Krim Tabir Surya (Sunblock) dari Kaempferiae rhizoma (kencur) Tsm, 31 Agustus 2015 Krim Tabir Surya (Sunblock) dari Kaempferiae rhizoma (kencur) Kelompok 3 / F 4B Anita Anggriani Dessy Sari Supriatna Erlinda Asmarani Nurul Apriani Sista Rosana Wulandara Toni Herdianto Praktikum Bahan Alam Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya 2015
Click to add title LOGO Kencur (Kaempferiae rhizoma) Pengujian spesifik dan Non spesifik Kaempferiae rhizoma Krim Tabir Surya (Sunblock) Formulasi dan Pengujian Sunblock
Kencur (Kaempferiae rhizoma) Taksonomi : Kingdom : Plantae ( Tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Subdivisio : Angiospermae ( Berbiji tertutup) Class : Monocotyledonae (Biji berkeping satu) Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Kaempferia Spesies : Kaemfperia galanga L. Morfologi Tanaman : Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan.
Kandungan Kimia : Pati (4,14%) , mineral (13,73%), gom, minyak-minyak atsiri berupa sineol; asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid, kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2,40% b/v, (Lakukan penetapan kadar sesuai dengan penetapan kadar minyak atsiri ), Kadar etil p-metoksisinamat tidak kurang dari 1,80% . Kegunaan : Dari rimpang kencur ini dapat diperoleh berbagai macam keperluan yaitu: minyak atsiri, penyedap makanan minuman dan obat-obatan. Berbagai jenis makanan mempergunakan sedikit rimpang atau daun kencur sehingga memberikan rasa sedap dan khas yaitu dalam pembuatan gado-gado, pecal dan urap. Beras kencur (ramuan dari campuran tepung beras dan kencur) merupakan obat tradisional yang telah dikenal umum untuk obat gosok pada bengkak dan encok. Secara tradisional, di daerah Padang memanfaatkan ramuan kencur untuk merangsang pertumbuhan bulu alis dan mata, yakni dengan cara dioleskan sebagai bedak. Di Kalimantan, rimpang kencur digunakan untuk membuat ragi dan zat warna. Bahkan akhir-akhir ini, rimpang kencur mulai dibutuhkan oleh industri kembang gula dan industri kosmetika dalam negeri.
Ekstrak Kencur (Kaempferiae rhizoma) Ekstrak kental rimpang kencur adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang Kaempferia galanga L; suku zingiberaceae. Rendemen ekstrak tidak kurang dari 8,3%, Gunakan etanol P sebagai pelarut Pemerian : ekstrak kental; warna coklat tua; bau khas; rasa pedas dan tebal di lidah Pemeriksaan non spesifik dan spesifik : Kadar air tidak lebih dari 10% ; kadar Abu total tidak lebih dari 0,5% ; kadar Abu tidak larut asam tidak lebih dari 0,2% ; Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 7,93% v/b, Lakukan penetapan kadar sesuai dengan penetapan kadar minyak atsiri Kadar etil-p-metoksisinamat tidak kurang dari 4,30%, Lakukan penetapan kadar dengan cara kromatografi lapis tipis-densitometri seperti yang tertera pada kromatografi. (Farmakope Herbal Indonesia, 2008 hal. 57)
Pemeriksaan Spesifik dan Non Spesifik Pemeriksaan kadar minyak atsiri Bahan yang diperiksa Jika perlu, digiling menjadi serbuk kasar atau dimemarkan. Untuk pembuatan serbuk, bahan setelah dikeringkan di atas kapur tohor sebaiknya digiling menggunakan penggiling sederhana yang digerakkan dengan tangan, supaya penggiling tidak menjadi panas . Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir, kemudian mortir dibilas dengan cairan penyuling. Cara Penetapan Cara 1 : Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat. Isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan penangas udara, sehingga penyullingan berlangsung dengan lambat tapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam persen v/b. Cara 2: Dilakukan menurut cara yang tertera pada cara 1. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 ml xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena. 2. Penetapan kadar abu Lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama, masukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan di tara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
3. Penetapan kadar air : Cara Destilasi Pereaksi : Toluen 3. Penetapan kadar air : Cara Destilasi Pereaksi : Toluen. sejumlah toluen P kocok dengan sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan air suling. Cara penetapan Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilasi dengan air, keringkan dalam lemari pengering. Ke dalam labu kering masukkan sejumlah kering yang ditimbang seksama yang di perkirakan mengandung 2 ml sampai 4 ml air. Jika zat berupa pasta, timbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu. Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak, tambahkan pasir kering yang telah di cuci secukupnya hingga mencukupi dasar labu atau sejumlah tabung kapiler, panjang lebih kurang 100 mm yang salah satu ujungnya tertutup. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen ke dalam labu, hubungkan alat. Tuang toluen ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima pendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan air turun. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam persen.
4. Penetepan susut pengeringan Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105° dan susut pengeringan di tetapkan sebagai berikut : Timbang seksama 1 g-2 g zat dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah di tara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum di timbang di gerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm. Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm- 10 mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap.sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5° dan 10° dibawah suhu leburnya selama 1-2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang di tentukan atau hingga bobot tetap. 5. Penetapan kadar sari yang larut dalam air : Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 gram serbuk dengan 100 ml air-kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali kali di kocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah di tara, panaskan sisa pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah di keringkan di udara.
6. Penetapan kadar abu yang tidak larut asam : Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan udara. 7. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol : Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 gram serbuk dengan 100 ml etanol 95%, menggunakan labu bersumbat sambil berkali kali di kocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol 95%, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah di tara, panaskan sisa pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah di keringkan di udara.
Krim Tabir Surya (Sunblock) Menurut Permenkes RI nomor 376/menkes/per/VIII/1990, tabir surya adalah zat yang dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari pada panjang gelombang 290 sampai 320 nm tetapi dapat meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm. Efektivitas sedíaan tabir surya dalam menahan paparan sinar matahari dan panas dipengaruhi oleh stabilitas bahan aktif dan stabilitas sediaan tabir surya tersebut. UV filter dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok berdasarkan asalnya. Anorganik UV filter, atau yang juga disebut UV filter fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV ; organic UV filter, yang juga disebut UV filter kimia atau sunblock, bekerja dengan mengabsorbsi radiasi. Syarat-syarat bagi bahan aktif untuk preparat tabir surya : 1. Efektif menyerap radiasi UVB tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau menimbulkan iritasi 2. Meneruskan UV A 3. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap 4. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya 5. Tidak berbau atau boleh berbau ringan 6. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi
Formulasi Sunblock Kaempferiae rhizoma Formula 1 sediaan tabir surya (%b/b) : Virgin Coconut Oil (VCO) 31 Setosteril Alkohol 1 Lanolin 2 Asam stearat 8 TEA 1,6 Metil Paraben 0,18 Propil Paraben 0,02 Vitamin E Asetat 0,01 Ekstrak kental 5 Aquadest ad 100 (Gadri, Amila. Formulasi Sediaan Tabir Surya dengan Bahan Aktif Nanopartikel Cangkang Telur Ayam Broiler. Jurnal Matematika dan Sains, Des 2012)
Formulasi Sunblock Kaempferiae rhizoma Formula 2 sediaan tabir surya (%b/b) : Ekstrak kencur 4 Parafin cair 40 Setil alkohol 5 Tween 80 3,25 Span 80 1,75 Metil Paraben 0,1 Akuades ad 100 (Siswanto, Agus, Wiranti, dkk. Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferiae galangal L). Jurnal Penelitian Fakultas Farmasi UMP)
Metodologi Penelitian Alat : Timbangan analitik, pH meter, lemari pendingin, viskometer brookfield, piknometer, termometer, kain flanel, wadah maserasi kapas, rotary evaporator, lumpang dan alu, wadah krim, dan alat-alat gelas. Bahan : Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak rimpang kencur, asam stearat, Virgin Coconut Oil (VCO), Setosteril Alkohol, Lanolin, TEA, Metil Paraben, Propil Paraben, Vitamin E Asetat, Aquadest. Prosedur Penelitian Pengambilan sampel rimpang kencur menjadi simplisia Rimpang kencur segar 1000 g dikeringkan, dengan cara dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C sampai menjadi simplisia kering dan diperoleh berat kering ..... gram. Pembuatan ekstrak rimpang kencur Pembuatan ekstrak rimpang kencur dilakukan dengan metode maserasi, yaitu rimpang kencur yang telah diayak, ditimbang sebanyak 50 g lalu diekstraksi dengan menggunakan 100 ml etanol 96% dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari digojok). Ekstrak kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring (filtrat 1) dan sisanya diekstrak kembali selama 2 hari menggunakan etanol 96% sebanyak 100 ml lalu disaring (filtrat 2). Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dikumpulkan, diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 60°C sampai volumenya menjadi ¼ dari volume awal, dan dilanjutkan dengan pengeringan di water bath sampai menjadi ekstrak kental. Di dapatkan ekstrak kental sebanyak ..... g.
