BAB III ASUMSI RASIONALITAS DALAM EKONOMI ISLAM BAGIAN I PENDAHULUAN Asumsi Rasionalitas adalah anggapan bahwa manusia berperilaku secara rasional (masuk akal), dan tidak secara sengaja membuat keputusan yang akan menjadikan mereka lebih buruk. Perilaku rasional mempunyai 2 makna: Dalam makna metode, perilaku rasional berartin ”action selected on the basis of reasoned thought rather than out of habit, prejudice, or emotion (tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan kebiasaan, prasangka, atau emosi).” Dalam makna hasil, perilaku nasional berarti “action that actually succeeds in achieving desired goals (tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai).”
A. Asumsi Rasionalitas Jenis Rasionalitas Self interest rasionality (Rasionalitas kepentingan pribadi) Self interest tidak harus selalu berarti memperbanyak kekayaan seseorang dalam satuan rupiah tertentu. Self interest sekurang-kurangnya mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan prestise, persahabatan, cinta, kekuasaan, menolong sesama, penciptaan karya seni, dll. Present-aimrationality Teori utilitas modern yang aksiomatis tidak berasumsi bahwa manusia bersikap mementingkan kepentingan pribadinya (self- interested). Teori ini hanya berasumsi bahwa manusia menyesuaikan preferensinya dengan sejumlah aksioma: secara kasarnya preferensi-preferensi tersebut harus konsisten. Individu-individu menyesuaikan dirinya dengan aksioma-aksioma tanpa harus menjadi self interested.
B. Aksioma-aksioma Pilihan Rasional Terdapat 3 sifat dasar: Kelengkapan (Completeness) Jika individu diharapkan pada dua situasi, A dan B, maka ia dapat selalu menentukan secara pasti salah satu dari tiga kemungkinan ini: - A lebih disukai daripada B - B lebih disukai daripada A - A dan B keduanya sama-sama disukai Transivitas (Transivity) Jika bagi seorang “A lebih disukai daripada B” dan “B lebih disukai daripada C,” maka baginya “A harus lebih disukai daripada C.” Asumsi ini menyatakan bahwa pilihan individu bersifat konsisten secara internal. 3. Kontinuitas (Continuity) Jika bagi seorang “A lebih disukai daripada B.” maka situasi-situasi yang secara cocok “mendekati A,” harus juga lebih disukai daripada B.
C. Asumsi-asumsi Lainnya tentang Preferensi Kemonotonan yang Kuat (Strong Monotonicity) Bahwa lebih banyak berarti lebih baik. Biasanya kita tidak memerlukan asumsi sekuat ini. Asumsi ini dapat diganti dengan yang lebih lemah yakni Local Nonsatiation. Local Nonsatiation Asumsi ini menyatakan bahwa seseorang dapat selalu berbuat baik, sekecil apa pun, bahkan bila ia hanya menikmati sedikit perubahan saja dalam “keranjang konsumsinya”. c. Konveksitas Ketat (Strict Convexcity) Asumsi ini menyatakan bahwa seseorang lebih menyukai yang rata-rata daripada yang ekstrim, tapi selain dari pada makna ini, asumsi ini memiliki muatan ekonomis yang kecil. Strict convexcity merupakan generalisasi dari asumsi neoklasik tentang “diminishing marginal rates of substitution”
Bagian II Perspektif Islam Tentang Asumsi Rasionalitas Perluasan Konsep Rasionalitas (Untuk Transivitas) Transitivitas adalah syarat minimal konsistensi, jika konsistensi tidak menysaratkan transitivitas maka sesungguhnya ia tidak mensyaratkan apa pun. Dua cara mendistribusikanpendapatan menurut islam yaitu iuran wajib (zakat) dan iuran sukarela (infaq). Contoh kasus menurut aksioma transitivitas yang tidak masuk akal/rasional karena tidak konsisten : Jika seseorang bekerja dengan gaji Rp. 10 juta lebih disukai daripada pekerjaan dengan gaji Rp. 5 juta , dan jika pekerjaan dengan pendatan Rp. 5 juta lebih disukai daripada pendapatan Rp. 3juta , apakah masuk akal pendapatan Rp. 3 juta ataupun lebih bawah dari itu lebih disukai dari pada pendapatan Rp 10 juta? Persyaratan Transitivitas Contoh : Adi memepertimbangkan 3 gadis untuk di jadikan istri. Dan Menurut Adi, akhlak dan kecantikan merupakan penentu. Adi merumuskan preferensinya dengan : Jika perbedaan akhlak tidak signifikan, yakni <2, maka kecantikan merupakan faktor yang menentukan. Jika perbedaan akhlak signifikan, yakni > 2, maka akhlak merupakan factor yang menentukan.
