Kekonvergenan Deret Harmonik secara Analitik dan Numerik

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Peserta mengerti tahap-tahap pada ADC
Advertisements

KIMIA UNSUR-UNSUR TRANSISI
PERTEMUAN 3 Algoritma & Pemrograman
Penyelidikan Operasi 1. Konsep Optimisasi.
KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
Penyusunan Data Baseline dan Perhitungan Capaian Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT.
BALTHAZAR KREUTA, SE, M.SI
PENGEMBANGAN KARIR DOSEN Disarikan dari berbagai sumber oleh:
Identitas, persamaan dan pertidaksamaan trigonometri
ANGGOTA KELOMPOK WISNU WIDHU ( ) WILDAN ANUGERAH ( )
METODE PENDUGAAN ALTERNATIF
Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf’an, M.Kom
GERAK SUGIYO, SPd.M.Kom.
Uji Hipotesis Luthfina Ariyani.
SOSIALISASI PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) POLIO 2016
PENGEMBANGAN BUTIR SOAL
Uji mana yang terbaik?.
Analisis Regresi linear berganda
PEERSIAPAN DAN PENERAPAN ISO/IEC 17025:2005 OLEH: YAYAN SETIAWAN
E Penilaian Proses dan Hasil Belajar
b. Kematian (mortalitas)
Ilmu Komputasi BAGUS ADHI KUSUMA
Uji Hipotesis dengan SPSS
OVERVIEW PERUBAHAN PSAK EFFEKTIF 2015
Pengolahan Citra Berwarna
Teori Produksi & Teori Biaya Produksi
Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
PERSIAPAN UN MATEMATIKA
Kriptografi.
1 Bab Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI Oleh: Alam S..
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
Dosen: Atina Ahdika, S.Si., M.Si.
Anggaran biaya konversi
Junaidi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
Pemodelan dan Analisis
Bab 4 Multivibrator By : M. Ramdhani.
Analisis Regresi – (Lanjutan)
Perkembangan teknologi masa kini dalam kaitannya dengan logika fazi
DISTRIBUSI PELUANG KONTINU
FETAL PHASE Embryolgy II
Yusuf Enril Fathurrohman
3D Viewing & Projection.
Sampling Pekerjaan.
Gerbang Logika Dwi Indra Oktoviandy (A )
SUGIYO Fisika II UDINUS 2014
D10K-6C01 Pengolahan Citra PCD-04 Algoritma Pengolahan Citra 1
Perpajakan di Indonesia
Bab 2 Kinerja Perusahaan dan Analisis Laporan Keuangan
Penyusunan Anggaran Bahan Baku
MOMENTUM, IMPULS, HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Theory of Computation 3. Math Fundamental 2: Graph, String, Logic
Strategi Tata Letak.
Theory of Computation 2. Math Fundamental 1: Set, Sequence, Function
METODE PENELITIAN.
(Skewness dan kurtosis)
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dasar-dasar piranti photonik
Klasifikasi Dokumen Teks Berbahasa Indonesia
Mekflu_1 Rangkaian Pipa.
Digital to Analog Conversion dan Rekonstruksi Sinyal Tujuan Belajar 1
SEKSI NERACA WILAYAH DAN ANALISIS BPS KABUPATEN TEMANGGUNG
ASPEK KEPEGAWAIAN DALAM PENILAIAN ANGKA KREDIT
RANGKAIAN DIODA TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016
Ruang Euclides dan Ruang Vektor 1.
Bab Anuitas Aritmetrik dan Geometrik
Penyelidikan Operasi Pemrograman Dinamik Deterministik.
Kesetimbangan Fase dalam sistem sederhana (Aturan fase)
ANALISIS STRUKTUR MODAL
Transcript presentasi:

Kekonvergenan Deret Harmonik secara Analitik dan Numerik Muhammad Al Kahfi 10114032 Matematika ITB 2014

Masalah Pertama Selidiki apa yang terjadi dengan 𝐻 2𝑛 βˆ’π»(𝑛) jika 𝑛 β†’βˆž. Apakah anda mengenalinya ?

