DEFINISI 1. BUDAYA budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. (Brunner dan Suddart, 2001).
(Andrews and Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002). 2. KEPERAWATAN TRANSKULTURAL ”transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universasl dalam keperawatan (Andrews and Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002).
PEMBAHASAN DAN KASUS Seorang anak laki-laki di Aceh bernama an. A berusia 8 tahun yang beragama islam mengalami kecelakaan pada saat bermain dengan temannya tiba-tiba an. A terjatuh dari pohon rambutan yang d anggap oleh masyarakat sekitar sebagai pohon keramat. Keluarga meyakini bahwa an. A terjatuh karena di dorong oleh penunggu pohon tersebut sehingga mengakibatkan an. A terjatuh dan mengalami patah tulang di bagian kakinya sehingga pihak keluarga langsung membawanya ke salah satu tokoh masyarakat yang di anggapnya sebagai ketua adat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Ketika sampai di tempat tokoh masyarakat tersebut an. A langsung diberikan pengobatan berupa racikan daun mengkudu yang dihangatkan di atas api sampai layu dan hangat lalu ditempelkan ke daerah yang mengalami patah tulang dan di ikat oleh serat pohon beringin. Masyarakat sekitar banyak melakukan pengobatan kepada beliau karena di percayai bisa meyembuhkan berbagai macam penyakit dan di anggap sudah berpengalaman oleh masyarakat sekitar, sehingga keluarga menyakini bahwa pengobatan tersebut dapat mengurangi rasa sakit yang dialami oleh an. A. Masyarakat sekitar mayoritas muslim sehingga keluarga dan semua anaknya menganut agama islam. Pada saat dilakukan pengobatan di rumah adat beliau memberikan arahan kepada keluarga dan pasien untuk bersikap sabar, selalu berdoa, serta tidak memakan daging, telur dan ikan, karena makanan tersebut dapat menimbulkan gatal pada area yang cedera.
Sebelum di bawa ke RS keluarga mengatakan tidak mempunyai biaya yang cukup sehingga keluarga hanya mengandalkan ASKES yang diberikan oleh pemerintah, serta jarak tempuh antara rumah dan RS sangat jauh, keluarga tidak mempunyai tabungan apapun karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sering dibantu oleh saudaranya. Pasien mendapatkan pengobatan oleh tokoh masyarakat yang di yakininya bisa menyembuhkan keluhannya, setelah 3 minggu pasien tidak ada perubahan serta suhu badannya menjadi naik, keluarga merasa khawatir dengan keadaan kesehatan pasien saat ini. Sehimgga pasien dibawa ke RS, dan pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat keluarga pasien mengatakan pasien sebelumnya sudah dilakukan pengobatan oleh tokoh masyarakat tetapi belum ada perubahan. Keluarga mengatakan bahwa di lingkungannya bergama muslim sehingga an. A beragama islam.
Di dalam keluarga An. A tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan adiknya Di dalam keluarga An. A tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan adiknya. Setelah terjatuh yang pertama kali mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan kepada tokoh maskara tersebut adalah ayahnya, karena beliau merupakan teman dekat dengan tokoh masyarakat tersebut. keluarga mengatakan ayahnya merupakan seorang petani dan tulang punggung keluarga di dalam lingkungan masyarakat ayahnya terkenal aktif dalam lingkungannya Selama Ini An. A merasa sehat sebelum sakit pasien sering bermain dengan temannya. Tidak suka minum air putih, tetapi kebiasaan buruk dia selalu jajan seperti halnya meminum es yang di jual d sekolahan, tetapi setelah terjatuh dia merasakan sakit sehingga tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya sehingga untuk melakukan perawatan diripun semuanya harus di bantu oleh keluarga. Kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga selalu berobat ke tokoh masyarakat tersebut apabila ada pihak keluarga yang sakit, keluarga tidak pernah mencari informasi melalui internet karena tidak mempunyai handphone, hanya menerima saran dari orang lain, keluarga tidak pernah membawa keluarganya ke RS apabila ada keluarga yang sakit cukup dengan tokoh masyarakat saja. Sebelum d bawa ke RS keluarga ketakutan akan tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien sehingga pengobatan yang dilakukannya kepada tokoh masyarakat.
Keluarga mengatakan bahwa apa yang diderita anaknya merupakan ujian dari Tuhan, serta pengobatan yang dijalaninya bisa mengurangi sakitnya. Pada saat dirawat sehari-harinya pasien berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asli Aceh, tetapi orangtua dari an. A sangat fasih terhadap bahasa Indonesia. Ketika pasien dirawat ia tidak begitu akrab dengan pasien sekamarnya dikarenakan an. A tidak mengerti bahasa lain kecuali bahasa Aceh sendiri. Ketika pasien di rawat ia di kunjungi oleh saudara dan tetangganya pada saat bukan waktu jam kunjung, keluarga Tn. F kurang mematuhi aturan di RS terhadap batasan jumlah penunggu larangan membawa anak kecil yang seharusnya tidak boleh memasuki ruang perawatan.
