Defisit neurologik fokal akibat adanya gangguan peredaran darah di otak, sehingga menimbulkan kelainan anatomi dan fungsi otak.
Transient Ischemic Attacks (TIA) Non Hemorhagic Stroke (NHS) Hemorrhagic Stoke (HS)
TIA atau Serangan Otak iskemik Sepintas (SOS) adalah defisit neurologik fokal yang terjadi mendadak dan pulih kembali dalam waktu kurang dari 24 jam, disebabkan oleh gangguan primer peredaran darah otak. Defisit neurologik pada TIA tidak menetap (reversibel).
EKG X-foto thorax Darah lengkap Faal hemostasis (PT, aPTT) Echocardiography CT-scan MRI Angiography
Pemeriksaan neurovaskular harus dilakukan pada setiap penderita yang mengalami serangan TIA (20 % penderita TIA akan mengalami stokr dalam bulan pertama, sebagian besar terjadi pada 72 jam pertama setelah serangan TIA)
Penderita yang mengalami TIA lebih dari satu kali dalam seminggu, harus dirawat di RS untuk pemeriksaan dan terapi lebih intensif. Antiplatelet : acetosal ( mg/hr) Alternatif lain : clopidogrel (75 mg/hr), cilostazol (2 x mg/hr), atau ticlopidin (2 x 250 mg/hr).
Kontrol terhadap faktor risiko : - memperbaiki gaya hidup - regulasi tekanan darah pada penderita HT - regulasi gula darah pada penderita DM
Disebut juga stoke iskemik atau stroke trombotik. Stroke iskemik akut adalah defisit neurologik fokal yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam, yang disebabkan oleh gangguan primer peredaran darah otak berupa trombosis, embolisme, atau kelainan non-oklusif pada sistem karotis atau vertebrobasilaris, mengakibatkan kematian sel neuron.
Penurunan kesadaran (skor GCS) Bicara pelo Hemiparese Paralisis Gangguan memori
Tujuan: - Menegakkan dx dengan segera - Memberikan Tx umum dan penyulit akut - Melakukan Tx spesifik fase akut, dan - Menetapkan penatalaksanaan selanjutnya.
1. Memelihara jalan nafas, fungsi respirasi dan kardiovaskular. 2. Mengatasi febris dengan antipiretika. 3. Memantau dan mengelola TD denga berpedoman pada konsensus (obat antihipertensi diberikan jika TD > 220/120 mmHg. 4. Memantau dan mengelola kadar gula darah.
1. Edema otak sering terjadi pada hari ke 3 – 5 pasca serangan. Edema otak dapat mengakibatkan peningkatan TIK, selanjutnya menimbulkan herniasi dan kompresi batang otak. Penatalaksanaan edema otak : - melakukan elevasi TT pada bagian kepala hingga 20 – 30 °. - hiperventilasi dengan ventilator sampai PCO2 30 – 35 mmHg.
- Osmoterapi dengan menggunakan larutan manitol 20%. - surgical decompression. 2. Kejang, umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pasca serangan, seringkali parsial, dengan atau tanpa diikuti oleh kejang umum. Obat pilihan pertama adalah carbamazepine. Jika kejang berlanjut diberi inj. Fenitoin.
3.Sekitar 5% kasus NHS akut akan mengalami perdarahan simtomatik. Penggunaan trombolitik dan antikoagulan dapat meningkatkan kemungkinan kejadian perdarahan, harus segera dihentikan. Bila hematom sangat luas atau terjadi di serebelum, perlu dipertimbangakan tindakan operatif.
1. Pemberian rtPA iv 0,9 mg/kg BB, dengan DM 90 mg, dilakukan pada kondisi : pemberian dalam selang waktu 3 jam pasca serangan akut, CT-scan menunjukkan adanya hematom, P/ tidak pernah mengalami trauma capitis maupun serangan stroke selama 3 bln terakhir, serta TD < 185 / 110 mmHg.
2. Acetosal mg sejak selang waktu kurang dari 48 jam pasca serangan. 3. Neuroprotektan, seperti piracetam dan citicoline, untuk melindungi neuron dari kematian sel akibat iskemik.
Prevensi sekunder, yaitu upaya pencegahan serangan berulang : pemberian antiplatelet dan edukasi tentang stroke pada penderita dan keluarganya. Rehabilitasi dini, untuk menurunkan angka kecacatan dan mencegah terjadinya penyulit akibat imobilisasi dan tirah baring lama.
Perdarahan intraserebral Perdarahan subarachnoid
Disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan, bukan oleh karena trauma capitis.
Perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya arteria, pembuluh kapiler atau vena di dalam parenkim otak, dengan etiologi : - gangguan hemodinamika (hipertensi), - kelainan dinding pembuluh darah (aneurisma), dan - faal koagulasi
Serangan diawali pada saat melakukan kegiatan Sakit kepala berat Penurunan kesadaran sampai koma Hipertensi sedang sampai berat
1. Medis : Penderita koma sedapat mungkin dirawat di ICU : - hiperventilasi, - intubasi untuk membuat PCO2 : mmHg, - bila ada kejang : diazepam iv perlahan, tidak > 2mg/menit sampai kejang berhenti, max 20 mg.
- Fenitoin iv dengan dosis awal mg/kg BB, selanjutnya 3 x 100 mg/iv, secara perlahan (1 cc/mnt). - Obat antihipertensi pada pasien hipertensi. - Infus RL 1 ltr/hr, kecuali demam 1,5 ltr/hr. - Infus Albumin 20% bila hipoalbuminemia.
CT-scan/MRI : Edema luas : setelah 6 jam diberi Manitol 0,25 – 0,5 gr/kg BB, 6 x/hari selama 7 hari, kemudian tappering off : 4x/hari selama 2 hari, 3x/hari selama 2 hari, 2x/hari selama 2 hari, dan stop.
2. Pembedahan : - pembedahan pada kasus dengan efek massa atau perdarahan pada fossa posterior / perdarahan serebelar. - volume hematom : > 60 cc.
Disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan ke dalam ruang subarachnoid, yang terjadi akibat aneurisma pecah, kelainan pembekuan darah, tumor otak, dan beberapa sebab lain.
Nyeri kepala hebat sesisi yang akut dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Mual, muntah, vertigo, kejang. Pada 10 % penderita terdapat perdarahan subhialoid pada mata. Bila dilakukan punksi lumbal, selalu didapatkan liquor yang berdarah.
1. MEDIS : - pemberian CCB untuk mengurangi vasospasme. - pengobatan suportif : cairan yg cukup, oksigenasi, dan analgetik yg adekuat. - obat antihipertensi bila hipertensi. - diazepam iv / fenitoin iv, bila kejang. - haloperidol oral / diazepam bila gelisah.
2. PEMBEDAHAN : Dilakukan bila didapatkan aneurysma serebri yang pecah.
Penderita yang pernah stroke, memiliki risiko serangan ulang % dalam waktu 5 tahun. Risiko serangan stroke pasca TIA : 20 % dalam bulan pertama. Penderita dgn TIA dan stroke, memiliki risiko terjadi infark miokard atau GPD. Prevensi sekunder harus dilakukan dalam waktu 7 hr pasca serangan stroke atau TIA.
Memperbaiki pola hidup : - Berhenti merokok, - Olahraga teratur, - Diet seimbang, - Menurunkan BB bagi yg obesitas, - Menghindari stress, - Menormalkan TD.