rata menghasilkan (4.087+5.025)/(3x2) = 1.52 ton/ha. Sedangkan melingkar dalam menghasilkan (4.630 + 5.165)/(3x2) = 1.63 ton/ha. Peningkatan dosis P1 ke P2 pada cara tugal sama baiknya dengan cara melingkar
KESIMPULAN Interaksi P x cara pemberian ½ (0.25 – 0.24) = 0.005 atau ½ (0.13-0.12) = 0.005 Melihat kecilnya angka, yaitu hanya 0.005 ton krosok/ha, maka interaksi tersebut tidak nyata anova tidak nyata P1 P2 Selisih T 1.33 1.57 0.24 Mdk + Mdl 1.45 1.70 0.25 0.12 0.13
Peningkatan dari P1 ke P2 pada melingkar dangkal tidak sama dengan pada melingkar dalam Interaksi P x Cara pemberian ½ (0.18 – 0.32) = - 0.07 atau ½ (0.04 – 0.018) = - 0.07 Peningkatan dosis P1 ke P2 efektif untuk pemberian cara melingkar yang dangkal. Ada dugaan bahwa P yang diberikan melingkar dangkal dapat diserap tanaman secara sempurna. P1 P2 Selisih Mdk 1.36 1.68 0.32 Mdl 1.54 1.72 0.18 0.04
TERIMA KASIH