Sejarah Peradaban Islam “Perkembangan Islam di Asia Tenggara” Oleh Nely Putri K. C Nihayatur Rohmah Nova Auliyatuz Z.

Kerajaan Malaka Sejarah Pendirian Kerajaan Malaka Kesultanan Malaka adalah sebuah kerajaan melayu yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan di abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka

Pembentukan negara Malaka disinyalir ada kaitannya dengan perang saudara di Majapahit setelah Hayam Wuruk (1360-89 M) meninggal dunia. Sewaktu perang saudara tersebut, Parameswara, Putra raja Sriwijaya – Palembang turut terlibat karena ia menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Parameswara kalah dalam perang tersebut dan melarikan diri ke Tumasik (sekarang Singapura) yang berada di bawah pemerintahan Siam saat itu. Beliau membunuh penguasa Tumasik, yang bernama Temagi dan kemudian menobatkan dirinya sebagai penguasa baru.

Persoalan ini diketahui oleh Kerajaan Siam dan memutuskan untuk menuntut balas atas kematian Temagi. Parameswara dan pengikutnya mengundurkan diri ke Muar dan akhirnya sampai di Malaka lalu membuka sebuah kerajaan baru di sana pada tahun 1402 M. Menurut versi ini, kedatangan islam ke Malaka terjadi tahun 1406 M, ketika Parameswara menganut Islam dan mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah.

Raja/Sultan yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut: 1. Parameswara yang bergelar Megat Iskandar Syah (1402— 1424) 3. Sultan Muhammad Syah (1424-1444) 4. Sri Parameswara Dewa Syah (1444—1445) 5. Sultan Mudzaffar Syah (1445—1459) 6. Sultan Mansur Syah (1459—1477) 7. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488) 8. Sultan Mahmud Syah (1488—1551)

Masa Kejayaan Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459). Pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatera.

Pemerintahan Walaupun Kesultanan Malaka sangat kuat dipengaruhi oleh agama Islamnamun dalam menjalankan pemerintahan, kerajaan ini tidak menerapkan pemerintahan Islam sepenuhnya. Undang-undang yang berlaku di Malaka seperti Hukum Kanun Malaka hanya 40,9% mengikut aturan Islam. Begitu juga Undang-undang Laut Malaka hanya 1 pasal dari 25 pasal yang mengikut aturan Islam.

Kemunduran Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511.

PERKEMBANGAN AWAL PERADABAN ISLAM DI NUSANTARA Pendapat beberapa ahli tentang masuknya Islam ke Nusantara: Islam masuk ke Nusantara abad pertama Hijriah (abad ke-7 M) Islam masuk ke Nusantara wilayah Sumatra yaitu daerah Aceh (abad ke-7 M/ ke-12M) Berdasarkan hasil Seminar Nasional masuknya Islam diadakan di Medan tahun 1963 M Islam masuk ke Nusantara abad ke- 1 H/8 M.

Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara Kerajaan Islam Samudra Pasai Merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Muncul sekitar awal atau pertengahan abad ke-13 M sebagai hasil dari proses Islamisasi di daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak abad ke-7 M. Raja pertama adalah Malik Al Saleh. kerajaan Islam Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M direbut oleh kerajaan Aceh dibawah pemimpin rajanya yaitu Ali Mughayat Syah.

Kerajaan Islam Demak Didirikan atas prakarsa para wali dibawah pimpinan Sunan Ampel. Wali Songo sepakat mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan Demak. Masa kekuasaan Raden Patah berlangsung kira-kira abad ke- 15 M hingga awal abad ke-16 M. Ia digantikan anaknya bernama Pati Unus tahun 1507 M. Pati Unus digantikan oleh Sultan Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati. Pada masa ini agama Islam berkembang sampai ke Kalimantan Selatan. Dalam penyerangan di Blambangan, Sultan Trenggono meninggal (1546 M) dan kedudukannya digantikan oleh Joko Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang. Pada masa inilah Kerajaan Islam pindah dari Demak ke Pajang.

Kerajaan Islam Pajang Sultan pertamanya adalah Joko Tingkir. Pada masa pemerintahannya ia berusaha memperluas wilayah kekuasaannya ke pedalaman timur sampai ke Madiun. Setelah itu menaklukkan Blora tahun 1554 M dan Kediri tahun 1577 M. Sepeninggal Joko Tingkir tahun 1587 M kedudukannya digantikan oleh Aria Penggiri. Sementara anak Joko Tingkir yaitu Pangeran Benawa diberi kekuasaan di Jipang. Tetapi ia mengadakan pemberontakan kepada Aria Penggiri dengan mendapat bantuan dari Senopati Mataram. Usahanya itu berhasil dan ia memberikan tanda terimakasih kepada Senopati berupa hak atas warisan ayahnya. Tetapi ia menolak tawaran itu dan hanya meminta pasukan kerajaan Pajang untuk dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian kerajaan Mataram berada dibwah perlindungan Mataram yang kemudian menjadi daerah kekuasaan Mataram.

Kerajaan Mataram Islam Didirikan oleh panembahan Senopati. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M. Sepeninggalnya ia digantikan oleh putranya yaitu Seda Ing Krapyak. Kemudian digantikan lagi oleh Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak kontak bersenjata antara kerajaan Islam Mataram dengan VOC mulai terjadi. Tahun 1646 M ia digantikan oleh putranya yaitu Amangkurat I. Pada masanya terjadi perang saudara dengan perang alit yang mendapat dukungan dari para ulama. Akibatnya para ulama pendukung dibantai habis pada tahun 1647 M. Pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden Kajoran (1677 dan 1678 M). Pemebrontakan pemberontakan yang seperti itulah yang meruntuhkan kerajaan Islam Mataram.

Kerajaan Islam Banten Didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanudin merupakan raja pertama Banten, Ia meluaskan daerah Islam yaitu Lampung dan daerah sekitarnya di Sumatra Selatan setelah sebelumnya menaklukkan Sunda Kelapa. Setelah Sultan Hasanudin meninggal kedudukannya digantikan oleh puteranya yang bernama Pangeran Yusuf. Ia menaklukkan Pakuwan tahun 1579 M sehingga banyak bangsawan Sunda masuk Islam. Setelah Yusuf meninggal ia digantikan oleh puteranya yang bernama Muhammad. Selama itu kekuasaan dipegang oleh Qadli bersama empat pembesar istana lainnya. Setelah Yusuf meninggal ia digantikan oleh anaknya yang masih kecil bernama Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir dan mendapat gelar Sultan dari Mekah.

Thank You For Your Attention