Pendekatan dengan Penaksiran Definisikan T(n) sedemikian sehingga 𝑇 𝑛 = 𝐻 2𝑛 βˆ’π» 𝑛 = 𝑖=1 2𝑛 1 𝑖 βˆ’ 𝑖=1 𝑛 1 𝑖 = 1 𝑛+1 + 1 𝑛+2 + …+ 1 2𝑛 Akibatnya, 1 2 = 𝑛 2𝑛 ≀𝑇 𝑛 ≀ 𝑛 𝑛+1 ≀1 Karena T(n) adalah fungsi menaik (bukti diserahkan pada pembaca) dan T(n) terbatas di atas, maka jelas bahwa T(n) konvergen. Tapi, konvergen kemana ?

Definisi Integral 𝐻 2𝑛 βˆ’π» 𝑛 = 𝑖=1 2𝑛 1 𝑖 βˆ’ 𝑖=1 𝑛 1 𝑖 = 𝑖=𝑛+1 2𝑛 1 𝑖 = 𝑖=1 𝑛 1 𝑛+𝑖 = 1 𝑛 𝑖=1 𝑛 1 1+ 𝑖 𝑛 Akibatnya, lim 𝑛 β†’βˆž 1 𝑛 𝑖=1 𝑛 1 1+ 𝑖 𝑛 = 0 1 1 1+π‘₯ 𝑑π‘₯= ln π‘₯+1 0 1 = ln 2

Programming Matlab for i = 1 : 100 har(i) = 0; for j = i+1 : 2*i; har(i) = har(i) + 1/j; end; plot(har - log(2));

Selidiki juga dengan 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π»(𝑛) Masalah Kedua Selidiki juga dengan 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π»(𝑛)

Gunakan Hasil Sebelumnya lim 𝑛 β†’βˆž 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 𝑛 = lim 𝑛 β†’βˆž 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 2 π‘˜βˆ’1 𝑛 +𝐻 2 π‘˜βˆ’1 𝑛 βˆ’π» 2 π‘˜βˆ’2 𝑛 + …+𝐻 2𝑛 βˆ’π»(𝑛) = lim 𝑛 β†’βˆž 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 2 π‘˜βˆ’1 𝑛 + lim 𝑛 β†’βˆž 𝐻 2 π‘˜βˆ’1 𝑛 βˆ’π» 2 π‘˜βˆ’2 𝑛 + … + lim 𝑛 β†’βˆž 𝐻 2𝑛 βˆ’π» 𝑛 = ln 2 + ln 2 + ln 2 + …+ ln 2 =π‘˜ ln 2 = ln 2 π‘˜ ⁑

Programming Matlab for k = 1 : 10; for i = 1 : 200 har(i, k) = 0; for j = i+1 : 2^k*i; har(i, k) = har(i, k)+ 1/j; end; plot(har(:, k) - k*log(2)); hold on;

Masalah Ketiga Misalkan n mempunyai nilai tetap, selidiki apa yang terjadi dengan 𝐻( 2 π‘˜ 𝑛). Tentu nilainya membesar. Bagaimana ukuran membesarnya ? Carilah suatu fungsi yang dapat digunakan sebagai ukuran

Batasi Nilai 𝐻( 2 π‘˜ 𝑛) Dari uraian pada masalah 1 telah kita dapatkan 1 2 ≀𝐻 2𝑛 βˆ’π» 𝑛 ≀1 π‘˜ 2 ≀𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 𝑛 β‰€π‘˜ 1 2 ≀ 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 𝑛 π‘˜ ≀1 Perhatikan bahwa fungsi T k = 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 𝑛 π‘˜ monoton turun untuk setiap π‘˜> π‘˜ 0 dengan π‘˜ 0 ∈ β„• (bukti diserahkan ke pembaca), akibatnya 𝑇(π‘˜) konvergen ke suatu nilai, sebut c.

lim π‘˜β†’βˆž 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π» 𝑛 π‘˜ =𝑐 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 =𝑐 π‘˜+𝑂 π‘˜ +𝐻 𝑛 𝐻 2 π‘˜ 𝑛 βˆ’π‘π‘˜=𝑐𝑂 π‘˜ +𝐻(𝑛) Dengan cesaro stolz theorem, 𝑐 β‰ˆ lim π‘₯ β†’βˆž 𝐻 2 π‘₯+1 𝑛 βˆ’π» 2 π‘₯ 𝑛 = lim π‘₯ β†’βˆž 𝑖=1 2 π‘₯ 𝑛 1 2 π‘₯ 𝑛+𝑖 = lim π‘₯ β†’βˆž 1 2 π‘₯ 𝑖=1 2 π‘₯ 𝑛 1 𝑛+ 𝑖 2 π‘₯ = 0 𝑛 1 𝑛+π‘₯ 𝑑π‘₯ = ln 2

