BAGIAN 1 B. PENTINGNYA PENDIDIKAN

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
Advertisements

PUJIAN UNTUK ANAK KITA oleh Munif Chatib
BUDAYA PERUSAHAAN DAN ETIKA
BAB V PERGAULAN DAN KEWIBAWAAN
KOMPETENSI DAN KUALIFIKASI GURU PROFESIONAL
Disadur dari berbagai sumber
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENYESUAIAN DIRI REMAJA
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERTEMUAN XII MARRIAGE. Perkawinan merupakan Salah satu alternatif gaya hidup Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS ASAS PEMBELAJARAN
Pada Masa ini anak sangat aktif
KINI AKU SUDAH REMAJA.
Psikologi Dunia Kerja Frustasi & Pengaruhnya Dalam Pekerjaan
HAKEKAT MANUSIA Pandangan tentang hakikat manusia adalah bagian dari filsafat antropologi manusia yang merupakan karya Tuhan yang paling sempurna/istimewa.
Oleh : Valentin Quanti s
Budi pekerti Budi Pekerti mempunyai arti yang sangat jelas dan sederhana, yaitu :  Perbuatan( Pekerti) yang dilandasi atau dilahirkan oleh  Pikiran yang.
DISIPLIN, EFISIENSI, DAN PRODUKTIVITAS KERJA (Pertemuan ke-6)
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
Manusia dan Penderitaan
Menghilangkan Rasa Takut pada Anak
PENGERTIAN WIRAUSAHA DAN KEWIRAUSAHAAN
PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP
Home Home Kelompok 3 Fitri Suci Maharsih Nurkhasanah Yoana Natalia E
PENYESUAIAN DIRI REMAJA
VIENA RUSMIATI HASANAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
BAB 04 TINDAKAN SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
Perlindungan Khusus pada Anak
Manusia dan Cinta Kasih
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
Anak, Masa Depan Kita Topik ini terinspirasi dari sebuah lagu indah “Greatest Love of All”. Anak-anak adalah masa depan kita karena kita tidak pernah terlepas.
KESUKARAN BELAJAR PART III
Tafakur Meditasi Islam Abah Didi
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
Penyesuaian Diri PTIK.
MANUSIA DAN KEADILAN Yanti Trianita S.I.Kom.
BAB III PENERAPAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DARI SUDUT GURU DAN SISWA
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
Mengenal Gejala Gangguan Jiwa
SOPAN Hormat akan atau kepada ketertiban menurut adab yang baik, merupakan bagian dari perilaku diri yang terekspresi dari kualitas moral, nurani dan juga.
Keluarga dengan Anak yang Baru lahir dan Anak Usia 0-3 tahun
PENGERTIAN DAN HAKIKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN
Ilmu Sosial Budaya Dasar HAKIKAT MANUSIA
Cara Belajar Yang Efektif
BIMBINGAN KONSELING.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
PENDIDIKAN PANCASILA BAB. X. Petumbuhan Faham Kebangsaan
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
Yang benar vs yang salah
Persiapan Guru sebagai Fasilitator dalam Memberikan
BAB XI Peranan Guru Dan Kelakuan Murid
Manajemen Stres TUJUAN PEMBELAJARAN  Peserta pelatihan dapat Mengetahui gambaran umum mengenai Definisi Stress  Peserta dapat Mengetahui Penyebab dan.
ANAK – REMAJA
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
ANAK – REMAJA
BAB III PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA
POLA ASUH ANAK. PERKEMBANGAN ANAK Faktor bawaan Anak Dewasa Pengaruh lingkungan (pola asuh keluarga)
AHMAD RAMADHAN P KEPRIBADIAN PEMIMPIN. kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari masalah hubungan antar pribadi. Pemimpin dengan sifat-sifat.
Peran Orang Tua dalam Pembangunan Keluarga dan Bina Keluarga
Sexual Behaviour Bayi dan Anak. Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
SMART PARENTING KKN Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2016.
PERKAWINAN USIA DINI Karya Tulis Ilmiah Firman, S.Ag.
H. M. JUPRI RIYADI Kepala Dinas Pendidikan. Keterampilan dasar mengajar yaitu keterampilan yang bersifat mendasar atau umum yang harus dikuasai oleh setiap.
Transcript presentasi:

BAGIAN 1 B. PENTINGNYA PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia. Akhirnya pada hakikatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusla dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral. Orang tua tidak boleh bertindak sewenang-wenang terhadap anaknya.