Adi membuat alternatif Nama Kecantikan Akhlak Ani 8 7 Bita Cindy 6 9 Pilihan antara Perbedaan akhlak Faktor penentu Pilihan Adi Preferensi Ani & Bita 1 Kecantikan Ani Ani daripada Bita Bita & Cindy Bita Bita daripada Cindy Cindy & Ani 2 Akhlak Cindy Cindy daripada Ani
Utilitas dan infak (sedekah) Utilitas adalah rasa kepuasan yang berasal dari konsumsi: itu adalah ingin berkuasa memuaskan barang, jasa, dan kegiatan. utilitas yang Anda terima dari mengkonsumsi barang tertentu tergantung pada selera Anda. Kita membedakan antara utilitas total yang diperoleh dari mengkonsumsi barang . Barang dan utilitas marjinal yang berasal dari mengkonsumsi satu unit lebih baik. Hokum dimingshing utilitas marjinal mengatakan bahwa lebih dari dikonsumsi baik per periode tertentu, hal-hal lain konstan, semakin kecil peningkatan utilitas total yang diterima dari setiap unit tambahan yang dikonsumsi.Utilitas adalah subyektif. Setiap konsumen harus membuat penilaian terhadap menginginkan kekuatan memuaskan konsumsi dengan menerjemahkan ukuran subjektif individu kepuasan dalam unit utilitas, kita dapat memprediksi jumlah yang diminta pada harga yang diberikan serta efek dari perubahan harga pada kuantitas yang diminta Utilitas total adalah kepuasan total konsumen berasal dari konsumsi. Bisa merujuk kesalahsatu utilitas total mengkonsumsi barang tertentu atau utilitas total mengkonsumsi barang tertentu atau utilitas total dari konsumsi semua. Analisis utilitas dapat digunakan untuk membangun kurva permintaan seorang konsumen individu dengan mengubah harga dan mengamati utilitas memaksimalkan tingkat konsumsi, kita dapat menghasilkan poin di sepanjang kurva permintaan.
B. Perluasan Spektrum Utilitas Barang Y Penambahan Utilitas Barang X Strong Monoticity Spektrum yang diperluas
Y Haram Y Haram X Halal X Haram Y Halal Y Halal Tipe Fungsi Utilitas
Pada MRS = slope budget line Tipe X Tipe Y Solusi Optimal X Halal Y Halal Pada MRS = slope budget line Y Haram Solusi sudut pada Y = 0 X Haram Solusi sudut pada X = 0 Pada titik origin (0,0)
Melonggarkan Persyaratan Kontinuitas (untuk Kontinuitas) Mari kita asumsikan bahwa permintaan Y haram dalam keadaan darurat. Anda dapat membayangkan permintaan terhadap daging babi jika tidak ada makanan lain yang tersedia. Permintaan terhadap babi ini bukan merupakan permintaan yang kontinu, melainkan diskrit. Karena itu, permintaannya adalah permintaan titik (point demand). Berapapun harga daging babi pada saat itu, permintaannya Qp, yakni sejumlah tertentu daging babi untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup.
Perluasan Horison Waktu Perspektif Islam tentang waktu tidak dibatasi hanya pada masa kini. Islam memandang waktu sebagai horison. Karena itu, analisis statis sebagaimana dikenal oleh ekonom-ekonom klasik tidak memadai untuk menerangkan perilaku ekonomi dalam perspektif Islam. Dalam perspektif Islam, waktu sangat penting dan sangat bernilai. Nilai waktu tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya. Semakin produktif seseorang memanfaatkan waktunya, semakin banyak nilai yang diperolehnya Bagi setiap orang, sehari adalah 24 jam, tapi nilai waktunya akan berbeda-beda. Tentu saja, kita dapat mengukur nilai ini secara moneter. Ide ini justru merupakan kebalikan dari konsep nilai waktu uang (time value of money). Dalam Islam waktulah yang bernilai, sementara uang tidak memiliki nilai waktu. Haruskah barang-barang di masa depan didiskon? Ya. Ekonom secara khas mendiskon beragam barang-barang yang dibeli dan dijual di pasar, yang disebut komoditas. Islam tidak keberatan mengenai hal ini. Namun adalah benar pula bahwa kadangkala ekonom melangkah lebih jauh dalam mendiskonto. Mereka mendiskonto ketika seharusnya mereka tidak melakukannya.
Komoditas yang seharusnya tidak didiskon Keberatan pertama bukan ditujukan kepada teori metode harga pasar, tetapi ditujukan pada cara-cara penerapan metode tersebut dalam praktek. Menurut teori tersebut, setiap komoditi seharusnya didiskon pada tingkat diskonto masing-masing komoditasnya. Tetapi dalam prakteknya semua komoditas secara umum dikumpulkan kemudian didiskon pada tingkat yang sama. Biasanya, semua komoditas didiskon pada tingkat yang disebut sebagai tingkat bunga "riil", yang merupakan rerata tertimbang dari masing masing tingkat bunga dari berbagai komoditas (weighted average of the own interest rates of various commodities). Pikirkanlah tentang sumber daya langka yang tidak dapat direproduksi, yang sama sekali tidak dapat diproduksi. Sumber daya langka tidak dapat diubah menjadi sumber daya masa depan dalam jumlah yang lebih besar, dan karenanya sumber-sumber daya ini memiliki tingkat diskon tersendiri sebesar 0 atau sekitarnya. Ekonom lainnya, Derek Parfits, yakin bahwa kesejahteraan seharusnya tidak didiskon. John Broome berkesimpulan bahwa penyelamatan jiwa juga seharusnya tidak didiskon.