Programming Matlab for i = 1 : 20; for k = 1 : 20; har(i, k) = 0; for j = 1 : i*2^k; har(i, k) = har(i, k) + 1/j; end; plot(har(i, :)); hold on;

Masalah Keempat Misalkan 𝐽(𝑛) merupakan bilangan bulat yang tidak lebih kecil dari 𝐻 𝑛 . Hitung 𝐽 2𝑛 βˆ’π½ 𝑛 dengan 𝑛=1, 2, …, 𝑁 dengan 𝑁 cukup besar. Kesimpulan apa yang diperoleh

Gunakan fungsi ceiling Jelas bahwa 𝐽 𝑛 = 𝐻(𝑛) . Perhatikan bahwa 𝑦 βˆ’ π‘₯ ≀ 𝑦 βˆ’π‘₯ β‡’ 𝐻(2𝑛) βˆ’ 𝐻(𝑛) ≀ 𝐻 2𝑛 βˆ’π» 𝑛 ≀1β‡’ 𝐽 2𝑛 βˆ’π½ 𝑛 ≀1 Karena 𝐽(𝑛) bernilai bilangan bulat, maka kemungkinan nilai dari 𝐽 2𝑛 βˆ’π½ 𝑛 adalah 0 dan 1

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 1000; har(i) = har(i-1) + 1/i; end; i = 1 : 500 f = @(x) ceil(har(2*x)) - ceil(har(x)) plot(i, f(i), β€˜ro')

Masalah kelima Tentukan kemungkinan nilai π‘š 𝑛 jika 𝐽 π‘š =𝐽 𝑛 +1

Integral lagi Perhatikan bahwa 𝐽 π‘š =𝐽 𝑛 +1β‡’0<𝐻 π‘š βˆ’π» 𝑛 <2 Ambil limit kedua ruas 0≀ lim 𝑛 β†’βˆž 𝑖=𝑛+1 π‘š 1 𝑖 = lim 𝑛 β†’βˆž 𝑖=1 π‘šβˆ’π‘› 1 𝑛+𝑖 = 0 π‘š 𝑛 βˆ’1 1 1+π‘₯ 𝑑π‘₯ = ln π‘š 𝑛 ≀2 β‡’1≀ π‘š 𝑛 ≀ 𝑒 2 π‘Žπ‘  𝑛 β†’βˆž

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 3000; har(i) = har(i-1) + 1/i; end; f = @(x) ceil(har(x)) i = 1 : 3000; kom = f(i); for i = 1 : 600; kecil(i) = min(find(kom == f(i) + 1))/i; besar(i) = max(find(kom == f(i) + 1))/i; i = 1 : 600; plot(kecil(i), β€˜g’); hold on; plot(besar(i), β€˜r’);

Masalah Keenam Misalkan 𝑛 bilangan terbesar sehingga 𝐽 𝑛 =π‘š, untuk π‘š=1, 2, …, 30. Tuliskan ini sebagai 𝐿 π‘š . Hitung 𝐿 π‘š+1 𝐿 π‘š carilah suatu kesimulan mengenai hasil ini. Tentukan order dari 𝐿(π‘š) jika π‘š membesar tanpa batas.

Lakukan Pengandaian Asumsikan 𝐿 π‘š =𝑛 dan 𝐿 π‘š+1 =𝑛′. Untuk 𝑛 yang cukup besar / menuju ∞ maka berlaku H n β€² βˆ’H n =m+1 βˆ’m=1β‡’ 1= lim 𝑛 β†’βˆž 𝑖=𝑛+1 𝑛 β€² 1 𝑖 = lim 𝑛 β†’βˆž 𝑖=1 𝑛 β€² βˆ’π‘› 1 𝑛+𝑖 = 0 𝑛 β€² 𝑛 βˆ’1 1 1+π‘₯ 𝑑π‘₯ = ln 𝑛 β€² 𝑛 β‡’ 𝐿 π‘š+1 𝐿 π‘š = 𝑛 β€² 𝑛 →𝑒

Simpulkan Karena 𝐿 π‘š+1 𝐿 π‘š = 𝑛 β€² 𝑛 →𝑒 maka lim π‘š β†’βˆž 𝐿 π‘š 𝑒 π‘š =𝑐 Jadi 𝐿(π‘š) membesar secara eksponensial

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 1000000; har(i) = har(i-1) + 1/i; end; f = @(x) ceil(har(x)) i = 1 : 1000000; kom = f(i); for i = 1 : 14; nilai(i) = max(find(kom == i)); perbandingan = nilai(2 : end)./nilai(1 : end-1); plot(perbandingan); figure; plot(nilai);

Masalah ketujuh Bagaimana dengan deret 𝑛=1 ∞ βˆ’1 𝑛+1 𝑛 Apakah konvergen ? Apakah anda mengenalinya ?