1. Manusia Memerlukan Bantuan Jika kita bandingkan anak manusia dengan anak hewan, misalnya anak ayam, kita perhatikan hal-hal sebagai berikut. Anak manusia yang baru lahir sebagai bayi, sangat memerlukan bantuan dari ibunya. Jika ia lapar, ia menangis, datanglah sang ibu untuk menolongnya, dengan memberinya air susu ibu dengan cara menetek. Bayi dapat pula menangis bila popoknya basah. Jika popok telah diganti dengan yang kering, anak akan diam dan tidur lagi. Jika ia kedinginan, ia menangis pula. Datanglah sang ibu dengan penuh kasih sayang mendekapnya dengan penuh kasih sayang dan memberinya tutup selimut untuk melindunginya terhadap hawa yang dingin. Tetapi anak bayi yang telah mulai dapat berjalan, masih pula memerlukan pengurusan dari ibu, dimandikan, diberinya makanan yang bergizi, diberinya pakaian yang bersih, diberinya mainan, supaya dapat melatih dirinya mengenal berbagai sifat benda. Jika anak telah berusia lima tahun dimasukkannya ke TK dan pada usia enam atau tujuh tahun usianya ia harus bersekolah, entah sampai berapa tahun lamanya.

Akhirnya bila ia telah dapat bekerja dan berdiri sendiri ia berhenti disuruh sekolah oleh orang tuanya, kadang-kadang anak baru berhenti sekolah pada umur 25 tahun. Jelas bahwa anak manusia memerlukan waktu yang lama untuk dapat berdiri sendiri. Lebih cepat lagi proses "Pendewasaan" terjadi pada anak ayam yang baru menetes keluar dari telur dan segera dapat berlari-Iari mencari makan sendiri. Masa muda anak ayam sangatlah singkat. Bahkan anak ayam tidak perlu mendapat latihan mencari makan dari induknya. Dapat dikatakan, bahwa perilaku anak ayam itu dikemudikan oleh insting yang dibawanya sejak lahlr.

Lanjutan .... Apakah insting itu? Insting adalah sua tu kemampuan psiko-fisis (jasmani rohani) yang diturunkan atau yang merupakan pembawaan. Kemampuan itu menentukan pemiliknya untuk mengamati dan memperhatikan obyek- obyek dari jenis tertentu, untuk menghayati suatu keterangan emosional yang mempunyai kualltas khusus saat mengamati obyek yang demikian, dan berperilaku terhadap obyek itu dengan cara yang khusus, atau paling sedikit, menghayati suatu dorongan untuk berperilaku demikian.

Lanjutan … Dari uraian di atas dapat dlanallsls bahwa insting itu mempunyai sifat- sifat sebagai berikut: Makhluk yang mernillki insting tertentu mempunyai kemampuan terbuat sesuatu tanpa belajar lebih dahulu. Perbuatan itu sifanya psiko-fisis, artinya melibatkan bukan saja kejiwaan tetapi juga segi kejasmanian, misalnya jika makhluk seorang itu marah, bagian-bagian jasmani tertentu ikut aktif, misalnya debar jantung bertambah, muka merah, badan gemetar, dsb. Kemampuan itu diperoleh dari keturunan atau merupakan pembawaan sejak lahir. Oleh karena itu, sifat khusus tersebut terdapat pada eksemplar hewan dari jenis tertentu, misalnya kucing melihat tikus sebagai mangsanya, atau sebaliknya tikus melihat kucing sebagai makhluk yang berbahaya. Contoh lain: Ulat sutra melihat daun murbai sebagai makanan yang lezat, Sedangkan ia tidak melihat daun-daunan lain sebagai demikian.

Kemampuan manusia: Kemampuan mengamati obyek tertentu, melihat mendengar, mencium bau tertentu, seperti kucing melihat tikus sebagai mangsanya atau tikus melihat kucing sebagai bahava baglan ini di dalam psikologi disebut segi kognitif daripada kejiwaan. Kemampuan menghayati ketegangan emosional, seperti rasa marah, rasa takut, dsb., bagian ini disebut segi afektif atau emosional daripada kejiwaan. Kemampuan berbuat berperilaku sesuatu dengan cara tertentu, misalnya kucing mengambil sikap untuk menyergap atau mengejar tikus atau tikus lari ml!hghindari bahaya; bagian ini disebut segi konatif (kecenderungan untuk berbuat), segi dorongan untuk berbuat sesuatu. Atau apablla telah berbuat secara nyata disebut segi prikomotoris.

Lanjutan … Pada manusia juga terdapat berbagai insting, seperti pada bayi adanya insting makan/minum. Begitu lahir ke dunia bayi memiliki insting untuk mengisap setiap apa yang masuk ke mulutnya. Sehingga si bayi dengan tanpa belajar dapat bereaksi langsung menyedot jika menyentuh putting susu ibunya. Bila mendengar suara keras ia terkejut. la pun dapat menangis bila kelaparan. Jika anak telah besar, ia dapat tersenyum atau tertawa tanpa belajar terlebih dahulu. Senyum atau tertawa adalah suatu insting untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jika ada anjing ia dapat lari ketakutan, itu juga suatu insting. Pada waktu remaja, anak manusia telah menampakkan insting birahi atau insting seks, yaitu merasa tertarik terhadap jenis kelamin lawannya. Jika ada anak yang mengganggunya, ia menyerang atau memukul anak tersebut. Di sini bekerja lnsting berkelahi. Tanpa belajar lebih dahulu ia mahir berkelahi.

Lanjutan .... Dari penjelasan di atas, kita dapat mengerti, bahwa insting itu membantu hewan atau manusia untuk mempertahankan dirinya, sehingga dapat hidup lestari. Pada hewan seluruh hidupnya dikuasai oleh instingnya, kecuali beberapa jenis hewan yang mendapat tambahan kemampuan karena dilatih oleh manusia. Misalnya kuda dapat menarik pedati, anjing dapat mencari jejak pencuri, atau singa di sirkus dapat mempertunjukkan permainan menurut kehendak pelatihnya.

Lanjutan … Manusia seluruh hidupnya tidak dapat bergantung kepada insting semata, banyak segi-segi kehidupan yang perlu diperjuangkan dan dikuasai dengan belajar dan usaha; mengobati penyakit, membuat jembatan, membuat mesin-mesin dan pabrik yang memproduksi keperluan manusia sehari-hari, alat-alat transportasi, telekomunikasi, mengatur masyarakat, memerintah, menjalankan peradilan, memperbaiki hubungan antar manusia, beribadah, berbuat kebaikkan dsb. Untuk mencapai semua itu memerlukan usaha, dan menyiapkan generasi muda rnernlliki dan mengembangkan ilmunya serta kecakapannya dengan usa ha pendidikan. Seluruh kemampuan dan benda-benda yang dihasilkan dengan keterampilan tangan manusia dapat disebut kebudayaan. Dari segi tinjauan ini kebudayaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh generasi muda.

Lanjutan ... Tanpa usaha belajar dari pihak generasi muda dan usa ha pendidikan dari pihak generasi dewasa, manusia tak dapat mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya, sehingga dapat mencapai tingkatan yang lebih bermutu dan lebih mulia. Pendidikan tidak saja berusaha melimpahkan segala mltik kebudayaan dari generasi sepanjang masa kepada generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan datang dapat mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ke taraf yang lebih tinggi. Insting yang ada pada manusia hanya merupakan model pokok kemampuan yang permulaan, yang memungkinkan manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Modal-modal kemampuan perlu dikembangkan. Jika manusia semata-mata hidup atas dasar instingnya, ia akan mernilikl kehidupan yang sangat sederhana, primitif, bahkan tidak banyak berbeda dengan kehidupan hewan. Kita llhat saja misalnya mengenai seks. Hewan dalam melaksanakan kehidupan seksnya, semata-mata untuk mengadakan keturunan melulu didorong oleh nafsunya tanpa dicampuri oleh nllal-nilai yang tinggi, seperti kasih sayang, saling hormat menghormati, atau disertai dengan rasa malu.

Lanjutan …. Kehidupan seks pada manusia terikat oleh norma-norma kesusilaan, bahkan perkawinan antara pria dan wanita didasari oleh upacara nikah yang sering dilandasi oleh suasana keagamaan dan keindahan. Pada manusia "premiskuitas" (kehidupan seks secarabebas) antara siapa saja tidak dibenarkan. Bila hal itu terjadi akan sangat tercela sehingga kehidupan seksnya akan bersifat primitif, dan tidak berbeda dengan kehidupan hewan. Untuk mengangkat manusia dari taraf primitif ke taraf yang berbudaya diperlukan pendidikan yang salah satu tujuannya berusaha mengurangi peranan insting dan mengembangkan peranan pikiran dan budi manusia.

Lanjutan ... Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak lahir anak sebagai individu diasuh dan dididik oleh orang tuanya. la belajar dari ibunya bagaimana mengembangkan .kemampuannya; keterampilan makan yang tertib, dapat buang air kecil dan besar secara teratur tidak di sembarang tempat dan pada sembarang waktu, rnengurus dirinya dengan mandi pada waktu-waktu tertentu, berganti pakaian bersih, Mengatur alat-alat permainannya tidak berserakan di mana-mana, belajar membantu orang tua dalam mengerjakan berbagai pekerjaan urusan rumah tangga, belajar bagaimana bergaul baik dengan saudara-saudaranya, bersikap yang tertib terhadap orang tuanya serta orang lain. Intelegensi anak makin lama makin berkembang karena selalu dipergunakan dalam menghadapi berbagai jenis persoalan dan hambatan.

Karena pendidikan di luar lingkungan keluarga, individu lambat laun belajar mengatur kebutuhan dirinya yang selalu bermanfaat bagi pergaulannya dengan lingkungannya. Dengan kata lain lingkungan keluarga memainkan peranan yang penting dalam perkembangan kepribadiannya sebagai kesatuan kehidupan kejiwaan, yang merupakan modal dasar untuk dikembangkan lebih lanjut, sehingga manusia sebagai individu dapat mencapai taraf dan mutu kehidupan yang mungkln dicapai seseorang dalam kehidupan, lebih tinggi lagi cita-cita manusia sebagai individu menginginkan kehidupan ukhrawi yang baik, karena ia percaya, bahwa sehabis kehidupan duniawi, masih ada kehidupan lanjut alam rohani sebagai arwah.

Lanjutan .... Dalam hal ini pendidikan dapat membantu seseorang individu mengembangkan dan mempertebal keimanannya, sehingga ia selalu menyadari bahwa kehidupan duniawi merupakan juga persiapan bagi kehidupan ukhrawi. Persia pan itu tidak lain dari usaha untuk mempermulia kehidupannya di dunia, dapat hidup sejahtera dan menyucikan kehidupan batinnya, menghindarkan dirinya dari kehidupan yang tercela, bernoda atau berdosa. Dalam rangka seluruh kegiatan pendidikan, pendidikan perlu memerhatikan segi-segi kehidupan moral, religi, dan kesehatan jiwa. Kadang-kadang usaha pendidikan spiritual itu mendapat hambatan atau gangguan dari munculnya nafsu dari instingnya yang primitif, seperti egoisme dan insting kerakusan dan pemilikan, insting berkelahi, membunuh, dan destruksi (merusakan), insting seks tanpa ada rasa kasih sayang dan cinta dapat menjurus pada pemerkosaan, sadisme, dan pembunuhan. Kecemasan merupakan salah satu hambatan yang tidak mudah diatasi, yang biasanya timbul dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan. Oleh karena itu, pendidikan membantu seorang individu agar dapat mengatasi segala permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan kemampuan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala jenis masalah kesulitan dan perubahan nilai-nilai.

Lanjutan ... Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam lkatan kerja sama dengan sesama manusia, yang disebut kehidupan bermasyarakat. Kelompok kehidupan bermasyarakat banyak sekali ragamnya dan ruang lingkupnya, besar dan kecil. Kelompok-kelompok tersebut juga mengalami pendidikan sebagai kelompok, seperti dalam kela s, dalam ikatan suatu sekolah, dalam kelompok studi (study club), kelompok yang berkumpul di masjid untuk bersembahyang bersama serta mendengarkan khotbah dalam lapangan sepak bola atau lapangan jenis olahraga lainnya, bukan saja untuk latihan keterampilan sport melainkan juga untuk menghayati kegembiraan berolah raga dalam kelompok, belajar bersikap sportif, melatih ketekunan dan keuletan dsb. Suatu kelompok yang sifatnya abstrak, seperti kelompok pembaca harian tertentu juga mengalami pengaruh yang banyak mengandung unsur-unsur positif dan kontruktif yang sifatnya pendidikan pula. Pendidikan terhadap kelompok-kelompok tersebut, seperti dalam lingkungan sekolah dikerjakan juga oleh pendidikan dalam ikatan kelompok sebagai staf pengajar dalam organisasi persekolahan.

Lanjutan .... Dari uraian di atas jelas, bahwa masyarakatpun sebagai kolektivitas mengalami pendidikan. Jika kelompok-kelompok itu tidak dididik, masyarakat akan mengalami perkembangan yang terhambat, tidak dapat maju, dan akan tinggal sebagai masyarakat yang feodal tradisional, kurang menunjukkan produktivitas dalam kehidupan, yang akhirnya menunjukkan pendapatan perkapita uang uang tidak tinggi, yaitu masih di bawah batas pendapatan yang layak atau masih dalam klasifikasi kehidupan masyarakat miskin. Ada hubungan yang erat antara taraf kehidupan ekonomis dan taraf kualitas dan pemerataan pendidikan suatu negara yang sedang berkembang, pendidikan merupakan salah satu priorotas sektor pembangunan. Untuk itu perlu dibangun suatu sistem pendidikan yang memadai dengan barisan guru bermutu yang sangat dibutuhkan.

Lanjutan … 2. Pendidikan dalam Praktik Pendidikan dalam pelaksanaannya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai norma- norma tersebut. Di atas telah dikatakan, bahwa pendidik adalah orang dewasa sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Anak didik adalah anak manusia yang belum mencapai kedewasaannya. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik, dan blrnbingan itu akan mempengaruhi anak didik ke arah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan. Mengapa anak itu dapat dipengaruhi? Karena anak itu juga manusia seperti pendidik, dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi.

Lanjutan .... Proses mempengaruhi adalah proses psiko-sosial yang berlangsung antara individu yang- satu dengan individu yang lain, karena manusia adalah makhluk sosial. Antara individu yang sa tu dengan yang lain ada hubungan pengaruh- mempengaruhi. Kita menemukan pada setiap manusia ada gejala suka menirukan (imitasi) perbuatan manusia lain. Anak dapat belajar membaca dari ibu guru, karena ia bersedia menirukan gurunya, bahwa "nani" sebagai en-a na, en-l ni, jadi nani. Dari ibunya anak juga menirukan, bahwa tempat duduk tertentu, namanya kursi, bahwa bahan yang dapat diminum itu namanya air, bahwa angka 2 adalah angka dua. Pelajaran membaca, bahasa dan berhitung itu bukan insting pandai membaca, berbahasa atau berhitung, melainkan hasil belajar atas dasar insting meniru.

Lanjutan .... Dalam observasi mengenai pergaulan antara manusia kita temukan ada gejala seperasaan; jika anak sakit ibu merasakan juga keadaan anak yang sakit, pada ibu timbul rasa kasih sayang. Gejala yang berhubungan dengan perasaan individu yang satu dengan individu yang lain, disebut oleh Max Scheler simpati, yang secara etimologis terdiri atas dua kata, yaitu "sim" sama atau "bersama", "pati" (dari Yunani "pathos" yang berarti perasaan, penderitaan). Ada gejala yang kita temukan pada anak yang (sering secara tak sadar) ingin menyamakan dirinya dengan ayahnya, ingin pandai seperti ayah, ingin berkuasa seperti ayah, ingin berpakaian dan berjalan seperti ayah, dsb.

Lanjutan .... Dalam psikologi gejala itu disebut gejala identitikasi (dari kata "identicus" yang berarti sama). Proses identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala tingkah laku orang tuanya, dan sering sekali berlangsung secara tidak sadar. Lebih-Iebih bila sang pendidik mempunyai kepribadian yang berwibawa besar, maka ia menjadi percontohan, menjadi kiblat yang merupakan suatu cita-cita yang dijadikan pedoman atau kaidah hidupnya. Proses meniru, mencontoh, bersimpati, dan beridentitikasi pada anak terjadi terutama terhadap orang tuanya di lingkungan keluarga. Mengapa anak bersedia membukakan diri terhadap orang tuanya, sehingga bersedia meniru dan berperasaan sama dengan orang tuanya? Anak memang membutuhkan orang tuanya, karena anak yang baru lahir kondisinya dalam keadaan membutuhkan pertolongan dari orang tuanya, dan tanpa pertolongan dan bantuan hidup dari orang tua anak bayi tidak mungkin mempertahankan hidupnya. Mengapa orang-tua, terutama sang ibu bersedia menolong anaknya? la berbuat demikian, karena terdorong oleh rasa kasih sayang terhadap anaknya. Waktu mengandung sang ibu mengalami banyak penderitaan, dan karena penderitaan inilah, serta adanya harapan bagi masa depan anaknya, maka ibu merasa bersimpati dan mencurahkan kasih sayangnya terhadap anak bayinya. Kasih sayang adalah sumber segala kegiatan pendidikan.

Walaupun kasih sayang merupakan dasar dan sumber pendidikan, tidak berarti bahwa tidak diperlukan syarat-syarat lain untuk melaksanakan pendidikan. Jan Ligthart (Sikun Pribadi: 1984) seorang pendidik Belanda (meninggal 1916) pernah mengemukakan ucapan yang terkenal "De hele opvoedings is een kwestie van liefde, gedu/d en wijsheid en de twee /aatste groeien, waar de eerste heerst. 11 (Tulisan ini terdapat pada batu nisan di kebudayaan kepada generasi muda. Dalam konsep "penyampaiar. nilai-nilai kebudayaan", tersimpul arti bahwa manusia dianggap sebagai "wadah" yang dipakai oleh pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi "upaya pendidikan" ialah suatu kegiatan atau situasi yang diadakan oleh pendidik, secara sengaja (sadar) untuk mencapai tujuan. Dalam bab tersendiri masalah tujuan pendidikan akan dibahas lebih terperinci dan lebih mendalam. Jika situasi atau suatu keadaan itu tidak dengan sengaja diadakan oleh pendidik, walaupun situasi itu mempengaruhi positif perkembangan anak (misalnya suasana rumah, adanya banyak bahan bacaan, pergaulan yang lancar), maka kondisi dan situasi itu disebut faktor pendidikan.

Lanjutan ... Bantuan yang diberikan oleh pendidik dapat kita sebut upaya pendidikan, misalnya anjuran dan saran oleh pendidik, perintah atau larangan, hukuman, pujian, pemberian hadiah, serta sikap, dan perbuatan pendidik sebagai suri teladan, dsb. Namun perbuatan dan perintah tersebut (walaupun diadakan dengan sengaja), sebaiknya jangan hendaknya terlampau ditonjol-tonjolkan, apalagi dipaksakan. Sebab terlampau menekankan kepada hal-hal seperti itu biasanya mengandung reaksi dari pihak anak didik yang kurang menguntungkan, kurang kooperatif atau kurang komunikatif, karena menyinggung perasaan anak didik. Mengapa? Karena setiap anak didik, baik sadar maupun tak sadar, mempunyai kecenderungan, untuk ingin menjadi manusia yang mandiri: "Dia adalah dlo, bukan duplikat dari orang lain.

Lanjutan ... Itulah sebabnya mengapa suatu upaya pendidikan tidak dapat dan tidak boleh dikemukakan dalam bentuk resep atau aturan yang tetap untuk dijalankan. Yang penting bukan resepnya, melainkan kepribadian dan kreativitas pendidik sendiri. (walaupun harus didukung oleh llmu pendidikan atau pedagogik) dalam pelaksanaannya, lebih merupakan seni dari pada teori. Suatu upaya pendidikan tidak dapat secara otomatis dan secara mekanis begitu saja diterapkan. Suatu upaya pendidikan (misalnya perbuatan atau nasi hat) harus disesuaikan dengan kepribadian pendidik sendiri, kepribadian anak, situasi dan kondisi anak sendiri, serta tujuan yang ingin dicapai. Banyak sekali faktor yang menentukan, apakah suatu upaya pendidikan efektif atau tidak. Dalam hat ini sikap dan sifat-sifat kepribadian sangat menentukan; terbuka-tertutup hangat dingin, ramah-asam, otoriter- demokratis, sabar-Iekas marah, lunak-keras, mantap-sering berubah pendirian, sikap pasti-sikap ragu-ragu, mudah mengizinkan-mudah melarang, luas pandangannya-sempit pandangannya, kasih-kejam, baik hati-galak, pemurah-jual mahal, sosial-egoistis, rendah hati-angkuh, lapang dada-mudah tersinggung, gembira-murung, jujur-munafik, spontan-dibuat-buat, bergairah-Iamban, sensitif-tebal perasaannya, dsb.

Lanjutan … Upaya pendidikan bukan saja terdiri atas sikap perbuatan dan seluruh kepribadian pendidik, melainkan juga alat-alat pendidikan yang dengan sengaja dimanfaatkan oleh pendidik, seperti buku-buku pelajaran, alat-alat permainan, lingkungan fisik yang diadakan oleh pendidik, seperti perumahan yang memadai, ruang bermain, tempat rekreasi, hewan piaraan, dan film dsb. Dalam praktik pendidikan sehari-hari, kita tidak boleh melupakan respon anak didik terhadap upaya pendidikan yang kita pergunakan, karena respon anak tersebut merupakan umpan balik (feed back) bagi tindakan-tindakan pendidikan selanjutnya. Ya, bahkan seorang pendidik yang berpengalaman dan efektif, selalu sensitif terhadap umpan balik tersebut. Anda harus dapat mengantisipasi (mendahului-meramalkan) tentang apa yang akan terjadi pada anak, bila ia mempergunakan upaya pendidikan tertentu. Kita harus tahu misalnya, bahwa angka rendah yang kita berikan untuk pekerjaannya (berhitung, karangan, gambar, dsb.) akan menimbulkan reaksi yang kurang menggairahkan kepada anak, sedangkan angka yang tinggi akan memotivasi atau menggairahkan untuk belajar lebih giat lagi. Sikap acuh tak acuh pendidik terhadap anak didik akan menimbulkan sikap masa bodoh (tidak peduli, apatis) pad a anak sedangkan perhatian dan minat yang spontan dan hangat, akan lebih mendorong anak lebih rajin belajar dengan perhatian dan minat.

Lanjutan ... Tentang tujuan pendidikan yang disinggung di atas, hanya dibahas sepintas, karena hal itu akan dibahas dalam bagian tersendiri. Sebagai pengarah sementara dapat dikatakan, bahwa tujuan pendidikan ialah untuk mencapai kedewasaan di dunia ini. Sebaliknya ada yang berpendapat, bahwa tujuan pendidikan tidak mempunyai tujuan yang pasti atau yang terminal, bila pendidikan itu diartikan sebagai bimbingan seumur hidup (life long), education, adult education, dan sebagainya. Akhirnya ada pula yang menentukan sebagai tujuan pendidikan, bahwa anak didik, supaya kelak di alam akhirat dapat menjadi ahli surga, mendapat litem pat di sisi Tuhan.

Lanjutan … Perumusan tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan filsafat tentang hidup, apa makna dan tujuan hidup, serta apa hakikat manusia itu. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak mudah dijawab dengan penjelasan yang pasti. Mengapa? Hakikat manusia dan hakikat hidup bagi manusia sebenarnya tetap suatu misteri, suatu teka-teki yang sifatnya gaib. Pada bagian ini dapat dikemukakan masalah tanggung jawab. Pertama dapat dipertanyakan, siapakah yang sebenarnya bertanggung jawab akan hasil pendidikan yang kita laksanakan, pendidikkah, anak sendirikah, masyarakatkah, atau bahkan nasib anak sendiri? Kedua, masalah tanggung jawab dapat dihubungkan dengan arti kedewasaan (sebagai tujuan pendidikan), karena kedewasaan mengandung arti, bahwa manusia yang dewasa dan bertanggung jawab ialah manusia yang telah dengan sadar dapat menentukan kediriannya. Masalah tanggung jawab dalam pendidikan akan pula dibahas dalam tersendiri.

Lanjutan … Akhirnya ingin dikemukakan di sini tentang anak di dalam hubungannya dengan orang tua yang berfungsi sebagai pendidik. Sering kita mengucapkan, itu anak saya! Benarkah ucapan itu? Benarkah anak itu milik orang tuanya, sehingga mereka berhak, untuk memperlakukan menurut sekehendak hatinya? Anak bukanlah milik orang tuanya seperti rumah atau tanah merupakan milik seseorang. Anak itu tidak bisa dianggap sebagai millk, melainkan hanya sekedar titipan dari Tuhan Yang Maha Esa, orang tua mempunyai kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut merupakan beban moral yang harus dipikul oleh setiap orang tua, ayah dan ibu, sebagai tanggung jawab. Jika ada pemiliknya, ialah Maha Pencipta sendiri, illahi Robbi AI-Alamin, Pencipta dan Pemilik sekalian alam! Kesadaran itu akan mengingatkan kita kepada tugas tugas kita, serta menjauhkan kita dari sikap kesewenang-wenangan serta sikap acuh tak acuh terhadap anak.