Seminar Kasus Program Studi Pendidikan Bidan Stase VII Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Preeklamsia Berat Di Ruang Shofa, 11-31 Januari 2015 Kamis, 22 Januari 2015
Latar Belakang Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) atau sampai kembalinya alat-alat reproduksi seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dalam kehidupan reproduksinya. Fase ini disebut demikian karena masih banyak resiko komplikasi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis ibu setelah kehamilan dan persalinan. Seksi KesGa Dinkes Jatim (2013) menyampaikan bahwa jumlah AKI di Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 97,43/100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah preeklamsia/eklampsia (35,87%), perdarahan (18,48%), penyakit jantung (14,13%), infeksi (3,08%) dan lain-lain (27,72%).
Latar Belakang Kejadian PEB di RSU Haji Surabaya pada tahun 2010 menduduki peringkat ke-4 yakni 80 kasus dari total 658 kasus yang terjadi (12,16%). Hal ini meningkat pada tahun 2012, kejadian PEB menduduki peringkat ke-2 yakni 109 kasus dari total 680 kasus yang terjadi (16,03%). Tahun 2013 tren ini menurun, kejadian PEB menduduki peringkat ke-4 dengan 77 kasus dari total 765 kasus yang terjadi (10,01%).
Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Masa Nifas Konsep Dasar Preeklamsia Berat Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Preeklamsia Berat
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PREEKLAMSIA BERAT
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan 1. PENGKAJIAN (DATA SUBJEKTIF) Identitas Wanita berusia diatas 35 tahun mempunyai resiko sangat tinggi terhadap terjadinya preeklampsia. Menurut Spellacy dalam Cunningham (2012) insiden hipertensi karena kehamilan meningkat 3 kali lipat pada wanita diatas 40 tahun dibandingkan dengan wanita yang berusia 20 - 30 tahun (Cuningham, 2012). Keluhan Keluhan Ibu nifas dengan PEB antara lain Sakit kepala, pandangan kabur, sesak nafas, bengkak pada wajah, tangan, dan kakinya, mual muntah dan nyeri ulu hati (Angsar, 2009).
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Riwayat obstetri Pada pasien PEB, primigravida atau multipara dengan usia lebih tua, kehamilan mola hidatidosa, preeclampsia pada kehamilan sebelumnya, komplikasi kehamilan seperti kehamilan multiple, janin besar, hidropsia janin, polihidramnion merupakan faktor resiko preeclampsia pada kehamilan ini (Cuningham, 2012). Riwayat Kehamilan Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (Varney, 2012). Preeklamsia Berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥3+ (Cuningham, 2012). Untuk mengetahun penggunaan obat-obatan selama kehamilan.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Riwayat Persalinan Sekarang Cara persalinan : spontan Penyulit/Komplikasi : preeklamsia Riwayat kesehatan Menurut Chesley dalam Cunningham (2012) preeklampsia juga terjadi pada multipara yang menderita penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial yang kronis, diabetes mellitus, dengan penyakit ginjal. Menurut Roberts dan Redman (Fraser, 2009), jika terdapat massa plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit trofoblastik gestasional (mola hidatidosa). Ibu yang menderita penyakit ini berisiko tinggi mengalami preeklampsia.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Riwayat kesehatan keluarga Faktor predisposisi preeclampsia adalah adanya riwayat pada keluarga berupa riwayat preeclampsia, Eklampsia, DM, Hipertensi kronik, Penyakit Vaskuler atau penyakit Ginjal Kronik, dan mola hidatidosa (Cunningham, 2012). Bio-Psiko-sosial dan Budaya Ibu multipara dengan suami kedua dan berikutnya mempunyai risiko lebih besar terjadinya preeklamsia jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya (Prawirohardjo, 2009). Respon ibu terhadap kelahiran bayinya termasuk emosi, dukungan keluarga dan suami, kesiapan menjadi orang tua Kebudayaan yang dianut ibu yang dapat berpengaruh terhadap kondisi nifasnya saat ini seperti konsumsi minuman/makanan tertentu.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pola fungsi kesehatan Nutrisi Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25%. Pada PEB resiko terjadi edema paru maka dilakukan pembatasan jumlah intake cairan. Eliminasi BAK : Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan (Bahiyatun, 2009). Pada preeklampsia berat sering terjadi oligouria (produksi urine < 500 cc/hari pemantauan produksi urin BAB : Diharapkan 2 hari post partum sudah dapat BAB, bila pada hari ke-3 belum BAB maka dapat dipertimbangkan pemberian obat pencahar per rectal (Bahiyatun, 2009).