Dirichlet’s Test Teorema : Jika 𝑋 ≔( π‘₯ 𝑛 ) adalah barisan monoton turun dengan π‘™π‘–π‘š π‘₯ 𝑛 =0 dan jika jumlah parsial dari ( 𝑠 𝑛 ) dari βˆ‘ 𝑦 𝑛 terbatas, maka deret π‘₯ 𝑛 𝑦 𝑛 konvergen. Pilih π‘₯ 𝑛 = 1 𝑛 , perhatikan bahwa lim π‘₯ 𝑛 =0 Pilih 𝑦 𝑛 = βˆ’1 𝑛+1 , perhatikan bahwa 𝑦 𝑛 terbatas Dengan dirichlet test, βˆ’1 𝑛+1 𝑛 konvergen.

Masih ingat dengan deret Mc Laurin ? Perhatikan bahwa 1 1+π‘₯ =1 βˆ’π‘₯+ π‘₯ 2 βˆ’ π‘₯ 3 + π‘₯ 4 βˆ’ … Integralkan kedua ruas dengan batas [0, π‘₯] ln 1+π‘₯ =π‘₯ βˆ’ π‘₯ 2 2 + π‘₯ 3 3 βˆ’ π‘₯ 4 4 + π‘₯ 5 5 βˆ’ … Pilih π‘₯=1 ln 2 =1 βˆ’ 1 2 + 1 3 βˆ’ 1 4 + 1 5 βˆ’ …= 𝑛=1 ∞ βˆ’1 𝑛+1 𝑛

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 1000 har(i) = har(i-1) + (-1)^(i+1)/i; end; plot(har - log(2));

Masalah ke Delapan Bagaimana dengan deret 1 + 1 2 βˆ’ 1 3 + 1 4 + 1 5 βˆ’ 1 6 + 1 7 βˆ’ … Apakah deret konvergen ? Apakah anda mengenalinya ?

Tinjau 𝑆 3𝑛 Perhatikan bahwa 𝑆 3𝑛 = 1+ 1 2 + 1 3 + 1 4 + 1 5 + 1 6 + …+ 1 3𝑛 βˆ’ 2 3 1+ 1 2 + 1 3 + 1 4 + …+ 1 𝑛 = 1 3 1+ 1 2 + 1 3 + 1 4 + …+ 1 𝑛 + 1 𝑛+1 + 1 𝑛+2 + …+ 1 3𝑛 Jelas bahwa deret ini divergen karena mengandung deret harmonik. Tetapi, bagaimana dengan orde membesarnya ?

Partisi Menjadi 2 Bagian Bagi 𝑆 3𝑛 menjadi 2 bagian : lim π‘›β†’βˆž 1 3 1+ 1 2 + 1 3 + …+ 1 𝑛 βˆ’ 1 3 ln 𝑛 = 1 3 𝛾 𝑖=1 2𝑛 1 𝑛+𝑖 = 0 2 1 1+π‘₯ 𝑑π‘₯ = ln 3 Akibatnya, lim 𝑛 β†’βˆž 1 3 1+ 1 2 + …+ 1 𝑛 + 1 𝑛+1 + 1 𝑛+2 + …+ 1 3𝑛 βˆ’ ln 𝑛 3 = 1 3 𝛾+ ln 3

Bagaimana dengan 𝑆 3𝑛+1 dan 𝑆 3𝑛+2 lim 𝑛 β†’βˆž 𝑆 3𝑛+1 βˆ’ 1 3 ln 3𝑛+1 3 = lim 𝑛 β†’βˆž 𝑆 3𝑛 + 1 3𝑛+1 βˆ’ 1 3 ln 3𝑛+1 3 = 1 3 𝛾+ ln 3 + lim 𝑛 β†’βˆž 1 3𝑛+1 βˆ’ 1 3 ln 3n+1 3n = 1 3 𝛾+ ln 3 Lakukan hal yang sama untuk 𝑆 3𝑛+2 . Diperoleh bahwa 𝑆 𝑛 βˆ’ 2 3 ln 𝑛 3 konvergen menuju 1 3 𝛾+ ln 3

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 10000 if mod(i, 3) ~= 0 har(i) = har(i-1) + 1/i; else har(i) = har(i-1) - 1/i; end; har1(i) = har(i) - 1/3*log(i/3); plot(har1); axis([0, 10000, 1.2, 1.4])

Masalah ke Sembilan Bagaimana dengan deret 1+ 1 3 βˆ’ 1 2 + 1 5 + 1 7 βˆ’ 1 4 + … Apakah deret konvergen ? Apakah Anda mengenalinya

Tinjau 𝑆 3𝑛 Dengan rearrangemen ulang 𝑆 3𝑛 =1 βˆ’ 1 2 + 1 3 βˆ’ 1 4 + …+ 1 2π‘›βˆ’1 βˆ’ 1 2𝑛 + 1 2𝑛+1 + 1 2𝑛+3 + 1 2𝑛+5 + …+ 1 4π‘›βˆ’1 Perhatikan bahwa bentuk 1 βˆ’ 1 2 + 1 3 βˆ’ 1 4 + …+ 1 2π‘›βˆ’1 βˆ’ 1 2𝑛 Konvergen ke ln 2 sesuai dengan masalah ketujuh. Sedangkan bentuk di dalam kurung dapat diselesaikan menggunakan integral

1 2𝑛+1 + 1 2𝑛+3 + 1 2𝑛+5 + …+ 1 4π‘›βˆ’1 = 1 2 1 𝑛 1 1+ 1 2𝑛 + 1 1+ 3 2𝑛 + …+ 1 1+ 2π‘›βˆ’1 2𝑛 = 1 2 0 1 1 1+π‘₯ 𝑑π‘₯ = ln 2 2 Akibatnya, lim 𝑛 β†’βˆž 𝑆 3𝑛 = ln 2 + ln 2 2 = 3 2 ln 2

Bagaimana dengan 𝑆 3𝑛+1 dan 𝑆 3𝑛+2 Kedua barisan ini tetap konvergen ke 3 2 ln 2 . Bukti mirip dengan masalah ke delapan dan diserahkan kepada pembaca.

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 10000 if mod(i, 3) ~= 0 har(i) = har(i-1) + 1/(2*(i - floor(i/3)) - 1); else har(i) = har(i-1) - 1/(2*floor(i/3)); end; plot(har - 3/2*log(2)); axis([0 10000 -0.05 0.05]

Masalah ke Sepuluh Kita mengetahui bahwa deret π‘₯ 𝑛 =1+ 1 2 + 1 3 + 1 4 + …+ 1 𝑛 Divergen. Selidiki order konvergensinya.

Gambarkan grafik f x = 1 π‘₯ Dengan menggambarkan grafik, kita dapatkan bahwa 0≀ lim 𝑛 β†’βˆž 𝑖=1 𝑛 1 𝑖 βˆ’ 1 𝑛 1 π‘₯ ≀1β‡’ 0≀ lim 𝑛 β†’βˆž 𝑖=1 𝑛 1 𝑖 βˆ’2( 𝑛 βˆ’1) ≀1 Karena 𝑖=1 𝑛 1 𝑖 βˆ’ 1 𝑛 1 π‘₯ menaik dan terbatas maka deret ini konvergen. Jadi, deret ini konvergen dengan orde 2 𝑛

Program Matlab har(1) = 1; for i = 2 : 1000; har(i) = har(i-1) + 1/sqrt(i); after(i) = har(i) - 2*sqrt(i); end; plot(after); axis([0 1000 -1.5 -1]);

Masalah ke Sebelas Kita mengetahui bahwa deret π‘₯ 𝑛 =1+ 1 3 2 + 1 3 3 + …+ 1 3 𝑛 Divergen. Selidiki order divergensinya

Lakukan hal yang sama dengan masalah ke sepuluh.