3. Skrining Fitokimia ALKALOID gerus simplisia dalam mortir tambahkan amonia encer untuk membasakan tambahkan kloroform sambil terus digerus saring, filtratnya tambahkan HCl 2 N kemudian kocok ambil lapisan asam, dan bagi menjadi 3 bagian 1 sebagai blanko ; 2 jika + pereaksi mayer, ada endapan putih: 3 + pereaksi dragendorf, positif ada endapan jingga coklat.
FLAVONOID gerus simplisia dalam mortir, tambahkan aquadest saring, filtratnya panaskan setetlah dingin, tambahkan HCl 5 N dan logam Mg, kocok adanya filtrat berwarna merah menunjukan adanya flavonoid yang dapat ditarik dengan amyl alkohol
TANIN DAN POLIFENOL gerus simplisia dalam mortir, tambahkan air panaskan diatas tangas air saring, filtratnya dibagi menjadi 2 bagian bagian 1 : + FeCl3 , jika postif tanin dan polifnol terbentuknya warna biru - hitam bagian 2 : + larutan gelatin 1%, adanya endapan putih positif tanin
SAPONIN masukkan dalam tabung reaksi, panaskan diatas penangas air gerus simplisia dalam mortir, tambahkan air masukkan dalam tabung reaksi, panaskan diatas penangas air saring, kemudian filtratnya kocok kuat hasil positif ditunjukkan dengan adanya busa 1 cm dan tidak hilang oleh penambahan HCl encer
MONOTERPENOID DAN SESKUITERPENOID simplisia disari dengan eter sari eter diuapkan hingga kering setelah dingin, residu ditambahkan pereaksi anisaldehide - asam sulfat atau vanilin asam sulfat terbentuknya warna - warna menunjukan adanya monoterpenoid dan seskuiterpenoid
STEROID DAN TRITERPENOID simplisia disari dengan eter sari eter diuapkan hingga kering pada residu tambahkan pereaksi Liebeman-Burchard jika terbenrtuk warna ungu, positif triterpenoid jika terbentuk warna hijau - biru, positif steroid
KUINON gerus simplisia dalam mortir tambahkan aquadest saring, filtratnya ditetesi larutan NaOH adanya warna kuning hingga merah menunjukkan adanya kuinon
4. Evaluasi Sediaan 4.1 Penentuan Tipe Krim Daya Hantar Listrik Krim yang telah dibuat dimasukkan dalam gelas piala, kemudian dihubungkan dengan rangkaian arus listrik, apabila lampu menyala maka tipe krim adalah M/A. Metode Dispersi Larutan Zat Warna Krim yang telah dibuat dimasukkan dalam vial, kemudian ditetesi beberapa tetes larutan sudan III. Jika warna kuning kejinggaan terbentuk dalam tetesan-tetesan kecil maka tipe krim adalah tipe M/A
4.2 Pengujian Sediaan Pemerian Krim Krim yang telah dibuat diperiksa bau dan warna sebelum dan sesudah dilakukan penyimpanan yang dipercepat, tiap satu siklus. Pengukuran pH krim Dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter yang meliputi: pH basis, pH dengan formula setelah pembuatan, pH untuk penyimpanan. Pengukuran Volume Kriming Krim sebanyak 25 ml dimasukkan dalam gelas ukur dan disimpan bergantian pada suhu 5 °C dan 35 °C (1 siklus). Masing-masing selama 12 jam. Siklus ini diulangi selama 10 kali dan pengamatan volume kriming dilakukan setelah tiap 1 siklus penyimpanan.
Pengukuran Viskositas Krim yang telah dibuat disimpan bergantian pada suhu 5 °C dan 35°C (1 siklus). Masing-masing selama 12 jam. Siklus ini diulangi selama 10 kali, pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield pada 50 putaran per menit (rpm), menggunakan “spindle” no 6. Pengukuran Tetes Terdispersi Pengamatan ukuran tetes terdispersi dilakukan menggunakan mikroskop+mikrometer, setelan diperoleh perbesaran dan perbandingan skala mikrometer okuler dan mikrometer obyektif yang sesuai maka diamati rentang ukuran partikel tetes terdispersi.
4.3 Pengujian nilai SPF secara in vitro Krim ekstrak rimpang kencur diencerkan 4000 ppm, dengan cara krim ekstrak rimpang kencur ditimbang sebanyak 0,1 g, ditambahkan etanol 96% sebanyak 25 mL dan dicampur hingga homogen. Spektrofotometer UV-Vis dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 96%. Dimasukkan etanol 96% sebanyak 1 ml kedalam kuvet kemudian kuvet dimasukkan kedalam spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm, gunakan etanol 96% sebagai blanko. Kemudian tetapkan serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi krim dicatat dan kemudian nilai SPFnya dihitung.
Thank You