DALAM iklan MEDIA LUAR RUANG PENGGUNAAN BAHASA DALAM iklan MEDIA LUAR RUANG Tim Peneliti Mk Sosiolingistik 2014--2015* Fakultas Bahasa dan Sastra, Prodi BI
1. Pengantar Konsep Media Luar Ruang Media luar ruang merupakan salah satu media yang digunakan di luar ruang yang bertujuan menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa (Media luar ruang adalah wadah iklan dipromosikan.)
Bilingualisme/multilingualisme Keadaan Kebahasaan Komunitas/Insan Periklanan: Bilingualisme dan Diglosia Bilingualisme/multilingualisme ‘Keadaan masyarakat yang biasa menggunakan dua atau lebih bahasa atau variasi bahasa‘ dalam kegiatan sehari-harinya’ Bahasa Indonesia (BI) Bahasa Daerah (BD) (>760-an) + Variasinya Bahasa Asing (BA) digunakan sesuai dengan fungsi, situasi, serta konteks berbahasa. Bilingual ‘pemakaian dua atau lebih bahasa, atau variasi bahasa, secara bergantian oleh penutur yang sama’ Bilingualitas/ bilinguality ‘kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa/menggunakan dua bahasa atau lebih’
Diglosia “pembedaan fungsi sosiolinguistik bahasa tertentu dalam masyarakat yang ditandai oleh dua variasi yang berbeda dari satu bahasa yang digunakan dalam masyarakat: yang satu merujuk ke variasi tinggi (ragam tinggi/BI resmi/baku; yang satu lagimerujuk pada ragam bahasa rendah/BI ragam tak resmi” Keadaan kebahasaan warga komunitas media luar ruang secara individual juga diduga bilingualisme dan diglosia. Mereka individu-individu yang bilingual tinggi: menguasai bhs. ibu/BD, BI, dan BA.
Produk Bilingualisme Gejala alih kode (code-switching) ‘penggunaan dua bahasa atau variasi bahasa oleh seorang bilingual secara berganti-ganti di dalam wacana yang sama’ Pembicara/bilingual beralih dari perangkat sistem bahasa yang satu ke perangkat sistem bahasa yang lain (BI ke BD atau ke BA); juga dapat dari ragam formal ke ragam santai atau dari satu dialek ke dialek yang lain. Penutur yang beralih kode itu merupakan seorang bilingual tinggi. Faktor pendorongnya adalah lawan bicara, topik pembicaraan, dorongan psikologis si pembicara.
2. Gejala campur kode (code-mixing) ‘pengambilan elemen secara tetap dari bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang dipakai karena tidak ada elemen yang tepat dalam bahasa yang dipakainya itu dan elemen itu tidak dikembalikan/integratif: seluruh unsur serapan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. 3. Gejala interferensi (interference) ‘perubahan bentuk bahasa sebagai akibat dari penerapan dua buah sistem bahasa yang berbeda secara bersamaan/serempak pada diri seorang bilingual sebagai akibat dari kontak bahasa’. Faktor pendorong terjadinya interferensi itu adalah kontak bahasa. kontak bahasa terjadi pada seorang bilingualketika menggunakan dua sistem bahasa. ini terjadi lazimnya ketika seseorang sedang belajar bahasa kedua. Sehubungan dengan kajian ini, gejala alih kode dan interferensi juga diduga keras sangat tinggi frekuensinya.
Atas dasar latar belakang itu, penelitian merumuskan masalah sebagai berikut. (1) Adakah terjadi gejala interferensi dan alih kode pada penggunaan bahasa iklan media luar ruang? (2) Jika ada gejala tersebut, pada tataran apa sajakah interferensi dan alih kode itu terjadi: tataran leksikal, tataran morfologis, ataukah tataran sintaksis? (3) Sejauh manakah frekuensi terjadinya interferensi dan alih kode pada setiap tataran itu dan hubungannnya dengan faktor seting/jenis produk yang diiklankan? (4) Faktor apa saja yang mendorong terjadinya interferensi dan alih kode pada penggunaan bahasa dalam iklan itu?