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Istirahat Istirahat atau tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan kelelahan akibat proses persalinan (Bahiyatun, 2009). Aktivitas Yang dimaksud dengan mobilisasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal, dan alat perkemihan (Dewi dan Tri dan Tri, 2011). Kebersihan diri Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi. Aktivitas Seksual Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual setelah darah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan PENGKAJIAN (DATA OBJEKTIF) Pemeriksaan umum Keadaan Umum : Baik/cukup/lemah Kesadaran : Compos mentis/apatis/somnolen/coma Tanda-Tanda Vital TD : Pada PEB, tekanan darah ≥160/110 mmHg Suhu : Selama 24 jam pertama post partum dapat meningkatkan sampai 38°C sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam, yaitu 36,5-37,5°C. Nadi : Nadi normal antara 60-100 x/menit RR : Pernafasan normal antara 18-24 x/menit
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pemeriksaan Fisik Muka Edema palpebra yang merupakan tanda PEB mengarah ke impending eklampsia. Pada kondisi preeklamsia berat akan terlihat oedem pada wajah. Pada kondisi edema paru, mulut terlihat sianosis. Leher Hipertiroid dan hipotiroid mengakibatkan hipertensi. Dada Auskultasi terdapat ronkhi basah atau gelembung dan pada perkusi terdapat keredupan merupakan tanda edema paru. Abdomen Penilaian TFU dan keadaan kontraksi uterus keras atau penting untuk menilai kontraksi dan memastikan tidak terjadi perdarahan serta tidak terjadi subinvolusi.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Genetalia Vulva dan vagina : tidak ada varices, tidak ada edema, lochea sesuai hari postpartum, tidak berbau Anus dan perineum : tidak ada hemorrhoid. Ekstremitas Edema pada ekstremitas terjadi karena penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial akibat retensi garam dan air. Pemeriksaan reflek patella positif, memenuhi syarat untuk diberikan SM karena SM mempunyai efek melemahkan otot. (Angsar, 2008). Pemeriksaan penunjang Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+ (Cunningham, 2013). Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari 0,5cc/kgBB/jam (Cunningham, 2012).
IDENTIFIKASI DIAGNOSIS DAN MASALAH AKTUAL Diagnosa Aktual PAPAH post partum hari ke … / … jam post partum dengan PEB Masalah Aktual Pusing Gangguan penglihatan Oedem pada kaki, tangan, dan/atau wajah Oligouri Nyeri epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas. Kebutuhan Nyeri luka jahitan perineum Pembengkakan payudara
IDENTIFIKASI DIAGNOSIS DAN MASALAH POTENSIAL Kejang eklamptik Hematoma subkapsular Cedera akut pada ginjal Edema paru Stroke Koagulopati Sindrom distres pernafasan akut Sepsis Sindroma HELLP
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA Tindakan segera untuk menangani diagnosa atau masalah potensial yang dapat berupa mandiri, konsultasi, kolaborasi dan rujukan. Mandiri, yaitu: Atur posisi Pantau produksi urine dan protein urine. Observasi tanda-tanda vital, keluhan, tanda-tanda impending eclamsia
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA Konsultasi dan kolaborasi, yaitu: Berikan MgSO4 Berikan infuse ringer laktat yang mengandung dextrose 5% sebanyak 60-125 cc/jam Melakukan tindakan dan pemberian terapi sesuai advice dokter, seperti pemberian obat anti hipertensi (nifedipine atau methyldopa). Rujukan, yaitu: Pelimpahan tanggung jawab kepada tenaga kesehatan yang memiliki wewenang dan keahlian. Jika diagnose pasien dengan PEB ditemukan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau BPM) maka pasien dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut oleh dokter SpOG.
PERENCANAAN Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan Jelaskan penyebab dari keluhan atau masalah yang dirasakan ibu, R/ informasi yang jelas memberikan kenyaman klien Atasi keluhan yang dirasakan R/ Memberikan rasa nyaman dan pasien kooperatif Observasi keluhan, TTV, cairan masuk dan cairan keluar, kontraksi uterus, TFU, dan tanda-tanda impending eklampsia R/ Memantau kondisi ibu dapat mencegah terjadinya eklampsia dan komplikasi Kolaborasi dengan Dokter SpOG untuk pemberian terapi R/ terapi yang tepat mempercepat proses penyembuhan Berikan HE tentang : Kebutuhan nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene, ASI ekslusif, serta tanda bahaya ibu nifas dan bayi baru lahir
IMPLEMENTASI Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa/masalah yang telah terindentifikasi.
EVALUASI Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien. Jika memang asuhan yang telah diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan pada pemberian asuhan selanjunya.