PENDEKATAN HUMANISTIK ANGGOTA KELOMPOK Edy Purwanto – 1511505314 Evi Novita Sari – 1511505318 Farichatin Nadhiroh – 1511505334 Firdaus Ananda – 1511505323 Nurul Istiqomah – 1511505338 Pipit Desi R. – 1511505309 Qusnul Sutiara - 1511505311
Perspektif Client - Centered KONSEP UMUM Pandangan Tentang Sifat Manusia Latar Belakang Historis Terapi Client Centered Ciri-Ciri Pendekatan Client Centered Tujuan Pendekatan Terapi Client Centered Carl Rogers
Proses terjadinya perilaku abnormal client center PERSPEKTIF HUMANISTIK MENURUT ROGERS
Manusia pada dasarnya baik Carl Rogers Menerapkan pentingnya pemberian cinta dan penerimaan dari orang tua atau orang terdekat lainnya terhadap perkembangan kepribadian Manusia pada dasarnya baik PRINSIP Setiap individu itu unik Motif utama untuk maju adalah self actualization Individu mempunyai tujuan yang sudah ditentukan
Menurut Rogers, tidak semua orang bisa menjadi pribadi yang sehat secara psikologis, karena sebagian besar orang banyak mengalami: Kondisi berharga (positive regard) dan evaluasi eksternal dapat mengarah pada kerapuhan, kecemasan, dan ancaman Incongruency Pertahanan diri Disorganisasi
Tujuan perkembangan Fully fuctioning person Menjalani kehidupan secara konstruktif serta berfikir kreatif Memiliki kesadaran akan semua pengalaman Berpartisipasi dalam kehidupan bukan sebagai pengamat Mempunyai sikap PD dalam pengambilan keputusan Memiliki perasaan bebas untuk memilih
Menurut Abraham Maslow Perspektif Humanistik manusia harus di pandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan individualnya dan dari sudut pandang kemanusiaan nya itu sendiri. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai naluri – naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan
Metode penanganan Humanistik Perspektif Humanistik
Teori yang berpusat pada pribadi ROGER Teori yang berpusat pada pribadi Maslow Hierarki Kebutuhan
Kasus & Analisa pada Penderita O C D (Obsessive – Compulsive Disorder) Melalui Perspektif Humanistik
Laura Alberthart, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan melakukan aktivitas yang juga dilakukan berulang-ulang (Compulsive) dan apabila tidak melakukannya merasa cemas dan tidak tenang. Kelainan ini membuat Laura merasa menjadi orang yang tidak normal. Pada awal kehidupannya, Laura tinggal di rumah keluarganya –Keluarga Alberthart—bersama ayah, ibu, dan juga kakaknya –Maura Alberthart-. Usianya selisih 2 tahun dengan kakaknya. Ibunya sangat mendambakan sosok anak yang ideal, seperti : anak yang pintar dalam hal akademis, rajin, teliti, rapi, dan nyaris sempurna. Ia akan mencurahkan segenap kasih sayangnya pada anak dambaannya. Keinginan ibunya terpenuhi dengan adanya Maura putri pertamanya. Ia dikenal sebagai anak yang jenius, rajin, rapi, dan mudah diatur oleh orang tua. Kondisi ini berbanding terbalik dengan keadaan Laura, ia bukanlah gadis pintar, tampilannya berantakan, sangat ceroboh, dan tidak rajin, meskipun sebenarnya ia suka melukis. Namun, ibunya tak pernah peduli dengan potensi yang dimiliki oleh Laura. Karena latar belakang inilah, ibunya memberikan kasih sayang yang berbeda kepada dua anaknya.
Maura sangat disayang dan dimanja oleh ibunya Maura sangat disayang dan dimanja oleh ibunya. Apapun yang ia inginkan selalu dipenuhi. Sementara itu, sejak usia 8 tahun Laura sudah tidak merasakan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Orang tuanya selalu menuntut Laura agar menjadi seperti kakaknya. Karena menurut orang tuanya, apapun yang dilakukan Laura selalu salah. Laura selalu menangis dan tertekan mendengar perkataan kasar dari orang tuanya. Karena tekanan yang ia terima, ia berusaha untuk menuruti perkataan orang tuanya menjadi seperti kakaknya hanya untuk mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Meskipun ia merasakan amarah yang terpendam. Suatu ketika Laura pulang sekolah bersama kakaknya. Dengan digandeng oleh kakaknya, mereka menyebrang jalan bersama. Namun, karena Maura lalai tidak melihat bahwa ada mobil yang melaju dengan pesat, akhirnya mereka pun tertabrak. Setelah dilarikan ke rumah sakit, kondisi Laura tidak sekritis kakaknya. Maura mengalami kelumpuhan pada salah satu kaki kanannya. Karena hal ini pun, Laura sangat merasa bersalah. Begitu pun dengan ibunya yang mengatakan, “Maura lumpuh karena menggandeng tanganmu!” karena sedang dirundung kesedihan, ibunya pun tidak dapat berpikir rasional.
Sejak kelumpuhan kakaknya, ia mulai terbiasa melakukan aktivitas – aktivitas yang dilakukan oleh kakaknya. Namun, karena dia melakukan dengan ambisi yang begitu besar, begitu ingin disayangi oleh orang tuanya ternyata yang dia lakukan sudah sangat melampaui batas. Dia melakukannya dengan cara yang berlebihan. Dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika dihitung - hitung, ia bias menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi. Laura juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam waktu lama untuk membersihkannya. “Ini sampai ke titik saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing berlangsung dua jam,” ujar Laura. “Rasanya, ada begitu banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian tubuh saya harus dikontrol. ”Penderitaan ini dialami Laura sejak didiagnosis mengalami gangguan OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Laura seperti menyebabkan suara di kepalanya, yang diasebut ‘iblis di bahu’. Kondisi ini seolah meyakinkan dia selalu dalam keadaan kotor.
Laura tahu itu tidak rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya. Laura memaparkan bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Laura terus menerus mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah. Penderitaan Laura membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman – teman sekolah. “Saya selalu merasa tidak normal. ”Banyak teman – teman sekolah yang kemudian menjuluki Laura sebagai orang aneh dan stres. “Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang beranggapan OCD adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan kemudian Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak. ”Laura melanjutkan, “Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya harus berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi sampai hal itu benar. ”Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai setidaknya tiga kali seminggu.
Untuk menggunakan toilet, dia harus menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu merobek lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain. Kemudian dia akan merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat dengan cara tertentu sebelum dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia masih harus memutar sampai benar – benar merasa nyaman. “Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki. Jika tidak, saya harus mulai dari awal lagi.Jadi, saya akan berada di sana selama berjam - jam.”