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ada atau tidaknya gejala interferensi dan alih kode dalam penggunaan bahasa Indonesia pada iklan media luar ruang dengan ruang lingkup: tataran terjadinya gejala interferensi tersebut (tataran leksikal, tataran morfologi, atau tataran sintaksis); frekuensi terjadinya interferensi dan alih kode pada setiap tataran itu (tataran leksikal, tataran morfologi, atau tataran sintaksis); hubungan antara frekuensi terjadinya interferensi dan alih kode pada setiap tataran tersebut (tataran leksikal, tataran morfologi, dan tataran sintaksis)dan faktor seting/jenis produk yang diiklankannya.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya memperkaya perbendaharaan studi bahasa dengan pendekatan sosiolinguistik, khususnya terhadap penggunaan bahasa media luar ruang.
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI YANG DIGUNAKAN Penelitian tentang iklan pernah dilakukan oleh Lumintaintang (1990) , Iyutha (), Kasno (2006) Teori yang digunakan adalah teori Sosiolinguistik yang dikemukakan oleh Lumintaintang (1986,1990,2000,2008), khususnya tentang bilingualisme dengan diglosia serta produknya: alih kode, campur kode, dan interferensi
Variabel yang diduga sangat menentukan tinggi atau rendahnya frekuensi terjadinya interferensi dan alih kode pada setiap tataran linguistik dalam data sampel iklan adalah seting/jenis iklan yang menjadi sampel penelitian.
Asumsi penelitian ini bertolak dari keadaan kebahasaan di Indonesia yang bilingualisme dan diglosia; sebagai anggota warga masyarakat Indonesia, apalagi tinggal di Jakarta, pengiklan/pelaku iklan diduga keras memiliki latar kebahasaan yang bilingual tinggi sehingga diduga keras juga terjadi gejala interferensi dan alih kode dari bahasa sumber ke bahasa yang lain, dalam hal ini BI ke non-BI (BD/Dialek/BA). Hipotesis kerja adalah bahwa variabel jenis iklan media luar ruang menentukan tinggi atau rendahnya terjadinya gejala interferensi dan alih kode. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang erat antara tinggi atau rendahnya frekuensi gejala interferensi serta alih kode dan faktor jenis iklan media luar ruang.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) Populasi penelitian adalah penggunaan bahasa dalam iklan media luar ruang, di sepanjang Jln. Pasar Minggu, dengan menentukan sampel iklan melalui teknik acak bertujuan (random sampling purposive), yang menentukan dan memilih sampel demi kemudahan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2003). Dengan menggunakan teknik sampel acak bertujuan (random sampling purposive) itu, diperoleh sampel data sebanyak 36 wacana iklan, dengan rincian seperti tampak dalam tabel berikut
SAMPEL PENELITIAN PENGGUNAAN BAHASA DALAM IKLANMEDIA LUAR RUANG TABEL I SAMPEL PENELITIAN PENGGUNAAN BAHASA DALAM IKLANMEDIA LUAR RUANG No. Jenis iklan Iklan Niaga Jumlah Wacana Iklan Jumlah Kalimat 1. Makanan 13 wacana 22 kalimat 2. Minuman 3 wacana 10 kalimat 3. Telepon 5 wacana 7 kalimat 4. Motor 2 wacana 3 kalimat 5. Jasa 6 kalimat 6. Rokok 1 wacana 2 kalimat 7. Lampu 8. Bank 9. Toko swalayan 1 kalimat 10. Layanan Masyarakat 4 kalimat 36 wacana 59 kalimat
Metode Penelitian Sosiolinguitik Sesuai dengan permasalahan yang dikaji, kami menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan sosiolinguisik. Sebagai sebuah studi antardisiplin, metodologi penelitian sosiolinguistik adalah yang lazim digunakan pada disiplin ilmu sosiologi dan antropologi. (Lumintaintang, 1990: 5); ia menyatakan bahwa metode itu berupa (a) survei, (b) pengamatan, (c) wawancara mendalam, dan (d) pengamatan berpartisipan. Sehubungan dengan penelitian ini, kami hanya menggunakan metode survei dan pengamatan.
(2) tim peneliti memfoto setiap iklan yang menjadi sampel data kajian. Metodologi penelitian sosiolinguitik diuraikan ke dalam tiga hal: (1) pengumpulan data, yang mendeskripsikan metode dan teknik yang digunakan; (2) pemrosesan data, yang menguraikan bagaimana data diolah, dan (3) analisis data, yang menjelaskan bagaimana data yang sudah diproses itu dianalisis. Untuk kepentingan penulisan makalah ini, data dikumpulkan dengan langkah berikut: (1) tim peneliti secara estafet memulai pengumpulan data dari rambu lalu-lintas Pasar Minggu; (2) tim peneliti memfoto setiap iklan yang menjadi sampel data kajian.
