AGRIBIS TERNAK POTONG INOVASI DAN KEBIJAKAN DALAM PENGELOLAAN SDG-H UNTUK MEMPERKUAT INDUSTRI PETERNAKAN (SAPI POTONG)
PENDAHULUAN Sebagai negara mega-biodiversity & agraris, Indonesia harus mampu mewujudkan ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan bagi 240 juta penduduknya.
Ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan perlu diwujudkan berbasis sumberdaya (SDG) domestik berkelanjutan, petani sejahtera & masyarakat dapat menjangkaunya. Konsumsi protein hewani masih sangat rendah itupun ketergantungan pada impor masih sangat tinggi.
IPTEK invensi inovasi menuju industri pertanian, peternakan & pangan berdayasaing mampu menjadi tuan di negeri sendiri dan dapat berkontribusi ekspor atau setidaknya menghemat devisa.
Inventarisasi & dokumentasi SDG Hewan (peliharaan dan satwa liar) Inventarisasi & dokumentasi Penguasaan oleh Negara (Pusat & Daerah) Pengaturan 2. Perlindungan kearifan lokal, pengetahuan tradisional, dan HKI 3. Tata cara kerjasama pengelolaan SDG 4. Pemantauan dan pengawasan 5. Pendanaan bagi upaya pengelolaan SDG Pemanfaatan 1. Pengelolaan Pembudidayaan Pemuliaan (seleksi, persilangan, dan rekayasa genetik) Pelestarian Eksplorasi Konservasi Penetapan kawasan pelestarian
SDG hewan merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaan negara atas SDG dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan sebaran asli geografis SDG yang bersangkutan. SDG dikelola melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian. Pemanfaatan SDG dilakukan melalui pembudidayaan dan pemuliaan, sedangkan pelestarian SDG dilakukan melalui konservasi di dalam habitatnya dan/atau diluar habitatnya serta upaya lain seperti konservasi lekat lahan. Pemanfaatan SDG Hewan salah satunya digunakan sebagai materi genetik untuk pembentukan benih atau bibit. Pemerintah menetapkan kebijakan perbibitan ternak untuk mendorong ketersediaan benih atau bibit ternak yang bersertifikat dan melakukan pengawasan dalam pengadaan dan peredarannya dalam rangka pembangunan peternakan berkelanjutan.
ARAH PENGEMBANGAN KONSUMSI PANGAN NASIONAL Pangan Hewani Kacang-kacangan Sayuran & Buah Umbi-umbian Beras dan terigu Diturunkan KONSUMSI Dinaikkan
Data Konsumsi Konsumsi telur 87 btr/kap/thn Konsumsi total daging 9,52 kg/kap/thn Konsumsi daging sapi 1,92/kap/thn Konsumsi susu 2-3 tetes/hari ..???!! Konsumsi rokok >1000 btg/kap/thn Miskin sombong bodoh boros Kusuma Diwyanto, 2010
Daging & telur ayam sudah swasembada; namun bibit (GPS) broiler & layer 100% impor; dan bahan pakan masih sangat bergantung pada impor (bungkil kedelai, tepung ikan, jagung, CGM, dsb). Ayam dan itik lokal berkembang cukup bagus, namun laju perkembangannya jauh tertinggal dibanding unggas “modern”. Babi sudah berswasembada bahkan mampu ekspor ke Singapore dalam jumlah yg besar; namun hanya memenuhi kebutuhan sebagian kecil penduduk. Kambing & domba telah berswasembada, dengan populasi 22 juta ekor dipotong 5 juta ekor/tahun harus dikembangkan untuk substitusi “red meat” dan keperluan sosial, budaya, & upacara ritual keagamaan.
www.litbang.deptan.go.id
DAGING SAPI BAGI INDONESIA Daging sapi adalah “keinginan” bagi penduduk perkotaan dan mereka yang mampu; “bukan kebutuhan” bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Impor yg berlebihan telah menghamburkan devisa dan mengurangi kesempatan berusaha dan lapangan kerja di DN sangat tepat bila SWASEMBADA ! Harga daging sapi yg tinggi justru menjadi insentif bagi peternak, dan tdk menimbulkan gejolak sosial & politik.
www.litbang.deptan.go.id
DISTRIBUSI POPULASI SAPI POTONG MENURUT WILAYAH (PSPK 2011)
GENOTYPE ENIVIRONMENT INTERACTION Performans = (G + L + N ) x M G genetik kemampuan L lingkungan setempat kondisi N nutrisi kemungkinan M kebijakan “harga” Template: I.W. Mathius
INDUSTRI PETERNAKAN BERBASIS SDG-H KEBIJAKAN KESWAN PAKAN 2014 2011 2012 2013 2010 2009 2008 INOVASI SDG HEWAN
Sapi BALI SDG paling hebat di dunia untuk Indonesia
Sapi yg akan dipotong di suatu RPH: 95% betina, sebagian besar sapi muda & kecil (< 200 kg), bbrp diantaranya dalam kondisi bunting. Setiap hari dipotong sekitar 30-40 ekor… secara nasional 150-200 ribu ekor/tahun...!
SDG lokal sebagai basis industri peternakan pola integrasi (SISKA) “zero waste & zero cost”
PelepahPelepah Batang Tandan Buah Kosong Serat Perasan Buah
Formulasi Mixing Pelet Wafer Pakan Komplit Pakan Dasar Tepung Serat INDUSTRI PERKEBUNAN INDUSTRI PAKAN TERNAK SERAT PERASAN BUAH TANDAN BUAH KOSONG BATANG KELAPA SAWIT PELEPAH SAWIT DAUN SAWIT BAGASSE PUCUK TEBU KULIT BUAH COKELAT Formulasi Mixing Pelet Wafer Hidrolitik Hidrotermal Penepunga n Pakan Komplit Pakan Dasar Tepung Serat Penepungan Skema konseptual hubungan pengolahan dan produksi pakan ternak ruminansia berbasis hasil samping perkebunan antara industri perkebunan dan industri pakan ternak
PEMBIBITAN & BUDIDAYA
Mewujudkan PSDS-2014 melalui “TUNDA POTONG” sesuai potensi genetik industri penggemukkan dpt dilakukan bila “harga” di DN atraktif sehingga peternak untung. Setiap ekor ternak dapat ditingkatkan bobot potongnya sekitar 30-50 %. Mempunyai kontribusi nyata untuk mewujudkan PSDSK 2014 terlihat sejak tahun pertama. Harus ada insentif ekonomi, high input, bisniz, perbaikan tataniaga.
INOVASI TUNDA POTONG
Lakukan tunda potong SDG-H sesuai potensi genetiknya. Sapi Bali: 150-200 kg 350-400 kg Sapi PO : 250 kg 350-400 kg Sapi silangan hsl IB: 400 kg 600-700 kg Potensi peningkatan 30-50 %/ekor
Produksi Daging Sapi & Kerbau (tanpa inovasi) Populasi sapi & kerbau lokal : 16,8 juta ekor Betina (65 %) : 10,92 juta ekor Jantan (35 %) : 5,88 juta ekor Siap potong (10% populasi) : 1,68 juta ekor Produksi daging : 1/3 X 350 kg X 1,68 jt Total prod. daging : 196.000 ton Konsumsi : 402.900 ton GAP (196.000 - 402.900 ) = - 206.900 ton
INOVASI Tunda Potong Spesifik Lokasi 350 kg 400 kg Populasi sapi & kerbau lokal : 16,8 juta ekor Betina (65 %) : 10,92 juta ekor Jantan (35 %) : 8,4 juta ekor Siap potong (10 %) : 1,68 juta ekor Produksi daging : 1/3 X 400 kg X 1,68 jt Total prod. daging : 224.000 ton GAP (224.000 - 402.900) = - 178.900 ton
INOVASI PENINGKATAN CALF CROP
INOVASI Tunda Potong & Meningkatkan Calf Crop 350 kg 400 kg Populasi sapi & kerbau lokal: 16,8 juta ekor Betina (65 %) : 10,92 juta ekor Jantan (35 %) : 8,4 juta ekor Siap potong (15 %) : 2,52 juta ekor Produksi daging : 1/3 X 400 kg X 2,52 jt Total prod. daging : 336.000 ton GAP (336.000 - 402.900) = - 66.900 ton
INOVASI Menekan Mortalitas
Populasi sapi & kerbau lokal: 16,8 juta ekor INOVASI Tunda Potong, Meningkatkan Calf Crop & Menekan Mortalitas 350 kg 400 kg Populasi sapi & kerbau lokal: 16,8 juta ekor Betina (65 %) : 10,92 juta ekor Jantan (35 %) : 8,4 juta ekor Siap potong (20 %) : 3,36 juta ekor Produksi daging : 1/3 X 400 kg X 3,36 jt Total prod. daging : 448.000 ton SURPLUS (448.000 - 402.900) =+45.100 ton
Inovasi Meningkatkan Mutu Genetik
Populasi sapi & kerbau lokal: 16,8 juta ekor INOVASI LENGKAP: Tunda Potong, Meningkatkan Calf Crop, Menekan Mortalitas & Perbaikan Mutu genetik 350 kg 450 kg Populasi sapi & kerbau lokal: 16,8 juta ekor Betina (65 %) : 10,92 juta ekor Jantan (35 %) : 8,4 juta ekor Siap potong (20 %) : 3,36 juta ekor Produksi daging : 1/3 X 450 kg X 3,36 jt Total prod. daging : 504.000 ton SURPLUS (504.000 - 402.900)= +101.100 ton
PENUTUP Dengan jumlah penduduk ke 4 terbesar di dunia, Indonesia harus mampu mewjudkan ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan termasuk pangan hewani. Ketergantungan pada impor masih sangat tinggi (susu > 70%, daging sapi > 30%, & sapronak ayam ras). Sebagai negara “mega-biodiversity” & “agraris” dan sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan & masih “miskin” perlu diciptakan industri berbasis sumberdaya (SDG-H) domestik melalui aplikasi teknologi inovatif (TTG).
Babi sudah berswasembada bahkan ekspor tetapi hanya memenuhi kebutuhan sebagian kecil masyarakat. Kambing & domba sudah berswasembada & sangat potensial untuk terus dikembangkan terutama ntuk memenuhi kebutuhan sosial budaya & keagamaan. Ayam & itik lokal berswasembada, ttp perkebangannya terbatas ayam “broiler & layer” sangat bergantung pada komponen impor.
Impor susu dan produk susu sangat besar potensial untuk terus dikembangkan. Diperlukan jaminan harga susu yang atraktif, sehingga peternak bergairah. Industri peternakan hanya dapat berkembang bila “ada kebijakan yang kondusif”, terutama menyangkut harga, tataniaga, ekspor/impor & insentif. Dukungan inovasi sangat penting untuk memanfaatkan sumberdaya (SDG-H) domestik secara berkelanjutan.
Swasembada daging sapi & kerbau dapat diwujudkan melalui pengembangan industri berbasis sumberdaya (SDG-H) domestik; dan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Kebijakan dan inovasi hulu-hilir sangat diperlukan, terintegrasi mengarah pada “zero waste” menuju “”zero cost”. Tunda potong, menekan mortalitas, meningkatkan calf crop & memperbaiki mutu genetik dilakukan dengan memanfaatkan sumber pakan lokal.
TERIMA KASIH