Diambil dari buku Sistem Sosial Indonesia

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MANAJEMEN KONFLIK.
Advertisements

Sosiologi Pedesaan Pertemuan V
SOSIOLOGI KELAS XII PENYUSUN : DRA. AGUSTIEN WUWUNGAN
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
BAB 07 PENGENDALIAN SOSIAL
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Dua (2) Pendekatan utama yang digunakan dlm pembahasan S.S.B.I.
Perspektif Konflik 1. Pendahuluan : Asumsi dasar perspektif konflik :
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL
BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
PERUBAHAN DAN KONFLIK SOSIAL
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
Perspektif Struktural Fungsional
Psikologi Dunia Kerja Diri, Kerja, Sifat Dasar, dan Motivasinya
GAYA INTERVENSI DALAM KONFLIK
Disiapkan oleh: AGUS MAULANA
BENTUK – BENTUK INTERAKSI SOSIAL
LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS :
KONFLIK PADA DUNIA KERJA
IDENTITAS NASIONAL.
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN
BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi
Masyarakat dan perubahan sosial
BAB XII MANAJEMEN KONFLIK.
Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Sosiologi PERUBAHAN SOSIAL Margaretta Tobing ( )
Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
KONFLIK & RESOLUSI.
KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL Bab.2 Panjilmo Putro SPd MSi
BERBAGAI ANCAMAN TERHADAP KEUTUHAN NKRI
Masyarakat dan perubahan sosial
KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN KONFLIK
Perubahan Sosial dan Pembangunan
KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN KONFLIK
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Kelompok 3 : FITRIYANA SURYA DEWI
Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan Sosial Muhammad Noor Hidayat
PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA
IDENTITAS NASIONAL MASYARAKAT MADANI
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Assalamu'alaikum.
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Dra. Indah Meitasari M.Si
BAB 07 PENGENDALIAN SOSIAL
Randall Collins (1975), mengatakan bahwa pertanyaan mendasar sosiologi bukanlah mengapa masyarakat terbentuk, tetapi setelah masyarakat terbentuk apa.
MENYONGSONG MASA DEPAN INTEGRASI MASYARAKAT INDONESIA
KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA
Sumber : SOCIAL MAPPING Karya : Bambang Rudito dan Melia Famiola
Pertemuan 9 :Conflict Management Disusun : Lies Sunarmintyastuti
LAPISAN MASYARAKAT (Stratifikasi Sosial)
Dra. Indah Meitasari M.Si
NILAI, SIKAP, dan KEPUASAN KERJA
Konflik dan Integrasi dalam Kehidupan Sosial 1. Konflik dalam Kehidupan Sosial 2. Integrasi dalam Kehidupan Sosial.
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Pendidikan Multikultur
URBANISASI : MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN Sumber : Sosiologi Suatu Pengantar. Prof. DR. Soerjono Soekanto, Dra. Budi Sulistyowati MA. MATA KULIAH.
Mata Kuliah Sosiologi-Antropologi Program Studi Geografi FKIP UHAMKA
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
MODAL SOSIAL Materi Kuliah Sosiologi Perdesaan dan Perkotaan
STRUKTUR SOSIAL DALAM PERSPEKTIF GLOBAL
Studi lapangan ke desa sukasari Minat pemuda desa untuk urbanisasi
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
MODAL SOSIAL Materi Kuliah Studi Masyarakat Indonesia
BAB 1 BELA NEGARA. Pengertian Bela Negara Lingkungan sekitar kita adalah tempat kita mencari nafkah, sumber kehidupan kita bersama. Seandainya lingkungan.
Transcript presentasi:

KONSEP INTEGRASI SOSIAL Materi Kuliah Studi Masyarakat Indonesia Program Studi Geografi FKIP UHAMKA Diambil dari buku Sistem Sosial Indonesia Karya Prof. Dr. Paulus Wirutomo dkk. Penerbit: Lab Sosio UI

B. Konsep-konsep Integrasi Pendahuluan Konsep integrasi sangat penting dan mendasar, sebab bila integrasi gagal, maka eksistensi masyarakat Indonesia akan hilang, apalagi masyarakat Indonesia yang plural ini, rawan terhadap disintegrasi. Didalam masyarakat yang plural, dibutuhkan suatu kata “kerukunan”. Dalam sosiologi, kerukunan dapat diartikan sebagai equilibrium, the absence of conflict, solidarity, tolerance, conformity, solidity, integration, peace, harmony, cohesion, sinergy. Dra. Indah Meitasari M.Si

Berikut ini adalah definisi beberapa konsep yang bernuansa “kerukunan” : 1. Integration : Keutuhan atau persatuan (proses menjadi satu). Kondisi ini memang menhasilkan kerukunan, tetapi konsep ini lebih sering menekankan pada “keutuhannya” dari pada “kerukunannya”. Karena itu konsep ini dibedakan antara Integrasi nasional (bersatunya pulau-pulau nusantara kedalam satu negara- bangsa Indonesia) dengan integrasi sosial (adanya interaksi sosial yang intensif dan kolaboratif antar warga masyarakat dari berbagai golongan yang berbeda). Pengertian pertama lebih menekankan motovsi politis (kekuasaan) dan seringkali menjurus pada cara yang koersif, sedangkan yang kedua lebih bersifat sosiologis, yaitu adalnya kesepakatan nilai dan dan ketergantungan fungsional yang setara. Bila pemerintah terlalu sibuk mengejar integrasi nasional tetapi kondisi integrasi sosial antar golongan terabaikan, kondisi ini tidak akan sehat dan tidak bisa bertahan lama. Dra. Indah Meitasari M.Si