INTERFERENSI PADA TATARAN LEKSIKAL a. Bahasa Sunda RUMAH MAKAN BAKSO BR A4 Bakmi Raos BERANI DIADU RASANYA INTERFERENSI PADA TATARAN MORFOLOGI a. Dialek Jakarta Iklan kopi Kopi ABC Bikin Hidup MAKIN MANTAP! PENGGUNAAN ALIH KODE (Code-Switching) Tataran Sintaksis Iklan permen (niaga) SAY NO TO DRUGS SAY YES! TO BLASTER POP Lolipop isi buah
Pemrosesan data atau pengolahan data dilakukan dengan langkah berikut: Tim peneliti mentranskripsi penggunaan bahasa yang tertulis dalam foto iklan data sampel yang telah terkumpul tersebut. Tim peneliti mengklasifikasi data sampel dengan (menggolong-golongkan ) data sampel atas iklan niaga dan iklan layanan masyarakat; jenis interferensi dan alih kode yang terjadi; tataran terjadinya interferensi dan alih kode tersebut (leksikal, morfologi, dan sintaksis); seting /jenis produk yang diiklankan.
Atas dasar penggolongan jenis produknya, iklan niaga menyajikan produk (1) makanan, (2) minuman, (3) seluler, (4) motor, (5) jasa, (6) rokok, (7) lampu, (8) bank, (9) toko swalayan, dan (10) layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat menyajikan produk (1) kebersihan dan (2) garda oto. (Lihat Tabel 1,)
SIMPULAN Sejalan dengan arahan pembimbing dan ruang lingkup pengolahan data, serta waktu yang tersedia, analisis data secara tuntas dengan simpulan telitian akan disampaikan/dilaporkan pada akhir UAS. J
Angger, Buatkan kotaknya, dan sampaikan ini sebelum Konsep Media Luar Ruang Atas saran pembimbing (dosen Sosiolinguistik/Ibu Yayah), judul penelitian ditambah kata penggunaan sebab pendekatan yang dipakai adalah pendekatan Sosiolinguistik. Penggunaan bahasa diibedakan atas pengguna dan penggunaannya. Pengguna bahasa adalah siapa yang menggunakan bahasa, yang secara umum, merupakan anggota masyarakat bahasa. Karena mereka itu terdiri dari kelompok-kelompok sosial, pengguna bahasa pada dasarnya adalah anggota setiap kelompok sosial yang ada, yang dengan bergantung kepada dimensinya, pengguna bahasa itu dapat terdiri dari kaum perempuan dan lelaki, anggota kelas sosial yang ada, orang-orang di dalam kelas sosial tertentu, seperti politisi, akademisi,dan pengiklan; dapat juga dari kelompok usia tertentu serta etnik tertentu (Jawa, Sunda, Jakarta) dan domosili tertentu (di desa atau kota) sebab pengertian penggunaan bahasa memang luas sekali. Menurut penggunaannya , ragam bahasa dibedakan atas tiga subdimensi: (1) bidang, tentang apa /topik pembicaraan yang dibahas; (2) cara/medium yang digunakan: lisan ataukah tulis; (3) tenor, yang mengacu ke hubungan peran antarpartisipan yang terlibat dalam komunikasi, yang menentukan derajat keresmian bahasa yang digunakan dalam situasi yang ada. Jadi tenor merujuk ke derajat keresmian bahasa yang digunakan oleh partisipan. Dia mengacu ke ragan-ragam bahasa menurut derajat keresmiannnya: ragam baku ataukah ragam takbaku. Kajian tentang penggunaan bahasa termasuk ke dalam wilayah kajian sosiolinguistik sebab dalam kacamata sosiolinguistik, sebagai sarana komunikasi , bahasa tidak dipandang sebagai sistem yang homogen dan tertutup tetapi sebagai sistem yang heterogen dan terbuka, yangdapat dipenaruhioleh faktor luar bahasa. oleh
Terima Kasih