Koefisien Partisi Suatu zat terlarut ditambahkan kedalam campuran pelarut yang saling tidak bercampur, zat terlarut tersebut mendistribusikan dirinya sendiri diantara kedua pelarut berdasarkan afinitasnya pada masing-masing fase. Senyawa polar (gula, asam amino, atau obat terion) akan cenderung menyukai fase air atau fase polar, sedangkan senyawa nonpolar (obat tidak terion) akan menyukai fase organik atau nonpolar, kondisi ini berdasarkan hukum partisi √
Senyawa tertentu pada suhu tertentu akan memisahkan dirinya sendiri diantara dua pelarut yang saling tidak bercampurkan pada perbandingan konsentrasi yang tetap, perbandingan yang tetap ini dikenal dengan koefisien partisi P adalah korfisien partisi senyawa, organik senyawa yang terlarut dalam fase organik, berair adalah senyawa yang larut dalam fase air
100 mg obat dalam 50 ml pelarut oraganik (misalnya eter, kloroform atau oktanol) dan 50 ml air, obat tersebut ditambahkan kedalam kedua pelarut yang saling tidak bercampur dalam sebuah corong pisah dan dibiarkan mencapai kesetimbangan, ditemukan 66,7 mg senyawa. Berdasarkan data ini koefisien partisi dan persentase obat yang terekstrasi kedalam lapisan organik dihitung sebagai berikut Masa fase obat dalam fase air 100 – 66,7 mg = 33, 3 mg, konsentrasi obat dalam fase organik 66,7/50 ml = 1,33 mg/ml dan konsentrasi obat dalam fase air = 33,3/ 50 ml = 0,67 mg/ml sehingga koefisien partisi :
Dasar Proses Pemisahan Metoda cara Stas-Otto adalah metoda penting untuk pemeriksaan senyawa obat dan toksikologi, proses pemeriksaan terjadi karena campuran senyawa berdasarkan sifat fisiko-kimia komponen tunggalnya dapat terbagi sebagai fraksi antara 2 fase cair (air dan pelarut organik yang tidak bercampur), proses ini merupakan proses distribusi dan dissosiasi
Jika suatu zat terbagi antara 2 fase cair yang tidak bercampur, maka setelah kesetimbangan tercapai akan didapat perbandingan konsentrasi yang tetap.
Umumnya konsentrasi dalam fase organik dinyatakan sebagai C1 dan konsentrasi dalam fase air sebagai C2, harga K yang tinggi menunjukkan bahwa kelarutan zat dalam fase organik lebih baik. Dengan perhitungan dapat ditunjuk bahwa ekstraksi berkali-kali volume kecil akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan satu kali ekstraksi dengan volume besar
Dengan ekstraksi tunggal hanya zat yang mempunyai koefisien distribusi yang jauh berbeda yang dapat pisahkan secara sempurna, sebaliknya dengan mengekstraksi pada berbagai pH dapat dilakukan pemisahan fraksi asam, fraksi basa dan fraksi netral. Senyawa asam yang ada dalam fase air dengan penambahan asam yang lebih kuat, reaksi disosiasinya akan didesak. Hal ini tidak terionisasi yaitu bentuk lipofil yang dapat diekstraksi dengan pelarut organik.
Sebaliknya, basa nitrogen akan terprotonasi dalam asam dengan demikian bersifat hidrofil. Karena hanya zat lipofil yang dapat diekstraksi dengan pelarut organik, maka dengan cara ini mungkin dilakukan pemisahan senyawa asam dari senyawa basa
Sedangkan zat netral akan masuk kedalam fase organik, pada isolasinya akan terjadi asam atau basa bebas yang dapat diekstraksi kembali dengan air pada pH yang sesuai.
√
Umumnya konsentrasi dalam fase organik dinyatakan sebagai C1 dan konsentrasi dalam fase air sebagai C2, harga K yang tinggi menunjukkan bahwa kelarutan zat dalam fase organik lebih baik.
Dengan perhitungan dapat ditunjuk bahwa ekstraksi berkali-kali volume kecil akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan satu kali ekstraksi dengan volume besar
Distribusi dan Koefisien partisi Pada prakteknya, jumlah bahan yang diekstrak sangat bergantung pada jumlah bahan yang ada, koefisien partisi dan volume dua pelarut Proses ekstraksi semakin baik dengan bertambahnya volume pelarut dan bertambahnya jumlah ekstraksi
Sebagai contoh, 1 gram sampel yang dilarutkan dalam Chloroform dan aquadest dengan koefisien partisi, K = 9 Ekstraksi menggunakan volume pelarut dalam jumlah yang sama, hitung partisi 1 gram sampel dalam jumlah pelarut yang sama 20 ml chloroform dan air
Konsentrasi chloroform Konsentrasi aquadest Bila x gram dilarutkan dalam chloroform x/20 (1 – x ) / 20 x (1 – x ) maka x = 0.9 K = 9 / 1 9/1 9/1
Ini berarti bahwa setelah ekstraksi pertama 0 Ini berarti bahwa setelah ekstraksi pertama 0.1 g sampel padat masih tertinggal dalam fase air, bila dilakukan ekstraksi untuk kedua kalinya dengan pelarut yang sama maka berat sampel yang tertinggal pada fase air semakin kecil yaitu 0.01 g