NAMA KELOMPOK : 1.AGUNG JIMANTORO C1012131008 KARAKTERISTIK DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN SULFAT MASAM MENDUKUNG PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN I Wayan Suastika, Wiwik Hartatik, dan I Gusti Made Subiksa Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah NAMA KELOMPOK : 1.AGUNG JIMANTORO C1012131008 2.ARI FIRMANSYAH C1012131022 3.DY ELLY ERNAWATI C1012131017 4.WAHYU FITRIANI C1012131016 5.JEKIUN C1012131031 6.MUHAMMAD AMRU C1012131036
Lahan sulfat masam merupakan ekosistem yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, karena arealnya yang cukup luas sehingga mempunyai peran yang strategis dalam mendukung peningkatan produksi. Pengembangan lahan sulfat masam untuk lahan pertanian menghadapi banyak kendala, antara lain kemasaman tanah yang tinggi dan ketersediaan hara P yang rendah karena difiksasi oleh Al dan Fe.
Dent (1986) menambahkan bahwa rendahnya produktivitas lahan sulfat masam selain disebabkan oleh tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan meningkatnya kelarutan unsur beracun seperti Al, Fe, dan Mn, juga karena rendahnya kejenuhan basa. Kemasaman tanah yang tinggi memicu larutnya unsur beracun dan meningkatnya kahat hara sehingga tanah menjadi tidak produktif.
Karakteristik dan klasifikasi lahan sulfat masam Lahan sulfat masam tergolong lahan yang marginal dan fragile (rapuh) yang dicirikan oleh adanya lapisan tanah yang mengandung pirit 2,0 % atau lebih pada kedalaman kurang dari 50 cm. Widjaja Adhi et al. (1986) menambahkan bahwa lahan sulfat masam memiliki horizon sulfidik dan atau sulfurik pada kedalaman 120 cm dari permukaan tanah mineral.
Pirit (FeS2) pada kondisi anaerob atau tergenang adalah senyawa yang stabil dan tidak berbahaya, akan tetapi menjadi berbahaya jika kondisi tanah berubah menjadi aerob. Senyawa pirit dalam kondisi aerob akan teroksidasi dan menghasilkan senyawa beracun serta meningkatkan kemasaman tanah, yang berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.
Sulfat masam potensial Lahan sulfat masam potensial (SMP) merupakan lahan yang mempunyai bahan sulfidik (pirit) pada kedalaman >100 cm dari permukaan tanah,mempunyai pH > 3,5 yang makin tinggi selaras dengan kedalaman tanah.
Sulfat masam aktual Secara umum tanah sulfat masam aktual (SMA) mempunyai pH tanah lapang < 3,5, mempunyai horizon sulfurik atau tanda-tanda horizon sulfurik yang disebabkan oleh teroksidasinya pirit akibat drainase berlebihan. Tingkat kemasaman (pH) yang rendah dapat mengakibatkan tingginya kelarutan Al3+ yang dapat meracuni pertumbuhan tanaman.
Keracunan hidrogensulfida Defisiensi fosfat Kendala Pengembangan Lahan Sulfat Masam Pengembangan lahan sulfat masam untuk pertanian menghadapi berbagai kendala karena karakteristik kimianya ekstrim dan ekosistemnya yang rapuh dengan tingkat keragaman yang tinggi. Kendala tersebut antara lain: Keracunan aluminium Keracunan besi Keracunan hidrogensulfida Defisiensi fosfat
Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Sulfat Masam Pengelolaan lahan dan tata air Sistem pengelolaan lahan dan tata air merupakan salah satu faktor penguasaan air untuk: 1) memanfaatkan air pasang untuk pengairan; 2) mencegah akumulasi garam pada daerah perakaran; 3) mencuci zat-zat beracun bagi tanaman; dan 4) mengatur tinggi genanganpenentu keberhasilan pengembangan pertanian di lahan pasang surut. Pengelolaan lahan dan tata air bertujuan untuk mengatur pemanfaatan sumber daya alam secara optimal untuk mendapatkan hasil/manfaat secara maksimal, serta sekaligus mempertahankan kelestarian sumber daya alam tersebut. Langkah utama dalam kegiatan tersebut ditujukan pada untuk sawah dan permukaan air tanah guna menghindari oksidasi pirit.
Ameliorasi Produktivitas tanah sulfat masam biasanya rendah, disebabkan oleh tingginya kemasaman (pH rendah), kelarutan Fe, Al, dan Mn serta rendahnya ketersediaan unsur hara terutama P dan K dan kejenuhan basa yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Dent 1986). Oleh karena itu tanah seperti ini memerlukan bahan pembenah tanah (amelioran) untuk memperbaiki kesuburan tanahnya sehingga produktivitas lahannya meningkat. Ameliorasi pada tanah sulfat masam untuk memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum pemupukan dilaksanakan. Pemupukan tanpa perbaikan tanah/ameliorasi tidak akan efisien bahkan hara dari pupuktidak bisa dimanfaatkan oleh tanaman.
Penutup Lahan sulfat masam sebagai bagian dari ekosistem rawa adalah sumber daya yang harus dimanfaatkan secara optimal dengan menerapkan teknologi pengelolaan lahan yang tepat. Cakupan areal yang luas dengan topografi yang datar, lahan ini sangat potensial dikembangkan lahan sawah sebagai pengganti lahan sawah produktif yang terus mengalami konversi. Harus diakui bahwa kendala yang dihadapi dalam pemanfaatannya untuk pertanian cukup besar.
Kemasaman tanah yang tinggi, defisiensi hara dan unsur beracun adalah tantangan yang harus dihadapi. Namun dengan penerapan teknologi pengelolaan tanah dan air yang tepat kendala tersebut bisa ditanggulangi secara gradual. Sebaliknya, pengelolaan lahan yang salah, menyebabkan lahan mengalami degradasi yang berimbas pada kerusakan lingkungan insitu maupun daerah sekitarnya. Oleh karenanya, penerapan teknologi pengelolaan lahan dan air yang baik dan tepat harus dilakukan dengan komitmen yang tinggi agar produktivitas lahan tinggi secara berlanjut dan tidak merusak lingkungan.