FORMAT PROSES KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA Pengkajian 1. Identitas Klien Nama : An. A Usia : 8 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Pelajar Suku : Alamat : Diagnosa Medis : Patah Tulang di bagian Kaki
2. Komposisi Keluarga No. Nama Jenis Kelamin Hub Kelg dgn klien Umur Pendi dikan Pekerjaan Status Imunisasi Keterangan 1. Tn. F Laki-laki Ayah 38 Th SD Petani - 2. Ny. L Prmpuan Ibu 35 Th IRT 3. An. Z Kakak 10 Th Pelajar 4. An. T Adik 3 Th
Genogram
Riwayat Kesehatan Sekarang Keluarga pasien mengatakan pasien terjatuh ketika bermain dengan temannya sehingga mengakibatkan patah tulang pada kakinya. Tujuh Faktor Pengkajian Faktor teknologi (tecnological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : Persepsi sehat sakit Selama ini An. A merasa sehat. Tetapi setelah terjatuh yang mengakibatkan patah tulang ia merasa sakit Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan berobat kepada tokoh masyarakat yang diyaklini dapat mengobatinya Alasan mencari bantuan kesehatan Keluarga pasien tidak pernah mencari informasi melalui internet karena tidak mempunyai handphone, hanya saja menerima saran dari orang lain. Alasan klien memilih pengobatan alternatif tidak mempunyai biaya yang cukup dan hanya mengandalkan ASKES Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini keluarga ketakutan akan tindakan medis
Agama yang dianut : Islam Status pernikahan : - B. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama yang dianut : Islam Status pernikahan : - Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit apa yang diderita anaknya merupakan ujian dari Tuhan, serta pengobatan yang dijalaninya bisa mengurangi sakitnya. Cara pengobatan berobat kepada tokoh masyarakat yang diyaklini dapat mengobatinya dengan cara memberikan racikan daun mengkudu yang dihangatkan di atas api sampai layu dan hangat lalu ditempelkan ke daerah yang mengalami patah tulang dan di ikat oleh serat pohon beringin Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. Pada saat dilakukan pengobatan di rumah adat beliau memberikan arahan kepada keluarga dan pasien untuk bersikap sabar, selalu berdoa.
C. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Nama lengkap : An. Andri Prianto Nama panggilan : An. Andri Umur : 8 tahun Tempat tanggal lahir : Aceh, 30 Mei 2009 Jenis kelamin / status : Laki-laki / Pelajar Tipe keluarga : Keluarga kecil Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ayah Hubungan klien dengan kepala keluarga. : Anak
D. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga Keluarga mengatakan ayahnya merupakan seorang petani dan tulang punggung keluarga di dalam lingkungan masyarakat ayahnya terkenal aktif dalam lingkungannya. Bahasa yang digunakan Sehari-harinya pasien berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asli Aceh, tetapi kurang fasih dan kurang mengerti terhadap bahasa Indonesia. Kebiasaan makan Pasien tidak suka minum air putih dan kebiasaan buruk dia selalu jajan seperti halnya meminum es yang di jual d sekolahan.
4. Makanan yang dipantang dalam kondisi sakit Menurut tokoh masyarakat pasien dilarang makan daging, telur dan ikan karena dapat menimbulkan datal pada luka. 5. Persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari Pasien merasa tidak biasa melakukan aktivitas seperti biasanya karena patah tulang yang dideritanya akibat terjatuh 6. Kebiasaan membersihkan diri. Perawatan diri selalu dibantu oleh keluarga
Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung E. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung Pada saat dirawat pasien di kunjungi oleh saudara dan tetangganya pada saat bukan waktu jam kunjung, keluarga Tn. F kurang mematuhi aturan di RS terhadap batasan jumlah penunggu dan larangan membawa anak kecil yang seharusnya tidak boleh memasuki ruang perawatan. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu Cara pembayaran untuk klien yang dirawat Keluarga mengatakan bahwa selama dirawat keluarganya hanya mengandalkan Askes yang diberikan oleh pemerintah karena keluarga mengatakan tidak mempunyai biaya buntu pengobatan anaknya.
F. Faktor ekonomi (economical factors) Pekerjaan klien : Pelajar Sumber biaya pengobatan Hanya mengandalkan Askes yang diberikan oleh pemerintah karena keluarga mengatakan tidak mempunyai biaya buntu pengobatan anaknya. Tabungan yang dimiliki oleh keluarga Keluarga tidak mempunyai tabungan apapun karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sering dibantu oleh saudaranya. Biaya dari sumber lain misalnya asuransi Penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
G. Faktor pendidikan (educational factors) tingkat pendidikan klien : SD jenis pendidikan : Sekolah Dasar kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
Perencanaan Mempertahankan/perlindungan budaya (Cultural care preservation/maintenence) yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation/negotiations) klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan Merubah budaya klien dan keluarganya (Cultural care repartening/recontruction) bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
Cultural care preservation/maintenance Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
B. Cultural care accomodation/negotiation Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
C. Cultual care repartening/reconstruction Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok. Gunakan pihak ketiga bila perlu. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Evaluasi Mempertahankan budaya yang sesuai kesehatan. Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan