Bagas Azzindani Asyhar (1215153848) BAB V KEBENARAN Bagas Azzindani Asyhar (1215153848) Rahmi Citra Lestari (1215155516) Zara Larasati (125151325) TP “B” 2015 30 MARET 2016
truth Pengertian Kebenaran Menurut Sukirin (1975), kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan kita dengan hal yang kita ketahui. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki haruslah sesuai dengan hal yang dipermasalahkan. Jika mengalami kesesatan atau kesalahan.
kebenaran di bagi menjadi tiga Menurut Pranarka (1987), kebenaran di bagi menjadi tiga 1. 2. 3.
pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. 1. Kebenaran epistemological pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia.
Kebenaran yang melekat di dalam tutur kata dan bahasa. 2. Kebenaran semantikal Kebenaran yang melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
3. Kebenaran Ontological kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun yang diadakan.
B. Aliran-aliran dalam kebenaran 1. 3. 2. 4. 5.
1. Aliran Phenomenisme Suatu paham yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah hubungan antara noumenon (apa yang ada di dalam objek) dan phenomenon (bayangan, kesan, yang ada dan tumbuh di dalam objek).
2. Aliran Idealisme Suatu paham yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak lain daripada kesan yang dirangsangkan oleh objek kepada indera, dan pengetahuan yang termasuk kebenaran adalah respon terhadap rangsang dari objek-objek tersebut.
3. Aliran Empirisme dan Positivisme aliran-aliran yang mengatakan bahwa yang menentukan kesesuaian tersebut adalah objek.
Aliran yang timbul karena pertentangan pada empat aliran sebelumnya. 4. Aliran Relativisme dan Subjektivisme Aliran yang timbul karena pertentangan pada empat aliran sebelumnya.
5. Aliran Skeptisisme Aliran yang mengatakan bahwa “truth to every body” (kebenaran ada pada setiap orang), maka sesungguhnya hal ini kan bermuara pada pernyataan ”there is no truth at all” (tidak ada kebenaran sama sekali). Kepastian dan kebenaran pun menjadi buyar, orang akan menjadi kebingungan
Pada kebenaran epistemological ada fase-fase pengetahuan merupakan suatu proses yang mempunyai awal dan akhir: 1.Fase purwa Dimulai dari adanya rangsangan objek terhadap indera manusia 2. Fase madya Proses memasuki fase intelektual (daya, alas yang sedang melakukan aktivitasnya) 3. Fase wasana Ketika berada pada kepenuhan proses cognitive-intellectual
Kebenaran epistemological dibedakan menjadi 3 dalil, yaitu: 1. Kebenaran ditinjau secara formal, mempunyai sifat mutlak, tidak berubah, dan tidak mengenal kurang atau lebih. 2. Kebenaran ditinjau dari subjeknya, kebenaran epistemological tidak mutlak sifatnya, maka kebenaran dapat berubah dan dapat menjadi kurang atau lebih 3. Kebenaran ditunjau dari aspek objeknya, kebenaran epistemological tidak mutlak sifatnya, maka kebenaram dapat berubah dan dapat berkembang.
C. Teori Kebenaran Klasik Kebenaran ditinjau dari aspek subjek dan objeknya, tidak ada yang bersifat mutlak.
Ada 3 teori kebenaran menurut J. Sudarminto (2002) 1. Teori kebenaran korespondensi Suatu pernyataan dikatakan benar apabila isi pengetahuan yang terkandung di dalam pernyataan tersebut berkorespondensi (sesuai) dengan objek yang dirujuk.
Ada 3 teori kebenaran menurut J. Sudarminto (2002) 2. Teori kebenaran koherensi Pentingnya hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. .
Ada 3 teori kebenaran menurut J. Sudarminto (2002) 3. Teori kebenaran pragmatis suatu pernyataan benar atau salah, dilihat dari kenyataan apakah pernyataan itu kalau diwujudkan dalam tindakan, akan sukses dan membawa hasil seperti yang diharapkan.
D. Teori Kebenaran Pengembangan Mutakhir 3. 2. 1.
1. Teori Kebenaran Performatif Suatu pernyataan atau ajaran itu benar apabila apa yang dinyatakan sungguh – sungguh terjadi jika pernyataan itu dilakukan (performed).
2. Teori Kebenaran Konsensus Suatu teori dinyatakan benar jika teori tersebut mendasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu, dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.
3. Teori kebenaran Struktural – Paradigmatik Kebenaran suatu teori didasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui dan mendukung paradigma tersebut.
TERIMA KASIH Referensinya: Arif Rohman, Akh (2014). Epistemologi dan Logika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, hal 63-7