Syok Anafilaktik
Syok Anafilaktik Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang diakibatkan ketidakmampuan sistem sirkulasi menyuplai oksigen & nutrien ke jaringan, ditandai dengan hipoksia dan ketidakadekuatan fungsi sel yang menyebabkan kegagalan organ dan potensial kematian. (Kleinpell dalam Garretson, 2007). Keadekuatan aliran darah ke jaringan membutuhkan TIGA komponen : – Pompa jantung yang adekuat – Sistem sirkulasi yang efektif – Volume darah adekuat
Klasifikasi Syok Syok Hipovolemik Syok Kardiogenik Syok Obstruktif Syok Distributif Neurogenik Septik Anafilaktik
Syok Distributif Akibat dari dilatasi pembuluh darah besar-besaran => penurunan resistensi pembuluh darah sistemik (SVR) => penurunan preload • Etiologi: – Sepsis : Infeksi (pneumonia, peritonitis, prosedur invasif – Neurogenik : cedera medula spinalis, anastesi spinal, depresi pusat vasomotor – Reaksi anafilaktik: reaksi hipersensitivitas (alergik)
Syok anafilaksis Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan dapat menimbulkan “bencana”, yang dapat terjadi dalam beberapa detik-menit, sebagai akibat reaksi antigen antibody, pada orang-orang yang sensitive setelah pemberian obat-obat secara parentral, pemberian serum / vaksin atau setelah digigitserangga. Reaksi ini diperankan oleh IgE antibody yang menyebabkan pelepasan mediator kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar dalam sirkulasi berupa fistamin, SRS-A, serotonin dll.
Gejala dan tanda reaksi anafilaksis termasuk timbul rasa kecemasan, urtikaria, angiodema, nyeri punggung, rasa tercekik, batuk, bronkospasme atau edema laryng. Pada beberapa kasus, terjadi hipotensi, hilang kesadaran, dilatasi pupil, kejang hingga “sudden death”. Syok terjadi akibat sekunder dari hipoksia yang berat, vasodilatasi perifer atau adanya hipovolemia relative akibat adanya ektravasasi cairan dari pembuluh darah. Namun demikian vascular kolaps dapat terjadi tanpa didahului gejala gangguan respirasi dan dalam hal ini kematian dapat terjadi dalam beberapa menit.
Gejala prodromal pada umumnya adalah perasaan tidak enak, lemah, gatal dihidung atau di palatum, bersin atau rasa tidak enak didada. Gejala ini merupakan permulaan dari gejala lainnya. Gejala pulmoner didahului dengan rhinitis, bersin diikuti dengan spasme bronkus dengan atau tanpa batuk lalu berlanjut dengan sesak anoksia sampai apneu. Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, rasa kram diperut sampai diare. Sedangkan gejala pada kulit berupa gatal-gatal, urtikaria dan angioedema.
Tanda dan Gejala-gejala sesuai urutan tersering : -Urtikaria da angioedema -sesak nafas, wheezing -pusing, pingsan, hipotensi -mual, muntah, diarea, kram perut -wajah kemerahan -Edema saluran nafas atas -Sakit kepala -Rhinitis -Substernal pain -Kejang
Penatalaksanaan Airway : menjamin jalan napas paten Breathing : memberikan oksigen => pertahankan SpO2 > 95% Circulation : Beri posisi syok (modified Tredelenburg) Pasang infus Pemberian cairan hangat NaCl 0,9% dengan tetesan cepat Dosis awal 20 ml/kg pada anak (1 – 2 liter pada dewasa)
Pemberian Posisi pada Syok Angkat kaki setinggi ±30 cm Kepala lurus tanpa bantal 300-500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral
Jika merasakan denyutan nadi pada area tersebut => prediksi TD lebih tinggi dari angka tersebut
Epinephrine/Adrenaline => vasokonstriksi perifer, bronkodilatasi dan menekan efek histamine. DOC, diberikan segera, jika TD sistolik < 90 MmHg. Dosis : Adrenalin/Epinefrin 1 : 1000, IM. Anak : 0,01 ml/ KgBB/dose, maks. 0,4 ml/dose. Dewasa : 0,3-0,5 ml/cc. Ampul 1 ml = 1 mg Diphenhydramine (recodryl) => antihistamin, memblok pelepasan histamin akibat reaksi alergi, mengontrol keluhan yang ditimbulkan pada kulit atau membantu pengobatan hipotensi yang terjadi. Dosis : IV Anak 2 mg/KgBB Dewasa 25-50 mg Kombinasi dgn antagonis H2 ternyata lebih superior yaitu Ranitidin dosis 1 mg/kgbb IV atau Cimetidine 4 mg/kgbb IV lambat.
Kortikosteroid, kurang mempunyai efek untuk jangka pendek, lebih berefek untuk jangka panjang. Hidrokortison 5-10mg/kgBB IV atau Metil prednisolon 1 mg/kgBB IV. Bronkospasme yang tak respon dengan adrenalin dapat diberikan aminophylin dengan dosis 6 mg/KgBB dala 50 ml NaCL 0.9% IV dalam 30 menit. Bila penderita menunjukan tanda-tanda perbaikan hrus diobservasi minimal 6 jam atau dirujuk ke RS bila belum menujukan respons.
Pencegahan Untuk mencegah terjadinya reaksi anfilaksis, sebelum tindakan perlu dilakukan : 1.Lakukanlah anamnesa adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan atau adanya riwayat atopik lainnya ( seperti riwayat asma bronkiale, eksim atau riwayat urtikaria dll.)
Pencegahan Adanya obat-obat yang memberi reaksi silang perlu diwaspadai seperti sesorang yang alergi terhadap aspirin, maka dia juga kemungkinan alergi terhadap obat-obat yang mempunyai efek antiprostaglandin. Pasien-pasien yang tidak tahan terhadap golongan sepalosporin. 2.Jelaskan kepada penderita bila merasakan adanya rasa yang aneh setelah dilakukan penyuntikan agar segera memberitahu untuk dapat mengantisipasi terhadap kemungkinan adanya reaksi anafilaksis (jangan didiamkan saja)
Pencegahan 3.Diperlukan adanya emergency kit diruangan tempat dilakukan tindakan yang terdiri dari obat- obat : adrenalin/epinefrin, dipenfidramin, ranitidine tau cimetidine, dexametason, infuse Nacl/Dx5% dan infus set. 4.Bila kita meragukan penderita terhadap kemungkinan terjadinya reaksi anafilaksis setelah tindakan observasi selama 30 menit setelah tindakan. 5.Jangan lupa mengukur TD sebelum tindakan untuk mengetahui baseline TD sebelum tindakan.
Dosis penggunaan epinefrin pada bayi baru lahir: 0,1-0,3 ml/kg BB yang diencerkan dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB). Cara pemberian : i.v (intravena) atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.