Skenario 3
Arrrghhh......aduuhh lenganku ndak bisa digerakkan Seorang pelajar SMA laki-laki usia 19 tahun dibawa oleh teman- temannya pakai mobil angkot ke UGD RSP UMM sambil merintih kesakitan di langan atas kanannya. Dari anamnese singkat oleh dokter jaga UGD diperoleh keterangan bahwa 2 jam sebelum MRS saat pasien merayakan kelulusan SMA bersama temannya, tiba2 bersenggolan dengan sesama pengendara sepeda motor. Pasien terjatuh dengan lengan kanannya susah digerakkan. Riwayat pingsan (-), nausea dan vomiting (-), GCS 15, tensi 110/80 mmHg, nadi 110x/mnt, RR26x/mnt, akral hangat, deformitas brachii dextra (+), shortening ekstremitas superior dextra (+), tampak hematoma di 1/3 tengah humerus dextra tanpa disertai luka terbuka pada kulit, capillary refill 1 dtk, tenderness (++) di brachii dextra dan pulsasi arteri radialis dextra teraba kuat-------
Keyword
Klarifikasi Istilah
Rumusan Masalah
Hipotesis
LO Anatomi ekstremitas superior Anatomi ekstremitas inferior Klasifikasi dan jenis fraktur Etiologi fraktur Patofisiologis Gejala Klinis Pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang Diagnosis dan dd Tatalaksana awal Komplikasi dan prognosis
Anatomi ekstremitas superior
Muhammad Fajar Trenggalih Extremitas Inferior Muhammad Fajar Trenggalih
Regio di Musculus Extremitas Inferior Regio Femoris Regio Cruris Regio Glutea Regio Pedis
Regio Glutea M.gluteus maximus M.gluteus medius M.gluteus minimus M.piriformis M.gemelus superior M.obturator interna M.gemelus inferior M.obturator externa M.quadratus femoris
Regio Femoris Ventralis (Anterior) M.Iliospoas M.Iliacus M.psoas mayor M.psoas minor M. quadrisep femoris -M.Vastus lateralis -M.Vastus Intermedius -M.Vastus medialis -M.Rectus femoris M. sartorius
Regio Femoris Ventralis (Antero medial) M.pectineus M.adductor longus M.adductor brevis M.adductor magnus M.gracillis
Regio Femoris Dorsalis M.Biceps Femoris M.Semimembransous M.Semitendinosus
Regio Cruris Ventralis M.tibialis anterior M.Extensor halluces longus M.extensor digitorum longus M.fibularis tertius
Regio Cruris Lateralis M.fibularis longus M.fibularis brevis
Regio Cruris Dorsalis M.Gastrocnemius M.soleus M.plantaris M.popliteus M.flexor digitorum longus M.tibialis posterior M.flexor halluces longus
Innervasi Lower limb Lumbar nerves – anterior surface Sacral nerves – posterior surface
Plexus Lumbaris Lumbar plexus Asa dari L1– L4 n. Femoralis nerve – menginnervasi musculus bagian anterior n. Obturator menginnervasi musculus adductor Figure 14.12a, b
Plexus Sacralis Figure 14.13
Arteries of the Pelvis and Lower Limbs Figure 19.16a
A. Profunda femoris A. Iliaca externa A. Femoralis A. poplitea Truncus iliofibula A. Tibialis anterior A. fibularis A. Tibialis posterior A. Dorsalis pedis
VENA
Struktur khusus Trigonum femoralis
Fossa Poplitea
Klasifikasi dan jenis fraktur
A. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: 1) Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks. 2) Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang utuh).
B. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi: 1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melewati kulit. 2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu: a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot. c) Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, otot dan kulit.
C. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu: 1) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang ( retak dibawah lapisan periosteum) / tidak mengenai seluruh kortek, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek. 2) Transverse yaitu patah melintang ( yang sering terjadi ). 3) Longitudinal yaitu patah memanjang. 4) Oblique yaitu garis patah miring. 5) Spiral yaitu patah melingkar. 6) Communited yaitu patah menjadi beberapa fragmen kecil
D. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu: 1) Tidak ada dislokasi. 2) Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi: a. Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut. b. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh. c. Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang. d. Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan over lapp ( memendek ).
Etiologi Fraktur
Gejala Klinis
Nyeri Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
Gerakan Abnormal Setelah fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah
Deformitas Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) Pada fraktur panjang, terjadi ”pemendekan tulang” yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur
Krepitasi Teraba adanya derik tulang akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
Pembengkakan dan Perubahan Warna Lokal Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
Tidak semua tanda dan gejala tsb ada pada setiap fraktur Jika dalam pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti lain
Pemeriksaan dan Pemeriksaan penunjang fraktur
Pemeriksaan Anamnesis: Pemeriksaan fisik: Kronologi kejadian(jatuh disebelah mana) Pemeriksaan fisik: Look: Deformitas(Angulasi, Shortning, rotasi), Ada tidaknya luka Cara jalan(kaki) Feel: AVN, nyeri tekan, krepitasi
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologi menentukan keparahan kerusakan tulang dan jaringan lunak. Konfirmasi diagnosis, deskripsi fraktur dan rencana tindakan selanjutnya X-Ray CT scan MRI Ultrasound Nuclear Scintygraph
Diagnosa dan dd
Penatalaksaan Awal
Penatalaksaan Awal Survey primer ABC Meminimalisir nyeri Mencegah cendera iskemia-reperfusi Menghilangkan sumber kontaminasi
Prinsip Penatalaksanaan (4R) Diagnosa dan penilaian fraktur Recognition Mengembalikan panjang dan kegarisan tulang Reduction Imobilisasi fraktur Retention Mengembalikan fungsi Rehabilitation
Tujuan Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur Mengurangi rasa nyeri Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur Membuat tulang kembali menyatu Mengembalikan fungsi seperti semula
Komplikasi dan Prognosis Fraktur Jati Nurwigati 201310330311005
Tulang Umum Jaringan lunak komplikasi Dini Otot Saraf Lokal Pembuluh Darah Delay union Mal union Lanjut Non union Kekauan sendi Osteomielitis
Komplikasi umum Syok : perdarahan nyeri koagulopati diffus gangguan fungsi pernafasan. terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma beberapa hari atau minggu gangguan metabolisme peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain : emboli lemak trombosis vena dalam tetanus gas gangren
Komplikasi lokal Dini : 1 minggu pasca trauma Tulang : infeksi Osteomielitis delay union / non union artritis supuratif melibatkan sendi kerusakan kartilago sendi degenerasi
2. Otot Otot terputus gerakan aktif otot terganggu 3. Jaringan lunak Lepuh elevasi kulit superfisial edem Terapi : menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik Dekubitus penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Terapi : bantalan yang tebal pada daerah- daerah yang menonjol
4. Pembuluh darah robekan arteri inkomplit perdarahan terus menerus. robekan yang komplit retraksi dan perdarahan berhenti spontan. jaringan distal dari lesi iskemi / nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi tarikan mendadak pada pembuluh darah spasme Lapisan intima terlepas trombus.
5. Saraf Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus
Lanjut 1. Delay union : proses penyembuhan lambat 2. Mal union : Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi . 3. osteomielitis : atrofi tulang osteoporosis dan atrofi otot
3. Non union Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting. Tipe II (atrophic non union) / sendi palsu (pseudoartrosis) ada jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
5. Kekakuan sendi perlengketan peri artikuler perlengketan intraartikuler perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya : memperpendek waktu imobilisasi melakukan latihan aktif dan pasif Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap