BAHASA JURNALISTIK Dr. Made Pramono, M.Hum.
Kalimat
Apakah yang disebut sebagai kalimat? Kalimat adalah satuan unsur bahasa, yang terdiri dari minimal dua kata sebagai subyek dan predikat. Misalnya: Ayam mati. Ayam = subyek (S) dan mati = predikat (P). Meskipun ada kata gabungan, tanpa subyek dan predikat, belum bisa disebut kalimat. Bisa hanya merupakan frasa, atau bukan frasa bukan pula kalimat. Misalnya: Pukul duabelas tengah malam. Meskipun ada empat kata, namun empat kata tersebut menunjukkan keterangan waktu (Ket). Berbeda ketika ditambah “udara sangat dingin”, menjadi kalimat: Pukul duabelas tengah malam (Ket.), udara (S), sangat dingin (P).
Apakah kalimat hanya memerlukan subyek dan predikat? Kalimat juga memerlukan obyek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Tukang kebun (S) menyiram (P) tanaman (O) dengan air sungai (Pel) pada musim kemarau (Ket). Kalimat ini lengkap dengan pola S – P – O – Pel – Ket. Pola lain adalah S – P – O –; S – P – O – Ket; S – P – Ket (Tukang kebun menyiram pada musim kemarau = tanpa obyek, tanpa pelengkap); S – P – Pel (Tukang kebun menyiram dengan air sungai = tanpa obyek, tanpa keterangan); S – P – O (Tukang kebun menyiram tanaman = tanpa pelengkap, tanpa keterangan); S – P (Tukang kebun menyiram = tanpa obyek, tanpa pelengkap, tanpa keterangan).
Apakah dalam semua kalimat subyek harus selalu ditulis di depan predikat? Tidak harus. Kalimat yang subyeknya di depat seperti contoh tadi, merupakan kalimat aktif (subyeknya melakukan pekerjaan). Namun bisa saja predikatnya ditulis di depan, baru kemudian subyeknya. Misalnya: Pada musim kemarau (Ket) disiramnya (P) tanaman itu (S) dengan air sungai (O) oleh tukang kebun (Pel). Kalimat demikian disebut sebagai kalimat pasif. Sebab subyeknya (tanaman) tidak melakukan pekerjaan.
Apakah yang disebut sebagai kalimat tunggal dan kalimat majemuk? Kalimat tunggal hanya terdiri dari satu subyek dan satu predikat. Orang-orang (S) sedang (Ket) berangkat bekerja (P). Kalimat majemuk punya lebih dari satu subyek dan satu predikat. Orang-orang (S) sedang (Ket) berangkat bekerja (P), ketika tiba-tiba (Ket) hujan badai (S) merobohkan (P) pohon-pohon dan bangunan (O) di seluruh kota (Pel). Ini merupakan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara adalah: Orang-orang (P) mulai (Ket) berangkat bekerja (P) lalu bus-bus itu (S) datang menjemput (P) mereka (O).
Apa sajakah fungsi kalimat? Kalimat bisa berfungsi sebagai penyampai berita (kalimat berita): Presiden baru (S) telah terpilih (P) oleh rakyat (O) dengan suara mutlak (Pel) bulan ini (Ket). Bisa pula sebagai penyampai pernyataan (kalimat deklaratif: Bulan ini (Ket) rakyat (S) telah memilih (P) saya (O) sebagai presiden (Pel) dengan suara mutlak (Ket). Sebagai penyampai pertanyaan (kalimat tanya): Bulan ini (Ket) siapa (S) akan terpilih sebagai presiden (P) oleh rakyat (O) dengan suara mutlak (Pel)? Sebagai penyampai perintah (kalimat perintah): Pilihlah (P) saya (S) sebagai presiden (O) dengan suara mutlak (Pel) bulan ini (Ket).
Apakah benar hanya kalimat dalam bahasa jurnalistik yang harus singkat, padat dan mudah dimengerti? Semua ragam bahasa serius (jurnalistik; ilmiah (perguruan tinggi, lembaga penelitian); hukum; perdagangan; sastra dll. harus singkat, padat dan mudah dimengerti. Namun di lain pihak, pemadatan dan penyingkatan tersebut tidak boleh mengorbankan segi kelengkapan dan keakuratan informasi yang akan disampaikan. Tidak benar anggapan bahwa hanya bahasa jurnalistiklah yang harus singkat, padat dan mudah dimengerti, sementara bahasa ilmiah, hukum dan sastra boleh bertele-tele dan sulit dimengerti.
Bagaimanakah kalau kalimat terlalu panjang, kurang lengkap, salah pemilihan kata, salah penyusunan logikanya dll? Seorang penulis harus membaca ulang seluruh hasil karya yang baru saja deselesaikannya, sambil memperbaiki kesalahan dan melengkapi bagian-bagian yang masih kurang lengkap. Di perusahaan penerbitan media massa, tugas memperbaiki dan melengkapi tulisan ini ada pada redaktur, editor dan korektor.