2. Equilibrium : keadaan yang seimbag dan tidak terjadi kesenjangan yang menimbulkan gejolak. Tetapi konsep ini juga bernuansa pasif. Artinya masyarakat seolah-oleh tidak dinamis, anggota masyarakat tidak aktif, bahkan tidak saling membantu. Kondisi equlibrium bisa juga berarti stalemate, yaitu keadaan ketika semua kelompok tidak saling menyerang. Hal itu bukan karena mereka rukun, melainkan sama-sama kutat sehingga sama-sama takut. 3. Stability : keadaan yang tenang, mantap dan mapan, hampir tidak ada konflik yang mengguncang. Kondisi ini belum tentu menandakan adanya kepuasan semua pihak, belum tentu ada kerukunan, bahkan mungkin ada latent conflict atau animosity (rasa tidak senang antar kelompok). Stability sering bernuansa negatif, dalam arti tidak dinamis, mempertahankan status quo. Dalam suatu masyarakat yang stabil biasanya ada kelomopk penguasa yang amat kuat dan memaksakan stabilitas tersebut, seperti Indonesia pada masa Orde Baru. Dra. Indah Meitasari M.Si

5. Tolerance : sikap menahan diri, bisa menerima keadaan, tidak menyerang kelompok lain. Hal ini bisa menciptakan kerukunan, meski bersifat dangkal, karena semua pihak dapat menahan diri, meski ada rasa tidak senang antar budaya (cultural animosity) atau konflik yang tersembunyi (hidden conflict). Rasa segan utnuk bekerjasama bisa saja asih tetap ada. 4. The Absence of Conflict : keadan nyaris tanpa konflik, tetapi ini biasanya terjadi karena ada kekuatan yang dapat menekan kelompok- kelompok agar tidak berkonflik. Keadaan ini bersifat semu dan tidak realistik karena konflik merupakan gejala yang “melekat” pada semua masyarakat. Kondisi tanpa konflik bisa berbahaya karena masyarakat tidak memiliki outlet atau savety valve iinstitution (lembaga penyalur ketidakpuasan). Keadaan ini justru sering berakhir dengan konflik yang eksploitatif. Dra. Indah Meitasari M.Si

Eksploitasi secara tersembunyi masih bisa terjadi. 6. Solidarity : kondisi yang lebih positif dari toleransi. Hal ini menunjukkan sikap mau menolong dan bersatu, ada kerukunan tetapi masih ditandai oleh kesenjangan (ketidaksetaraan). Eksploitasi secara tersembunyi masih bisa terjadi. 7. Conformity : kepatuhan warga negara sehingga dapat menimbulkan suasana rukun. Tetapi kondisi ini bernuansa pasif, tidak ada aktif, tidak ada kritis, bahkan bisa berbahaya bila semua orang mematuhi segala keputusan penguasa tanpa syarat. Konformitas yang terlalu kuat pada nilai atai norma yang ada (adat istiadat) bisa menghambat inovasi. Nomor 6. Contohnya pada masa Orde Baru tatkala terjadi kesenjangan yang mencolok antar golonganm lalu pemerintah mencanangkan Hari Kesetiakawanan Nasional dengan mengerahkan golongan yang kuat untuk memberi santunan kepada yang lemahm tetapi struktur yang tidak adil masih saja dipertahankan, Motivasi politisnya adalah untuk mencegah konflik sosial. Dra. Indah Meitasari M.Si

8. Peace : Kondisi tidak berkelahi atau berperang, bisa bernuansa rukun tetapi juga bernuansa pasif. (tidak saling menyerang, tetapi juga mungkin tidak saling menyayangi atau bekerjasama). Kedamaian harus diisi lagi dengan tindakan yang lebih proaktif. Orang sering mengkaitkan kedamaian dengan keadilan. Bagi yang merasakan ketidakadilan, masih harus memperjuangkan kehidupannya. 9.Cohesion : Kondisi kesatuan yang kuat, ada kerjasama atau kekompakan, tetapi ada nuansa fanatik kelompok. Dalam masyarakat modern yang kompleks dan heterogen, konsep ini nampaknya kurang relistik dan bersifat eksklusif. Dra. Indah Meitasari M.Si

Ini dapat dikatakan sebagai kondisi sosial ideal. 10. Compromise : keadaan saling memberi konsesi (mengalah) untuk menghindari terjadinya konflik. Pada prinsipnya pendekatan ini tidak bersifat progresif (maju) tetapi lebih bersifat mundur selangkah. Keadaan ini bisa berbahaya kalau yang dikorbankan adalah hal-hal yang merupakan prinsip (cita-cita dasar). 11. Harmony : hampir mirip dengan equilibrium, seimbang; kondisi yang memperlihatkan adanya perbedaan tetapi memiliki nuansa serasi, ada kecocokan , dan saling mengisi. Ini dapat dikatakan sebagai kondisi sosial ideal. Dra. Indah Meitasari M.Si

13. Sinergy : Bila kompromi adalah masing-masing pihak mengorbankan apa yang ada demi mencapai kesepakatan, maka sinergi adalah bersepakat serta bersatu dalam perbedaan. Dalam konsep ini, semua pihak yang berlawanan menggabungkan kekuatan yang berlipat ganda. Sinergi tidak bersifat “menang-kalah”, tetapi bersifat win-win solution. 12. Solidity : konsep ini jarang dipakai, padahal ia sebenarnya menunujukkan kualitas kekenyalan (resilience) atau kerukunan yang memiliki daya tahan dan daya tangkal serta tidak mudah digoyang atau diprovokasi pihak luar (resistant). Dra. Indah Meitasari M.Si

Terima kasih Materi kuliah ini dapat di unduh di : https://wuladari Dra. Indah Meitasari M.Si