Masalah ke Dua Belas Selidiki kekonvergenan 1 1 2 + 1 2 2 + 1 3 2 + … 1 1 3 + 1 2 3 + 1 3 3 + … 1 1 4 + 1 2 4 + 1 3 4 + …

Gunakan Teorema Residu untuk Integral .... Hah :o >o< :o Residu itu apa ?

Lemma 𝑛=βˆ’βˆž 𝑛≠ 𝑧 π‘˜ ∞ 𝑓(𝑛) =βˆ’ π‘˜ 𝑅𝑒𝑠 πœ‹ cot πœ‹π‘§ 𝑓 𝑧 ; 𝑧 π‘˜

Kasus 𝑓 𝑛 = 1 𝑛 2 Perhatikan bahwa 2 𝑛=1 ∞ 1 𝑛 2 = 𝑛=βˆ’βˆž 𝑛≠0 ∞ 1 𝑛 2 =βˆ’π‘…π‘’π‘  πœ‹ cot πœ‹π‘§ 𝑧 2 ;0 Gunakan deret laurent cot (πœ‹π‘§) = 1 πœ‹π‘§ βˆ’ πœ‹π‘§ 3 βˆ’ πœ‹ 3 𝑧 3 45 + …⇒ πœ‹ cot π𝑧 𝑧 2 = 1 𝑧 3 βˆ’ πœ‹ 2 3𝑧 βˆ’ πœ‹ 4 𝑧 45 + … Akibatnya 𝑛=1 ∞ 1 𝑛 2 = βˆ’ 1 2 𝑅𝑒𝑠 πœ‹ cot πœ‹π‘§ 𝑧 2 ;0 =βˆ’ 1 2 βˆ’ πœ‹ 2 3 = πœ‹ 2 6

Kasus 𝑓 𝑛 = 1 𝑛 3 Di dalam matematika, dikenal istilah Apery’s Constant. Istilah ini muncul oleh matematikawan Prancis, Roger Apery yang membuktikan bahwa bilangan ini irrasional (1978). Sampai saat ini belum ada pembuktian apakah bilangan ini transenden atau tidak. 𝜁 3 = 𝑛=1 ∞ 1 𝑛 3 = lim 𝑛 β†’βˆž 1 1 3 + 1 2 3 + …+ 1 𝑛 3 Yang jika diapproksimasi oleh komputer menghasilkan 1.202056903159594285399738161511449990764986292..

Kasus 𝑓 𝑛 = 1 𝑛 4 Perhatikan bahwa 2 𝑛=1 ∞ 1 𝑛 4 = 𝑛=βˆ’βˆž 𝑛≠0 ∞ 1 𝑛 4 =βˆ’π‘…π‘’π‘  πœ‹ cot πœ‹π‘§ 𝑧 4 ;0 Gunakan deret laurent cot (πœ‹π‘§) = 1 πœ‹π‘§ βˆ’ πœ‹π‘§ 3 βˆ’ πœ‹ 3 𝑧 3 45 + …⇒ πœ‹ cot π𝑧 𝑧 4 = 1 𝑧 5 βˆ’ πœ‹ 2 3 𝑧 3 βˆ’ πœ‹ 4 45𝑧 + … Akibatnya 𝑛=1 ∞ 1 𝑛 4 = βˆ’ 1 2 𝑅𝑒𝑠 πœ‹ cot πœ‹π‘§ 𝑧 4 ;0 =βˆ’ 1 2 βˆ’ πœ‹ 4 45 = πœ‹ 4 90

Program Matlab 1 har(1) = 1; for i = 2 : 1000; har(i) = har(i-1) + 1/i^2; end; plot(har - pi^2/6, 'g--', 'LineWidth', 5);

Program Matlab 2

Program Matlab 3 har(1) = 1; for i = 2 : 50; har(i) = har(i-1) + 1/i^4; end; plot(har - pi^4/90, 'g--', 'LineWidth', 5);

Daftar Pustaka Andrescu, Titu dan Gelca, Razvan. 2007. Putnam and Beyond. Springer Bak, Joseph dan Newman, Donald J. 2010. Complex Analysis (Third Edition). Springer. Bartle, Robert G. dan Sherbert, Donald R.. 2011. Introduction to Real Analysis (Fourth Edition). John Wiley & Sons, Inc. Churchill, Ruel V. Dan Brown, James Ward. 2014. Complex Variables and Applications (Ninth Edition). McGraw Hill Education. Purcell, dkk. 2011. Kalkulus (Edisi 9) Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga