Meningkatkan Pemahaman Wawasan Multikultural Siswa Sekolah Dasar ( A new Role for Elementary School) Oleh : IRMAWANTY NIM :
Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri 17 ribu pulau, ribuan suku bangsa, dan 6 agama Kesadaran akan perbedaan harus ditanamkan pada siswa sejak dini untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan saling menghargai diantara sesama manusia Sekolah dasar adalah unit pendidikan formal pertama yang diharapkan mampu memberikan pemahaman akan keniscayaan multi kultural
Rumusan Masalah Bagaimana cara menerapkan pemahaman multi kultural pada siswa Sekolah Dasar? Teknik pembelajaran apa yang bisa digunakan untuk pembelajaran multi kultural?
Dasar Pemikiran James. A. Banks seperti yang dikutip oleh Ayyumi, Pendidikan multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.
Dasar Pemikiran Menurut teori Erikson, seperti yang dikutip oleh Margaret W. Matlin dalam bukunya Psychology (1999:338), usia sekolah dasar (6-12 tahun) adalah masa terbentuknya kompetensi atau inferioritas, suatu masa anak berusaha untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, dan sosialnya.
Banten terdiri dari 8 kabupaten / kota yang berakar pada 3 kebudayaan pokok, yaitu: 1.Kota Serang, Kab. Serang dan Kota Cilegon berakar pada budaya Jawa Serang 2.Kota Tangerang, Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan berakar pada budaya Betawi 3.Kab. Lebak dan Kab. Pandeglang berakar pada budaya Sunda
Pendidikan multikultural Pada buku Teks tematik terpadu 4 G dengan tema Indahnya Keragaman di Negeriku, untuk pelajaran PPKn, kompetensi dasar yang yang harus dimiliki siswa antara lain : Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, social dan budaya di Indonesia yang terkait persatuan dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
Metode Pembelajaran di Sekolah Dasar Menurut Ns. Roymond H. Simamora seperti yang dikutip Hasta Imam Widodo, ada beberapa metode pembelajaran yang cocok untuk siswa SD, salah satunya adalah Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya. Hasta Imam Widodo,
Metode Kooperatif Metode ini mirip dengan game kwartet yang mengelompokkan hal- hal yang sejenis atau mirip. Melalui metode ini, diharapkan siswa mampu memiliki peningkatan perbendaharaan kosa kata Siswa belajar secara berkelompok yang memungkinkan mereka untuk saling bekerja sama, berkomunikasi, sharing idea, dan menghargai keragaman pendapat satu sama lain.
Peran guru dalam permainan Posisi guru pada permainan ini adalah sebagai fasilitator Tahapan yang dilalui adalah pre teaching, while teaching, dan post teaching. Pada tahap pre teaching anak diberi beberapa pertanyaan untuk mengkaitkan skemata mereka dengan tema pembelajaran. Setelah mereka dianggap sudah ‘tune in’ barulah guru memperkenalkan permainan, misanya permainan kwartet tentang multikultural.
Peran guru dalam permainan Pada tahap while teaching ini, guru memperkenalkan permainan kwartet, dan siswa pun mulai bermain. Setelah permainan selesai, guru menjelaskan tema multikural yang ada dalam permainan itu. Guru memberikan ruang diskusi dan feed back melalui presentasi kelompok. Siswa diminta mendeskripsikan informasi yang ada dalam gambar sesuai dengan skemata mereka.
Peran guru dalam permainan Pada tahap post teaching, di akhir pembelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai penguatan sekaligus evaluasi pemahaman siswa terhadap tema yang sudah disajikan
PENUTUP Kesimpulan 1.Pendidikan tentang multi kultural adalah penguatan terhadap Bhineka Tunggal Ika sehingga harus menjadi perhatian semua pihak, keluarga, sekolah dan masyarakat pada umumnya 2.Materi pelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan dapat disesuaikan dengan usia siswa
Saran 1.Sekolah sebagai institusi formal hendaknya memberikan penguatan agar siswa memahami dan menghargai perbedaan yang ada 2.Guru diharapkan lebih kreatif agar proses pembelajaran menjadi berfokus pada siswa dan proses perkembangan pengetahuannya