Masuk Kamar Mandi
Dari Anas bin Malik ra., bahwa jika Rasulullah Saw masuk ke kamar mandi, beliau mengucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khabaitsi. From Anas bin Malik ra., that if the Prophet Saw entered toilet, he said: Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khabaitsi.
Dibaca sebelum masuk kamar mandi Read prior to entering toilet Hukumnya sunnah It is recommended to do (sunnah) Meminta perlindungan dari syaithan yang dapat merusak kesempurnaan ibadah Ask for protection from syaithan that can destroy the perfection of worship
Jika kamu mendatangi dinding (maksudnya toilet untuk buang hajat), maka jangan menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya, tetapi menghadaplah ke timur atau barat. If you go to the wall (i.e., toilets to urinate or defecate), then do not overlook the Qiblah and do not back it, but face to east or west.
Dari Dari Abdullah bin Umar bin Khattab ra Dari Dari Abdullah bin Umar bin Khattab ra., ia berkata, “Suatu hari aku mengunjungi rumah Hafshah, maka aku melihat Nabi Saw menunaikan hajatnya menghadap Syam, membelakangi Ka’bah.” From Abdullah ibn 'Umar ibn al-Khattab, he said, "One day I visited Hafsah's house, then I saw the Prophet performing hajat (defacated) by facing Sham direction, with his back to the Kaaba."
Ikhtilaf ulama - Different opinions among scholars Mengharamkan secara mutlak : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Ibnul Qayyim seperti dituliskannya dalam kitab Zaadul Ma’aad dan Tadzhibus Sunan Completely forbidden : opinion from Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, and Ibnul Qayyim as noted on Zaadul Ma’aad and Tadzhibus Sunan Membolehkan secara mutlak : Urwah bin Zubair, Rabi’ah, dan Dawud Az Zhahiri. Completely allowed : Urwah bin Zubair, Rabi’ah, and Dawud Az Zhahiri. Mazhab Maliky, Syafi’i, dan Hanbaly : Haram jika di ruang terbuka, tetapi boleh jika toilet di dalam bangunan Mazhab Maliky, Syafi’i, and Hanbaly : Forbidden in open space, but allowed if the toilet is inside a building.
Kitab Kifayatul Akhyar قال النووي إن كان بين يديه ساتر مرتفع قدر ثلثي ذراع وقرب منه على ثلاثة أذرع جاز الاستقبال سواء كان في البنيان أو الصحراء هذا هو الصحيح ومنهم من جزم في الصحراء مطلقا قاله في شرح المهذب والله أعلم Imam Nawawi: jika ada penghalang setinggi 2/3 atau 3 hasta, boleh menghadap kiblat saat buang hajat, sama seperti jika toiletnya di dalam bangunan. Imam Nawawi: if there is a wall as high as 2/3 or 3 cubits, people may face the Qibla when defecating or urinating, that law is similar if the toilet is inside a building. Kitab Kifayatul Akhyar
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah Saw masuk ke toilet, maka aku dan anak kecil seumuranku mengambilkan untuknya air dalam idawah (tempat air kecil terbuat dari kulit), kemudian beliau istinja dengan air From Anas bin Malik ra., He said: When the Messenger of Allah came into the toilet, I and another kid of my age took for him water in idawah (a small bowl from leather), then he did istinja (cleaning the najis) with water
Boleh mempersingkat istinja hanya dengan air, tanpa batu It is allowed to shortening istinja (cleaning najis) by washing with water only, without wiping with stones. Imam Nawawi: Afdhal jika istinja dengan batu dan air. Batu terlebih dahulu untuk menghilangkan najis, lalu dibasuh dengan air. Namun jika ingin mempersingkatnya, boleh memilih salah satunya saja. Jika ingin mempersingkatnya, maka air lebih afdhal. Imam Nawawi: The best way of istinja (cleaning najis) is using stones and water. Wipe the najis with stones first to remove the unclean, then wash it with water. But if you want to shorten it, you may choose one of them only. If you want to shorten, then using water is better than stones.
Bagaimana jika menggunaka tisu? Tidak ada dalilnya di jaman Rasul. If we clean najis with tissue, is it allowed? There was no dalil. Syaikh Utsaimin: Istinja dengan tisu dianggap sah karena tujuan bersuci adalah menghilangkan najis, tidak masalah apakah dengan tisu, kertas, debu, batu. Tetapi, tidak dibolehkan bersuci dengan sesuatu yang dilarang syariat, seperti tulang atau kotoran hewan. Shaykh Utsaimin: Cleaning najis with a tissue is valid because the purpose of purification is to remove the unclean, no matter whether with tissues, paper, dust, stones. However, it is not allowed to wash with something that is prohibited by shari'a, such as bone or animal dung.
Nabi Saw bersabda, “Jangan membasuh kemaluan dengan tangan kanan setelah buang air kecil, jangan pula melakukannya setelah buang air besar, dan jangan bernafas atau meniup-niup air (yang akan diminum).” The Prophet Saw said, "Do not wash your genitals with your right hand after urination, do not do it after defecation, and do not breathe to or blow water (that to be drunk)."
Jangan beristinja dengan tangan kanan Jangan beristinja dengan tangan kanan. Tangan kanan digunakan untuk melakukan yang baik, seperti makan dan minum. Dikhawatirkan setelah istinja dengan tangan kanan, lalu tangan tersebut digunakan untuk makan atau minum. Do not clean najis with right hand. Right hand should be used for good thing, such as eating and drinking. If we use right hand to celan najis, it is worried that we us it thereafter to eat or drink. Jangan bernafas ke atau meniup-niup air yang akan diminum. Do not breathe to or blow water that to be drunk. Ikhtilaf ulama – Different opinions between scholars Mazhab Zhahiri : haram melakukannya – forbidden Jumhur/mayoritas ulama : makruh, bukan haram – makruh, not recommended
Suatu hari Rasulullah saw melintasi dua makam, lalu beliau berkata, "Sesungguhnya mereka berdua sedang disiksa, dan keduanya disisksa bukan karena perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya disiksa karena TIDAK SAMPAI BERSIH SAAT BERSUCI SETELAH BUANG AIR KECIL, sedangkan yang lain SUKA MENGADU DOMBA.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian dibelah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering. One day the Prophet Saw went through two tombs, then he said, “Verily, they are both being tortured, not because of a big case (according to you) .One is tortured because he DOES NOT CLEAN NAJIS COMPLETELY AFTER URINATION, and another is tortured because of CONFLICTING PEOPLE.“ He then picked up a wet palm curl, then split into two parts and he stuck one part in each grave. The Companions asked:" O Messenger of God, why do you do this? "He replied:" Hopefully, it alleviated the doom from both as long as the date palm was not yet dried.
Pastikan untuk beristinja dengan benar Ensure that we clean najis perfectly Jangan mengadudomba manusia Do not conflict people to each other Meletakkan pelepah kurma atau batang pohon di atas kubur Stucking wet palm curl or leafs onto a grave Ikhtilaf ulama – Different opinion among scholars Sunnah sebagai syariat umum – Recommended as a general rule Bukan syariat, karena tidak ada sahabat yang melakukan itu kecuali apa yang diriwayatkan Buraidah – Fixing the wet leafs on graves is not a syariat (rule, ibadah), since there was no companion of the Prophet did so, except what was narrated by Buraidah